Jangan Jadikan Trauma Sebagai Bahan Bercanda

FRESH.SUAKAONLINE.COM- Hallo Fresh Reader! Seperti yang kita ketahui, sampai saat ini virus corona masih menunjukan eksistensinya. Sebagai bentuk upaya pencegahan terpaparnya virus tersebut masyarakat diminta untuk melakukan sosial distancing hingga self quarantine.
Mengisolasi diri tentu sangat membosankan yaa Fresh Reader. Untuk mengisi kebosanan, sebagian besar orang asik berselancar di media sosial sebagai pelampiasannya. Tentu karena kegiatan ini cukup menyenangkan. Beragam challenge pun muncul diberbagai platform guna mengusir rasa bosan tersebut.
Media sosial seolah tak pernah kehabisan tantangan baru untuk diikuti para penggunanya. Usai Until Tomorrow Challenge, kini pengguna media sosial mulai ramai mengikuti Mugshot Challenge. Mugshot merupakan foto yang diambil polisi ketika seseorang ditangkap karena terlibat dalam suatu kasus.
Mugshot Challenge merupakan tantangan seni bermake up dengan tampilan seolah mereka seorang tahanan dengan wajah yang babak belur seperti orang yang baru saja mengalami tindak kekerasaan. Mata dihitam-hitamkan, pipi seolah memar, dan juga tak sedikit yang menggunakan efek darah di wajahnya. Namun, tantangan yang satu ini justru menuai kontroversi.
Tantangan untuk mengunggah foto wajah yang dirias seolah-olah penuh luka dan lebam akibat perkelahian atau kekerasan itu dianggap tak peka terhadap korban kekerasan yang sesungguhnya. Meski niat awal Mugshot Challenge ini hanya sekadar untuk hiburan atau meningkatkan skill dalam seni bermake up, tapi tak bisa dipungkiri bahwa tantangan ini dapat menimbulkan trauma psikologis bagi korban kekerasan.
Kekerasan fisik yang diterima korban dapat dilakukan baik dengan atau tanpa benda tajam, hingga hukuman-hukuman fisik yang melampaui batas. Akibatnya berefek jangka panjang dan berpotensi meninggalkan efek emosional negatif bagi koban. Tidak hanya sampai disitu kekerasan fisik yang sebenarnya akan meninggalkan rasa trauma yang mendalam.
Trauma dapat muncul kembali ketika korban mendapatkan stimuli yang memicu munculnya kembali ingatan pengalaman saat kekerasan. Banyaknya orang yang mengikuti #mugshotchallenge, menunjukkan bahwa kesadaran akan isu kekerasan domestik dan hal-hal yang bisa memicu trauma penyintas masih rendah.
Tren Mugshot Challenge juga dikomentari oleh salah satu Psikolog Mikroekspresi, Poppy Amalia di akun Instagram miliknya yang mengecam adanya mugshot challenge lantaran bisa menghidupkan trauma seseorang. Menurut Poppy orang-orang yang keranjingan challenge tersebut, secara tidak langsung memperlihatkan kepribadian sadisme yang mana itu adalah masalah psikologis.
Lebih lanjut Poppy meminta kepada orang yang keranjingan challenge tersebut untuk lebih memiliki rasa empati.”Kamu empati dong sama orang yang beneran pernah ngalamin penderitaan seperti yang kamu iseng-iseng itu,” tulis Poppy.
Self Quarantine memang membuat kita menjadi jenuh dan mencoba membiasakan diri dengan melakukan berbagai kegiatan. Terkadang hal ini membuat kita ingin berkreativitas baik karena kesadaran diri ataupun ikut meramaikan challenge sebagai bentuk ekspresi diri. Salah satunya dengan mengikuti trend-trend di media sosial.
semua orang tentu bebas dalam megekspresikan diri, asal tidak membuat konten yang sensitif dan berefek buruk bagi orang lain yang melihatnya. Masih banyak kok challenge lain yang lebih seru dan tidak merugina orang lain. Semoga kita menjadi manusia yang lebih peka dan peduli terhadap sekitar yaa.
Fresh Crew : Anita Dewi/Magang
Editor Fresh : Bestari Saniya