SEJARAH PERKEMBANGAN KERETA API DI JAWA BARAT
FRESH.SUAKAONLINE.COM, Freshgrafis – Abad ke 19 menjadi titik tolak perkembangan kereta api di Jawa Barat. Diawali dari permasalahan yang dialami pengusaha kopi dan teh yang kesulitan membawa hasil panennya dari daerah pegunungan ke pesisir. Karenanya, para pengusaha tersebut mengusulkan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk membangun rel kereta api untuk memudahkan proses distribusi.
Pembangunan rel kereta api dimulai pada tahun 1869 dengan rute Batavia (Jakarta) – Buitenzorg (Bogor) sepanjang 58,6 KM. Dikarenakan terdapat kesulitan keuangan, pembangunan rel kereta api jalur Batavia-Buitenzorg ini dibagi menjadi tiga gelombang, yaitu Batavia sepanjang 9.270 M, bagian Jatinegara sepanjang 20.992 M. dan bagian Buitenzorg sepanjang 28.344 M.
Seiring berjalannya waktu, dimulai tahun 1881 peran kereta api tidak hanya terbatas pada transportasi barang, tetapi juga menjadi moda transportasi bagi masyarakat. Setelah pembangunan rute Batavia-Buitenzorg selesai, dilanjutkan dengan pembangunan rute kereta api Bogor-Cipari, Buitenzorg-Cicurug, Cicurug-Sukabumi, Sukabumi-Cianjur, dan Bandung-Cicalengka.
Keberadaan kereta api tidak hanya mempermudah pengangkutan hasil perkebunan tetapi juga membawa dampak besar dalam masyarakat. Dengan meningkatnya hasil perkebunan, ekonomi lokal meningkat, dan mobilitas penduduk dari desa ke kota juga meningkat. Hal ini mendorong pertumbuhan kota-kota perkebunan dan meningkatkan heterogenitas penduduk di wilayah tersebut.
Memasuki tahun 1941, permintaan terhadap hasil perkebunan menurun, yang berdampak pada penggunaan jalur kereta api. Kereta api yang awalnya digunakan untuk mengangkut hasil perkebunan kini lebih banyak digunakan sebagai alat angkutan penumpang yang tidak begitu menguntungkan. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan transportasi yang efisien tetap penting, tetapi fungsi kereta api perlu disesuaikan dengan kebutuhan pasaran.
Pada tahun 1941, kemunduran yang dialami perkeretaapian tercantum dalam laporan tahunan yang dikeluarkan SS (Staatsspoorwegen). Sebagai solusinya, dilakukan berbagai penataan seperti mengganti besi lapis pada jembatan-jembatan kereta api. Namun, ditengah prosesnya, Belanda dikalahkan oleh Jepang, yang akhirnya pada masa pendudukan Jepang dilakukan penutupan jalur-jalur kereta api yang telah ada.
Pada tahun 1970-an, pemerintah mulai melakukan revitalisasi terhadap jaringan kereta api dengan membentuk Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) untuk mengelola dan mengembangkan layanan kereta api. Meskipun demikian, tantangan infrastruktur dan pendanaan tetap menjadi kendala dalam memperbaiki layanan.
Dari masa ke masa, perkeretaapian di Jawa Barat terus mengalami peningkatan yang positif, baik dari jumlah penumpang maupun proyek infrastruktur yang sedang berjalan. Salah satu proyek kebanggan Jawa Barat saat ini adalah Kereta Cepat Bandung-Jakarta yang biasa dikenal dengan Whoosh dengan waktu tempuh 45 menit.
Sumber: Narasi Sejarah, Regional Kompas, OJS UNM
Peneliti: Triska Yulianti/Suaka
Redaktur: Faiz Al Haq/Suaka