Temukan Kebahagiaan Sejati dalam Buku Berani Tidak Disukai
Judul buku : Berani Tidak Disukai
Penulis : Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal buku : 304 halaman
Tahun terbit: 2019
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Bahagia menjadi satu kata yang terdengar sederhana namun terkadang terasa sulit untuk digapai manusia. Kebahagiaan dianggap sebagai puncak pencapaian hidup yang diidamkan, meski definisi dan cara mencapainya tentu berbeda bagi setiap individu. Seringkali, hal tersebut diukur berdasar pada seberapa banyak pengakuan dari orang lain. Namun, apakah kebahagiaan sejati hanya bisa dicapai jika mendapat banyak pujian dari orang lain?
Inilah pertanyaan mendasar yang coba dijawab oleh buku Berani Tidak Disukai karya Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga. Dengan pendekatan yang berbeda, buku ini menggali konsep kebahagiaan dari perspektif seorang psikolog dan filsuf, Alfred Adler, yang menekankan pentingnya hidup autentik tanpa rasa takut akan penilaian orang lain.
Melalui dialog antara seorang filsuf dengan seorang pemuda, Kishimi dan Koga membawa kita pada perjalanan pemahaman mendalam tentang kebahagiaan yang tidak bergantung pada pengakuan eksternal, melainkan pada keberanian untuk menjadi diri sendiri.
Berani Tidak Disukai menantang konsep kebahagiaan konvensional yang sering kali diukur berdasarkan pengakuan atau validasi dari orang lain. Sebaliknya, buku ini mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati datang ketika kita memiliki keberanian untuk hidup sesuai dengan nilai dan keinginan pribadi, tanpa merasa perlu diterima atau disukai oleh semua orang.
Buku ini dimulai dengan pengenalan pemikiran Adler bahwa setiap orang dapat memilih untuk berubah. Perubahan ini bukan sekadar memutuskan untuk menjadi berbeda, tetapi lebih dalam tentang bagaimana kita memandang masa lalu dan membebaskan diri dari trauma atau pengalaman yang menghambat kebahagiaan kita.
Dalam pandangan Adler, tidak ada yang namanya trauma dalam arti mengikat kita secara mutlak. Bab ini membahas bahwa setiap orang dapat memilih cara mereka memaknai pengalaman buruk atau menyakitkan. Dengan kata lain, kita memiliki kontrol penuh atas respon diri terhadap masa lalu dan tidak boleh membiarkannya mengendalikan masa depan.
Bab terakhir dengan judul yang sama seperti judul buku berisi rangkuman isi buku secara keseluruhan, yakni keberanian untuk hidup sesuai nilai-nilai kita sendiri, meskipun itu memungkinkan untuk tidak disukai orang banyak. Pesan utama di sini adalah bahwa keberanian untuk tidak disukai adalah kunci menuju kebahagiaan dan kebebasan sejati.
Bagi pembaca yang tidak terbiasa dengan teori psikologi atau filsafat, konsep yang diuraikan terkadang terasa berat dan membutuhkan refleksi mendalam, sehingga mungkin tidak cocok bagi semua kalangan pembaca. Meski begitu, Berani Tidak Disukai tetap menarik karena pesan inspiratifnya yang sangat relevan dengan tantangan hidup masa kini. Di era dimana tekanan sosial begitu kuat, pesan untuk berani menjadi diri sendiri dan menghadapi dunia tanpa takut pada penilaian orang lain mampu menjadi motivasi bagi banyak orang.
Fresh Crew: Sabrina Nurbalqis/Suaka
Editor Fresh: Nadia Ayu Iskandar/Suaka