Dampak Teh dalam Pola Konsumsi Anak

Dampak Teh dalam Pola Konsumsi Anak. (Foto: Freepik).
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Tahukah Fresh Reader? Indonesia menempati peringkat ke-22 dari 54 negara dalam hal konsumsi teh, dengan rata-rata 0,5 kg per orang per tahun. Beragam jenis teh, seperti teh celup, teh bubuk, hingga teh kemasan, tersedia di pasaran. Teh dikenal memiliki banyak manfaat kesehatan. Namun, apakah teh aman untuk anak-anak dalam masa pertumbuhan?
Mengutip dari klikdokter.com, teh mengandung senyawa alami yang kaya akan antioksidan, khususnya polyphenol. Antioksidan ini memiliki peran penting dalam melawan radikal bebas yang dapat merusak sel-sel tubuh. Mengonsumsi teh secara rutin dapat membantu menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Tubuh menjadi lebih kuat, tidak mudah terserang penyakit, serta membuat kulit tampak lebih muda.
Selain itu, sejumlah penelitian menjelaskan kandungan antioksidan yang terdapat di dalam teh memiliki banyak manfaat luar biasa, salah satunya dapat menurunkan risiko kanker. Tentu saja manfaat ini ditawarkan kepada semua orang yang menjadi penikmat teh, tanpa memandang usia, baik itu anak-anak, remaja, maupun orang dewasa.
Meski demikian, faktanya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat memberikan teh pada anak-anak. Selain antioksidan, teh juga mengandung sekitar 3% kafein, zat yang dapat merangsang tubuh untuk tetap aktif. Jika diberikan kepada anak, kafein dapat menyebabkan mereka menjadi hiperaktif. Di samping itu, teh tidak tidak mengandung zat gizi serta hanya sedikit mengandung mineral. Hal ini dapat merugikan, sebab anak-anak sangat membutuhkan gizi lengkap untuk dapat tumbuh dan berkembang.
Selain teh seduh, teh kemasan menjadi alternatif yang populer karena praktis dan harganya yang relatif terjangkau. Namun perlu diingat bahwa sebagian besar teh kemasan di pasaran mengandung pemanis tambahan. Jika dikonsumsi secara berlebihan, kandungan pemanis ini dapat berdampak buruk bagi kesehatan, seperti meningkatkan risiko obesitas, diabetes, dan gangguan metabolisme.
Melansir idai.com, dalam satu botol ukuran 250 ml, terdapat sekitar 20 gram gula tambahan. Sedangkan WHO merekomendasikan asupan gula tambahan maksimal 10% dari total kalori harian. Misalnya, anak usia 5 tahun dengan berat 18 kg boleh mengonsumsi hingga 45 gram gula tambahan per hari. Bayangkan jika anak minum teh kemasan tiga kali sehari, jumlah gula yang dikonsumsi akan jauh melebihi batas tersebut.
Terakhir, mengonsumsi teh dalam jumlah besar setelah makan dapat meningkatkan risiko kekurangan zat besi. Contoh yang sering terjadi, es teh manis dihidangkan sebagai pelepas dahaga setelah makan. Faktanya, teh mengandung senyawa seperti polyphenol dan fitat yang dapat menghambat penyerapan zat besi dalam tubuh dan berpotensi menyebabkan anemia.
Secara umum, teh sebenarnya tidak berbahaya bagi anak, namun manfaat mengonsumsi teh secara rutin pada anak pun belum terbukti secara ilmiah. Hal ini menunjukkan bahwa memberikan teh pada anak. Dengan memahami dan mengelola konsumsi teh secara bijak, kita dapat memperoleh manfaatnya tanpa mengabaikan dampak negatif yang mungkin terjadi apabila dikonsumsi berlebihan.
Sumber: klikdokter.com, idai.com
Fresh Crew: Guntur Saputra/Suaka
Editor Fresh: Mahayuna Gelsha S/Suaka