Dikenal Tegas, Apakah Komdis Masih Relevan di Era Sekarang?
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Semester ganjil menjadi pertanda bahwa kampus kembali riuh dengan kehadiran para mahasiswa baru (maba). Momentum ini juga menjadi ajang berbagai jurusan untuk mulai mengadakan ospek jurusan (osjur). Kebanyakan, osjur di UIN SGD Bandung masih mempertahankan budaya adanya komisi disiplin (komdis) dalam rangkaian kegiatan menyambut mahasiswa barunya.
Komdis merupakan kelompok panitia yang dihadirkan untuk menegakkan peraturan-peraturan dan tata tertib peserta osjur, yakni para mahasiswa baru. Kehadiran komdis kerap kali ditakuti dan disegani karena memiliki image tegas, tidak pernah tersenyum di hadapan maba, dan suka berbicara dengan nada tinggi.
Mahasiswa semester 5 UIN SGD Bandung jurusan Biologi, Ingrie Laila, pernah menjadi komdis tatkala ospek jurusan Biologi angkatan tahun 2023. Ia mengungkapkan bahwa menjadi komdis merupakan sebuah tanggung jawab besar dan tantangan tersendiri yang harus ia hadapi. Selain itu, ketika sesi komdis, Ingrie juga harus dapat meyakinkan maba dengan perkataannya.
“Misalnya kayak, kenapa sih di kampus tuh gak boleh make up berlebihan? Karena ya kampus kan tempatnya belajar gitu, ya. Jadi mereka (maba) harus tahu gitu, mana tempat yang untuk belajar dan mana yang bukan gitu,” ujarnya ketika diwawancarai oleh Fresh Crew pada Jumat, (13/9/2024).
Menurut Ingrie, seperti namanya, tujuan komdis adalah untuk mendisiplinkan, terkhusunya dalam rangkaian ospek jurusan. Mengenai permasalahan komdis yang melakukan perpeloncoan, Ingrie mengatakan bahwa komdis seharusnya memperhatikan kondisi fisik maba yang berbeda-beda. Ia menyarankan agar komdis mempertimbangkan sanksi yang lebih baik dan tidak berfokus pada hukuman fisik. “Pinter-pinterlah buat mencari sanksi yang lain gitu, kan enggak cuma fisik. Bisa jadi sanksinya adalah ngehafalin surat atau nulis surat gitu kan,” tukasnya.
Kehadiran komdis di rangkaian kegiatan osjur tentu bukan hanya menjadi tantangan bagi komdis itu sendiri, tetapi juga bagi maba. Mahasiswa semester 3 Jurusan Hukum Pidana Islam, Riri (bukan nama sebenarnya), menceritakan pengalaman osjur yang ia ikuti pada tahun 2023 silam. Bentakan komdis membuatnya menangis dan tidak dapat me-review materi osjur. Padahal, Riri dapat me-review materi tersebut di depan panitia selain komdis.
Selain itu, Riri merasa bahwa komdis di osjurnya kurang berdampak bagi dirinya. Ia merasa tidak ada perilaku komdis yang bisa ia ambil hikmahnya karena kadang mereka melakukan tindakan yang alasan logisnya perlu dipertanyakan. Salah satu peristiwa yang mendasari pendapatnya itu adalah ketika Riri diminta komdis untuk membacakan qunut, namun ia tidak bisa. “Aku sampai dibilang fanatik gitulah cuman gara-gara aku gak bisa qunut gitu,” ungkapnya ketika diwawancara via Google Meet pada Minggu, (15/9/2024).
Menurut Riri, komdis masih kurang bisa mengimplementasikan apa yang dilatihkan dan diajarkan kepada mereka. Ia juga berharap agar kedepannya komdis mengucapkan perkataan yang lebih logis dan realistis. “Jadi, mau kita punya sistem yang baik tapi implementasinya jelek atau gak berdampak buat mahasiswa ya itu merupakan suatu kegagalan,” tuturnya.
