Mengenal Tradisi Ganti Nama Lahir yang Populer di Indonesia
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Fresh Reader, apakah kalian pernah tahu seseorang atau malah menjadi salah seorang yang pernah diganti namanya saat masih kecil? Akhir-akhir ini, sebuah kebiasaan masyarakat Jawa untuk mengubah nama lahir ramai diperbincangkan di media sosial sebab terkuaknya nama masa kecil orang nomor satu di Indonesia, ya siapa lagi kalau bukan Presiden Joko Widodo. Ia disinyalir memiliki nama awal Mulyono. Nama tersebut diberikan oleh sang ayah saat Jokowi lahir. Namun, karena sering sakit-sakitan, akhirnya diganti menjadi Joko Widodo.
Pada kenyataannya, bukan hanya Presiden Jokowi saja yang memiliki nama kecil yang telah diubah. Masyarakat kelas mana pun juga banyak melakukan tradisi tersebut, tokoh terkenal bangsa misalnya, sang proklamator, Soekarno juga mengalami hal serupa. Ia memiliki nama kecil yang berbeda, yaitu Kusno. Namun, saat umur sebelas tahun ia terkena penyakit yang membuatnya terbaring di tempat tidur selama berbulan-bulan, akhirnya ayah Kusno pun memutuskan untuk mengganti namanya menjadi Soekarno.
Tradisi penggantian nama seseorang sudah tidak asing kita dengar sebab kebiasaan ini sudah sedari dulu ada dan banyak dilakukan di berbagai daerah di Indonesia, khususnya oleh masyarakat Bali dan Jawa. Dalam tradisi Jawa, khususnya bagian tengah dan timur, hal ini dilakukan karena sebagian besar masyarakatnya percaya bahwa nama merupakan suatu hal yang sakral. Mereka mempercayai bahwa terdapat suatu makna yang menjadi do’a dan harapan yang diberikan orang tua kepada anaknya dalam sebuah nama.
Mengutip dari jurnal yang berjudul Changes in the Naming Patterns of Javanese Proper Names in Solo, Central Java, untuk menentukan sebuah nama dalam tradisi Jawa biasanya masyarakat banyak menggunakan berbagai macam metode, diantaranya dengan melihat hari lahir, bulan lahir, neptu, nomor urut anak dalam keluarga, harapan atau cita-cita orang tua, dan masih banyak lagi lainnya.
Biasanya, sebuah nama juga sudah disiapkan jauh beberapa bulan sebelum calon anak lahir, terlebih dalam tradisi Jawa, seringkali dalam prosesnya juga melibatkan beberapa ritual yang bersifat magis dan keagamaan, seperti selametan kehamilan empat bulanan dan selametan kehamilan tujuh bulanan.
Akan tetapi, jika suatu waktu ternyata nama yang telah dipikirkan sejak jauh-jauh hari itu justru menyebabkan sakit-sakitan pada anak atau dalam istilah masyarakat Jawa sering menyebutnya dengan kabotan jeneng yang berarti ketidaksesuaian nama atau yang kerap kita kenal dengan istilah keberatan nama, maka sesuai tradisi tersebut disarankan untuk melakukan ritual selametan penggantian nama karena dianggap nama tersebut memiliki arti yang terlalu membebani si anak sehingga membuatnya sering mengalami sakit.
Berbeda hal dengan tradisi pergantian nama yang ada di Jawa, pada masyarakat Bali, mengganti nama seseorang biasanya dilakukan bukan karena seorang anak sering mengalami sakit-sakitan. Tetapi, penggantian nama seseorang biasanya dilakukan ketika seorang pria atau wanita hendak melepas masa lajang atau hendak menikah.
Dilansir dari laman jurnal ini, disebutkan bahwa identitas keturunan merupakan hal yang sangat penting, karena menunjukkan status sosial dan religius dari orang tersebut. Selain itu, sistem kasta dalam tradisi Bali juga sebagai salah satu acuan yang membagi identitas dalam membentuk tatanan sosial masyarakat Bali. Proses perkawinan di Bali seringkali membuat pengantin perempuan mengganti namanya sesuai dengan kasta pengantin laki-lakinya.
Selain Jawa dan Bali, tentunya masih banyak lagi daerah di Indonesia yang melakukan tradisi ganti nama ini tentu dengan maksud dan tujuan yang berbeda – beda sesuai dengan kepercayaan dan tradisi masing-masing. Terlepas dari suku atau tradisi mana pun, nama merupakan suatu anugerah yang diberikan orang tua kepada anak yang didalamnya pasti terdapat harapan yang besar. Karenanya, kita harus menghargai dan berbangga terhadap nama yang telah diberikan kepada kita, ya Fresh Reader!
Sumber: Alinea.ID dan jurnal
Fresh Cew: M. Shibghoh Kuncoro P./Suaka
Editor Fresh: Nadia Ayu Iskandar/Suaka