Membangun Kesadaran akan Bahaya Fast Fashion bagi Lingkungan
FRESH.SUAKAONLINE.COM, Freshgrafis – Halo Fresh Reader! Saat ini, dunia fashion berubah dengan sangat cepat. Industri tekstil berlomba untuk memenuhi permintaan dengan mempercepat produksi dan menurunkan harga. Fenomena ini dikenal dengan istilah fast fashion. Konsumen merasa puas karena pakaian selalu up-to-date. Tapi tahukah Fresh Reader, kalau penggunaan Fast fashion justru menyebabkan masalah besar bagi lingkungan, lho!
Produksi pakaian dalam skala besar seperti yang dilakukan pada fast fashion membutuhkan banyak air dan sering kali menggunakan bahan kimia yang berbahaya bagi lingkungan. Tak hanya itu, karena harga yang murah dan kualitas yang kurang tahan lama, pakaian fast fashion seringkali cepat dibuang, menambah tumpukan sampah tekstil di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sehingga membuat fast fashion menjadi salah satu penyumbang terbesar limbah tekstil di dunia.
Menurut laporan earth.org, dari total produksi tahunan sebesar 100 miliar pakaian, sekitar 92 juta ton di antaranya akan berakhir sebagai limbah tekstil. Ini dapat diilustrasikan dengan membayangkan dalam setiap detik, ada satu truk sampah penuh dengan pakaian yang dibuang ke tempat pembuangan akhir.
Limbah pakaian tersebut banyak yang tidak bisa didaur ulang atau dipakai kembali. Sebagian besar diekspor ke negara berkembang. Karena pengelolaan limbah tekstilnya belum optimal, sehingga hal tersebut hanya memindahkan masalah dari satu tempat ke tempat lain tanpa benar-benar menyelesaikannya.
Salah satu solusi yang semakin populer adalah thrifting, atau membeli pakaian bekas. Thrifting membantu memperpanjang umur pakaian dan mengurangi jumlah pakaian yang berakhir di TPA. Selain itu, dengan membeli pakaian bekas, kita juga mengurangi permintaan untuk produksi pakaian baru, yang berarti kita mengurangi dampak lingkungan dari produksi tersebut.
Namun, thrifting harus dilakukan dengan bijak. Jangan membeli pakaian bekas hanya karena murah atau kekinian, tetapi pertimbangkan juga kualitas dan kebutuhan agar pakaian tersebut dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama. Memilih toko-toko thrift yang memiliki reputasi baik juga penting untuk memastikan bahwa pakaian benar-benar digunakan kembali dan tidak hanya dipindahkan sebagai limbah ke negara lain.
Selain thrifting, ada beberapa cara lain untuk mengatasi limbah tekstil. Memperbaiki pakaian yang rusak, mendaur ulang kain, dan memilih produk dari merek yang ramah lingkungan dan memiliki model yang bertahan lama serta tidak terpaku pada trend adalah beberapa langkah yang bisa diambil. Banyak merek sekarang menggunakan bahan yang lebih ramah lingkungan dan memiliki program daur ulang untuk mengurangi limbah.
Industri fashion juga perlu mengambil langkah dalam hal ini. Teknologi yang lebih efisien dan ramah lingkungan dalam produksi pakaian harus diterapkan. Merek-merek besar harus transparan dengan rantai pasokan mereka dan bertanggung jawab terhadap limbah yang mereka hasilkan, serta berkontribusi dalam program-program pengurangan limbah dan daur ulang.
Kesadaran konsumen tentang dampak lingkungan fast fashion sangat penting untuk mengurangi limbah tekstil. Dengan edukasi dan pendekatan yang tepat, kita bisa mengubah cara kita mengonsumsi fashion dan menciptakan lingkungan yang lebih baik. Jadi, membeli dengan bijak dan mendukung slow fashion adalah langkah sederhana yang bisa membantu mengurangi dampak buruk fast fashion dan menjaga planet kita agar tetap sehat.
Sumber: earth.org., goodstats.id., its.ac.id.
Peneliti: Rafi Taufiq/Suaka
Redaktur: Ighna Karimah Nurnajah/Suaka