Riri juga berpesan agar pihak himpunan mahasiswa jurusan (HMJ) juga harus turun ke lapangan dan meninjau ulang kembali apakah sistem komdis yang sudah diterapkan berdampak bagi maba atau tidak. Jika pada kenyataannya kurang berdampak, sebaiknya perlu peninjauan kembali. Menurutnya, komdis masih relevan untuk diadakan selama mampu memberikan treatment sesuai karakteristik angkatan maba tersebut. “Perlu diperhatiin lagi mabanya, karakternya kayak gimana yang nantinya jadi penentu buat arah komdis tuh mau kaya gimana gitu,” ujar Riri.
Tentu, mekanisme kerja dan standarisasi komdis setiap jurusan pasti berbeda-beda. Ketua Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik, Ari Prasatya Nugraha, menuturkan bahwa komdis di jurusan Ilmu Politik sendiri didasarkan pada nilai-nilai keislaman. Ia masih menyetujui diterapkannya komdis dalam rangkaian kegiatan osjur. Sebab menurutnya, komdis memiliki peran yang cukup sentral dalam kegiatan tersebut
“Di Ilmu Politik kita itu bisa berhasil dalam jalannya acara ospek jurusan ketika mahasiswa ini secara pengetahuan, secara kekompakan, ataupun secara kesadaran pribadi itu tercapai dari setiap individunya masing-masing,” tutur Ari kepada Fresh Crew pada Kamis, (19/9/2024). Untuk mencapai indikator-indikator tersebut, Ari mempercayakan posisi komdis pada orang-orang yang kuat secara intelektual dan filsafatnya dalam memahami nilai-nilai keislaman dan kemahasiswaan.
Komdis sendiri baru diterapkan dalam rangkaian osjur Ilmu Politik sejak tahun 2021, sementara jurusan Ilmu Politik berdiri di UIN SGD Bandung pada tahun 2018. Ari melihat adanya perbedaan antara angkatan yang mengalami osjur dengan adanya komdis dibandingkan dengan angkatan yang mengalami osjur tanpa komdis. Ia merasa bahwa mahasiswa jurusan Ilmu Politik yang merasakan komdis memiliki solidaritas angkatan yang lebih kuat.
“Karena gini, yang hari ini ada komdis, nuansa kecintaan terhadap jurusannya itu lebih kental, karena rasa sense of belonging, rasa saling memilikinya itu makin kuat. Maba tuh mereka bakal kuat secara solidaritas angkatannya,” ungkap Ari. Ari sendiri memang mengharapkan bahwa dengan adanya komdis, dapat terbentuk karakteristik maba yang kompak bahkan ketika di bawah tekanan, saling melindungi, dan tidak ada bullying di tengah mahasiswa.
Penerapan sistem komdis dalam rangkain osjur ilmu politik sendiri tidak dilakukan hanya berpatokan pada susunan dan keinginan SC. Ketika permulaan osjur, komdis akan memastikan target yang harus maba capai ketika osjur, yaitu dengan berdialog dengan maba mengenai ekspektasi apa saja yang ingin mereka capai selama mengikuti osjur.
“Jadi komdis itu dialog dulu terhadap mahasiswa, karena memang diasah dulu (kemampuan) filsafatnya maba, dalam beretorikanya kita jalan di situ. Nah, sampai akhirnya ditegakkan kedisiplinan di situ sesuai dengan apa yang memang kita konsulkan dan sesuai apa yang memang mereka inginkan,” jelas Ari.
Ari sepakat bahwa komdis masih relevan diterapkan di era sekarang selama osjur memiliki tujuan yang jelas dan sesuai dengan ketetapan konseptor, yakni SC. Memang, setiap angkatan pasti memiliki karakteristik yang berbeda dan cara yang berbeda bagi mereka dalam menerima kehadiran komdis. Namun pada akhirnya, tugas utama komdis adalah mendorong perkembangan psikomotorik, kognitif, dan afektif maba.
Ari berharap agar baik komdis maupun maba yang mengikuti osjur, terkhusunya di jurusan Ilmu Politik sendiri, harus tetap berpegang teguh pada prinsip yang mereka pegang. “Prinsip mereka harus kuat dan setiap mereka melangkah, apapun itu, harus berani bertanggung jawab dalam pilihan mereka. Hari ini mereka masuk Ilmu politik, ya mereka harus abis-abisan di Ilmu Politik, baik itu dari akademis, atau dalam segi apapun,” tutupnya.
Fresh Crew: Hanifah Flora Reine/Suaka
Editor Fresh: Nadia Ayu Iskandar/Suaka