Balada Sepasang Kekasih Gila: Sebuah Ironi yang Dihadapi Kaum Marjinal
Judul Film : Balada Sepasang Kekasih Gila
Genre : Drama
Pemeran : Denny Sumargo, Sara Fajira, Vera Sharoon, Rachel Hersas
Sutradara : Anggy Umbara
Penulis : Han Gagas, Anggy Umbara
Produksi : KlikFilm Productions, Umbara Brothers Film, Canary Studios
Durasi : 90 menit
Tanggal Rilis : 20 Agustus 2021
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Jarot (Denny Sumargo) seorang yang diduga komunis dan pembunuh mengalami gangguan kejiwaan dan dirawat di rumah sakit jiwa dengan ruang isolasi khusus. Pada perjalanannya kondisinya semakin membaik dan ia diperbolehkan pulang dari rumah sakit jiwa tersebut. Namun, karena tidak memiliki keluarga Jarot menjadi gelandangan.
Lastri (Sara Fajira) orang dalam gangguan jiwa (ODGJ) yang bernasib tak lebih baik dari Jarot. Suatu hari, setelah diusir oleh warga, tak sengaja ia bertemu preman dijalan dan berlanjut pada tindak pemerkosaan yang dilakukan oleh preman-preman tersebut. Lastri yang tak terima dirinya dilecehkan, kemudian membunuh preman tersebut ketika sedang tidur. Karena hal inilah Lastri harus dipenjara.
Karena memiliki riwayat penyakit mental, Lastri tidak lama dipenjara. Namun nasib nahas Lastri masih berlanjut, ia dijadikan pelacur oleh seorang mucikari yang menjemputnya dari penjara. Ketika masa-masa kelam tersebut, Lastri tidak menemukan kebahagiaan. Bahkan ia merasa bahwa dirinya lebih kotor dan hina daripada saat ia menjadi gelandangan di jalanan.
Singkat cerita, Lastri memutuskan untuk kabur dari tempat pelacuran tersebut dan di sinilah pertama kali ia bertemu dengan Jarot, penolong saat ia dalam kejaran suruhan sang mucikari. Jarot segera menolong Lastri dan membawanya ketempat yang lebih aman, namun lagi-lagi keduanya harus berpisah, meskipun pada perjalanannya mereka akan bertemu kembali.
Balada Sepasang Kekasih Gila adalah film adaptasi novel karya Han Gagas, yang mana novel ini sendiri merupakan salah satu naskah terbaik dari ajang kompetesi penulisan naskah yang digelar oleh rumah produksi Falcon Pictures yang merupakan induk dari perusahaan KlikFilm. Anggy Umbara sendiri selaku sutradara dari film ini tertarik akan novel tersebut karena kisah cinta dari sudut kaum marjinal yang digambarkan.
Isu yang disajikan dalam film ini cukup berani dan relate dengan apa yang terjadi saat ini. Seperti Lastri yang mengalami pemerkosaan, pada faktanya yang terjadi dilapangan memang tak sedikit ODGJ mengalami pemerkosaan serta kekerasan seksual bahkan sampai hamil dan melahirkan. Namun sayangnya, tak sedikit kasus seperti ini justru diabaikan bahkan tidak ada keadilan untuk ODGJ, padahal siapapun berhak mendapat perlindungan serta keadilan.
Kemudian isu sosial juga diangkat dalam film ini, seperti aparat keamanan yang kerap bersikap kasar terhadap gelandangan, masyarakat yang mendiskriminasi ODGJ, kasus korupsi bantuan sosial dan lain sebagainya. Terdapat satu scene yang menampilkan berita di TV perihal korupsi bantuan sosial. Dan hal ini sesuai dengan kondisi pandemi COVID-19 yang tengah terjadi di Indonesia, di saat masyarakat menengah kebawah tengah berjuang demi sesuap nasi, beberapa petinggi justru malah seenaknya mengambil hak tersebut.
Dari beberapa permasalahan di atas tersirat pesan bahwa mereka yang mengaku waras belum tentu lebih waras dari seorang ODGJ. Mereka justru berperilaku lebih kejam dan merugikan banyak orang, namun mengapa ODGJ yang selalu dipandang sebelah mata dan mendapat tatapan sinis dari masyarakat. Padahal mereka pun berhak mendapatkan kehidupan yang layak dan tidak pantas diperlakukan seperti binatang.
Akting Denny Sumargo dan Sara Fajira sendiri cukup totalitas dan berhasil menjiwai peran seorang ODGJ, baik dari tingkah lakunya, marahnya maupun tertawanya. Chemistry diantara keduanya pun cukup baik sebagai seorang sepasang kekasih. Sayangnya latar belakang keduanya tidak diceritakan lebih dalam, padahal dapat digarap dengan lebih matang.
Lalu terdapat beberapa kejanggalan dalam film ini yang cukup menganggu penonton, salah satunya kegilaan Lastri yang sedikit menurun ketika keluar dari penjara, padahal ia tidak direhabilitasi.
Film yang berdurasi 90 menit ini juga menghadirkan seorang narator cilik yang memberi kesan berbeda dari film-film lainnya, dan plotwist yang dihadirkan diakhir film sungguh sesuatu yang tidak bisa ditebak dan menjadi keunikan tersendiri. Meskipun eksekusinya kurang baik, film ini cukup layak untuk ditonton karena ide ceritanya yang menarik. Happy Watching Fresh Reader!
Fresh Crew : Salsabyla Farihati/Suaka
Editor Fresh: Adinda Nuurlatifah/Suaka