Languishing, Saat Hidup Terasa Hampa dan Kehilangan Semangat

Freepik
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Sejak kemarin, Ratna merasa tidak semangat melakukan apa pun. Pergi ke kampus hanya terasa seperti rutinitas biasa, tanpa ada motivasi untuk kuliah atau mengerjakan tugas. Anehya, ia juga tidak merasa sedih, perasaannya datar, seolah kehilangan warna. Kondisi ini membuat Ratna bertanya-tanya, “Kenapa aku bisa begini ya?”
Perasaan tidak bahagia namun juga tidak sedih ini dikenal dengan istilah languishing. Fenomena ini kerap dialami oleh mahasiswa, baik yang tinggal di kos maupun yang menetap di rumah, dari yang kupu-kupu hingga gemar rapat ke sana kemari. Languishing biasanya muncul saat seseorang merasa terjebak di tengah-tengah antara sehat secara mental, tetapi juga tidak benar-benar bahagia.
Languishing ini bukan gangguan kesehatan mental. Dilansir dari Alodokter, istilah ini merujuk pada serangkaian emosi negatif yang dirasakan seseorang dalam kurun waktu tertentu saja, alias tidak muncul secara ekstrem dan terus-menerus. Di kalangan mahasiswa, salah satu pemicu languishing adalah tekanan akademik. Tumpukan tugas, jadwal kuliah yang padat, dan tuntutan nilai membuat mahasiswa rentan mengalami stress dan rasa jenuh berkepanjangan. Kondisi ini dapat menggerus energi dan motivasi sehingga aktivitas belajar terasa berat untuk dijalani.
Tak hanya faktor akademik, kurangnya keseimbangan hidup juga berperan besar. Mahasiswa yang terlalu fokus pada perkuliahan sering kali mengabaikan aspek lain, seperti berolahraga, mengonsumsi makanan bergizi, atau sekadar menghirup udara segar di luar ruangan. Padahal, tubuh dan pikiran butuh nutrisi yang cukup serta istirahat dari rutinitas yang monoton.
Selain itu, dilansir dari Buletin Konsorsium Psikologi, kondisi languishing dapat dialami orang yang menghadapi kesulitan dalam beradaptasi di lingkungan sosial dan dalam berkomunikasi. Hal ini mengakibatkan rasa kurang terkoneksi dengan orang sekitar dan ketiadaan ruang sehat untuk menyalurkan stres. Lama kelamaan, perasaan terkucil dan tumpukan emosi yang tidak tersalurkan ini berpotensi menggerus hasrat menemukan arah kehidupan dan semangat menjalani rutinitas.
Dampak languishing tidak bisa dianggap sepele. Dalam jangka pendek, rasa malas dan kehilangan motivasi dapat menurunkan semangat beraktivitas, membuat hidup terasa lebih kosong, bahkan bisa berdampak terhadap prestasi akademik. Jika dibiarkan, kondisi ini juga bisa memengaruhi kesehatan fisik. Hal ini karena kurangnya aktivitas tubuh dan pola makan yang buruk dapat membuat tubuh kurang bugar dan lebih mudah sakit.
Jika dibiarkan, languishing berpotensi memicu gangguan kesehatan mental, seperti depresi dan kecemasan. Hubungan sosial pun bisa terganggu karena kesulitan untuk berinteraksi atau menjaga komunikasi dengan orang lain. Perasaan ini membuat mahasiswa cenderung menarik diri dari lingkungan.
Untuk mengatasi languishing, penting bagi mahasiswa menerapkan self-care. Hal ini bisa dilakukan dengan menciptakan keseimbangan hidup, mengelola waktu secara baik, serta menyeimbangkan aktivitas akademik dan non-akademik. Menyisihkan waktu untuk hobi, berolahraga, atau bersosialisasi dapat membantu mengembalikan energi positif dalam menjalani kehidupan. Tuangkan isi hati dalam buku harian untuk untuk mengekspresikan isi pikiran dan mengigat momen-momen positif dalam hidup.
Selain itu, dukungan keluarga dan sahabat sangat berarti. Memiliki orang yang mau mendengarkan keluh kesah dapat membuat beban terasa lebih ringan. Jika kondisi languishing tidak membaik, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater agar mendapatkan penanganan yang tepat. Ingat, menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik!
Sumber: Buletin Konsorsium Psikologi dan Alodokter
Fresh Crew: Nabila Rahma Hidayat/Magang
Editor Fresh: Hanifah Flora Reine/Suaka