Mendengar Kekhawatiran Kawula Muda melalui Karya Terbaru Hindia
Judul Album : Lagipula Hidup Akan Berakhir
Penyanyi : Baskara Putra/Hindia
Tahun rilis : 7 Juli (Bag I) dan 21 Juli (Bag II) 2023
Produser Utama : Enrico Octaviano dan Kareem Soenharjo
Label : Sun Eater
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Meneruskan perjalanan karier solonya, Baskara Putra resmi merilis album keduanya pada Juli lalu. Dengan judul “Lagipula Hidup Akan Berakhir”, album dari pria yang memilih nama Hindia sebagai monikernya ini berisikan 28 lagu. Konsisten dengan ciri khas liriknya yang sederhana namun mendalam, tepatnya tanggal 21 Juli lalu, album anyar ini telah didengarkan oleh 10 juta lebih pasang telinga di salah satu platform musik digital.
Mengandalkan gaya kepenulisan yang khas, pesan yang ingin dibawa album ini sudah diwakilkan dengan pemilihan judul album yang terkesan pesimistis. Dengan tema yang cukup luas, album ini bisa disebut ‘paket lengkap’. Percintaan, oligarki, teknologi, krisis iklim, hingga isu politik dikemas dengan skeptis namun tetap catchy dari segi musikalitas.
Membagi perilisannya ke dalam 2 bagian, tersirat pula makna yang sedikit berbeda pada lagu dari setiap bagiannya. “Malaikat Berputar di Atas Pencakar Langi” menjadi lagu pembuka pada perilisan pertama. Lagu instrumental tanpa lirik ini seakan mengenalkan sisi magis yang cenderung mengarah pada kesuraman lagu-lagu di bagian pertama.
“Janji Palsu”, “Matahari Tenggelam”, dan “Satu Hari Lagi” menjadi lagu penerus nuansa keputusasaan pada bagian pertama. Berbeda dengan lagu pembuka, ketiga lagu tersebut tidak begitu terdengar suram dalam pemilihan aransemen. Namun, pria berumur 29 tahun ini mengandalkan pada ketajaman liriknya seperti dalam lagu Matahari Tenggelam.
Kudoakan kita semua masuk neraka
Panjang umur
Mewarisi ciri khas pada album sebelumnya, di album ini terdapat lima track lagu dengan bentuk skit. Konsep yang kental kaitannya dengan musik hip hop ini berhasil ia adaptasi ke albumnya yang didominasi oleh musik pop. Ialah “Wawancara Liar” yang terbagi menjadi 4 bagian lebih terdengar seperti podcast dengan tema politik dan krisis iklim, serta “Apa Kabar, Ayah?” yang bicarakan rasa rindunya akan kehadiran sang ayah dalam menghadapi masalah di dunia.
Namun, bukan berarti keluarga dan orang sekitar tidak ambil peran dalam memperumit kehidupan dewasa. Melalui lagu-lagu seperti “Selebrisik”, “Iya… Sebentar”, dan “Bunuh Idolamu” Baskara membuat pendengarnya mengerutkan dahi dengan beberapa lirik yang terkesan depresif. Terlebih pada lagu “Iya… Sebentar”, ia ingin orang sekitar berhenti urusi kehidupannya.
Iya… sebentar, beri aku waktu tuk mencerna
Nasib yang sial, aku tak minta tuk dilahirkan
Tetapi tidak bijak rasanya ketika terus-menerus menyerang dunia dengan pikiran buruk. Toh di waktu yang sama, masih ada segelintir orang yang berharga di sekitar kita. Karena itulah, di antara lagu bertema gelap di bagian pertama, “Cincin” dan “Kami Khawatir, Kawan” seakan memberikan cahaya di album bagian pertama.
Meskipun kedua lagu tersebut bermakna baik, pemilihan diksi dan sudut pandanganya tetap selaras dengan tema besar album ini. “Kami Khawatir, Kawan” mewakili perasaan ia tentang kasih sayang terhadap orang terdekat. Sementara “Cincin” ia dedikasikan untuk kekasihnya dengan segala dinamika hubungan di dalamnya.
Smoga hidup kita trus begini-gini saja
Walau sungai meluap dan kurs tak masuk logika
Masih sama dengan bagian pertama, bagian kedua pun Baskara membukanya dengan alunan instrumental saja. Berjudul “I’m Not Robot / CAPTCHA”, lagu ini nyaris sulit dimaknai jika ia tak pandai dalam meramu bunyi-bunyian. Petikan gitar, raungan mendayu, dan beberapa instrumen lainnya yang diberi efek suara berhasil ciptakan makna berbeda di setiap pendengarnya.
Pada bagian kedua, Baskara menempatkan 14 lagu lain di dalamnya. Walau masih dalam tajuk yang sama kelamnya, di bagian ini ia lebih banyak menyelipkan cara pandang baik. Meskipun begitu, aura berpikir pria yang sekaligus vokalis band feast ini berhasil memancing pendengarnya untuk melihat dunia dengan cara yang berbeda.
Hal ini bisa disadari dalam lagu “Perkara Tubuh” dan “Pesisir” yang walaupun bercerita tentang hal buruk, ia tetap membawakannya dengan alunan musik optimis. Beralih ke “Forgor Passwor” tentang dunia maya yang memanjakan telinga, ia menggaet Nadin Amizah sebagai rekan pengisi vokal dan berhasil membukusnya rapih dengan dominasi aransemen akustik.
Beranjak ke cerita tentang kebingungan untuk hadapi hari esok, Baskara suguhkan “Masalah Masa Depan”, “Alexandra”, “Jangan Jadi Pahlawan”, dan “Kita Ke Sana”. Walau berlirik muram, lagi-lagi ia sandingkan dengan alunan musik yang cukup ceria, terkecuali “Alexandra” yang masih kental dengan rasa gundah namun tetap berlirik penuh asa.
Yang tidak kalah memukau adalah lagu-lagu di akhir album ini, seperti “Bayangkan Jika Kita Tidak Menyerah”, “Nabi Palsu” dan “Berdansalah, Karir Ini Tak Ada Artinya”. Sekumpulan lagu tersebut mempertegas bahwa bagaimanapun kelamnya hidup di zaman sekarang, asa baik harus terus dijaga dan dirayakan tanpa menghilangkan esensi kritis terhadap dunia.
Lakukan apa yang kau mau sekarang
Saat hatimu bergerak, jangan kau larang
Hidup ini tak ada artinya, maka
Kau bebas mengarang maknanya seorang
Pada awal mendengarkannya, album ini akan terasa mengotori pikiran positif manusia dalam melihat dunia. Namun, jika didengarkan berulang dan memaknai liriknya secara utuh, album ini sama halnya dengan karya-karya milik Kunto Aji yang penuh harap atau album Manusia karya Tulus. Semuanya menawarkan pilihan perspektif dalam menghadapi kalutnya dunia.
Hanya saja, Baskara nampaknya ingin menyampaikan pesannya dengan sudut pandang depresif. Terlepas jalan yang ia pilih, album ini sadarkan bahwa dunia terkadang memang sebobrok itu. Hal-hal di dalamnya penuh ketidakjelasan dan tipu daya, maka selayaknya harus selektif dalam meng-iya-kan dunia.
Fresh Crew : Rangga Nugraha/Suaka
Editor Fresh : Aurora Rafi N/Suaka