Tentang Cinta, Waktu, dan Keberanian Memilih Hari Ini

TIX.id
Judul: Sore: Istri dari Masa Depan
Sutradara: Yandy Laurens
Produser: Suryana Paramita
Penulis Skenario: Yandy Laurens
Genre: Fantasi, Romantis
Tanggal Rilis: 10 Juli 2025
Durasi: 1 jam 59 menit
Perusahaan Produksi: Cerita Films
Pemeran: Sheila Dara Aisha, Dion Wiyoko, Goran Bogdan, Lara Nekic, dkk.
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Halo Fresh Reader, bagaimana jadinya kalau seseorang tiba-tiba datang dan bilang bahwa dia adalah pasangan hidup kamu dari masa depan? Mungkin, awalnya kamu akan menganggap itu lelucon, atau lebih parahnya lagi, halusinasi. Tapi, di film Sore: Istri dari Masa Depan, hal mustahil itu justru menjadi awal dari sebuah perjalanan emosional yang dalam, menyentuh, dan penuh makna.
Film ini merupakan adaptasi dari serial populer tahun 2017 berjudul sama yang tayang pertama kali di platform digital. Karya ini kembali dirilis dalam versi layar lebarnya pada 10 Juli 2025, dengan penggabungan sinematik dan emosional yang lebih mendalam. Disutradarai oleh Yandy Laurens, film ini menyajikan kisah cinta yang dibalut dengan elemen fiksi ilmiah ringan. Perlu Fresh Reader ketahui bahwa film ini bukan tentang mesin waktu, tapi tentang kehilangan arah, penyesalan, dan hadirnya kesempatan kedua untuk mengubah masa depan.
Tokoh utama, Jonathan (Dion Wiyoko), adalah seorang fotografer asal Indonesia yang menetap di Kroasia dengan rutinitas hidup monoton dan tidak terarah. Suatu ketika, seorang perempuan asing bernama Sore (Sheila Dara Aisha) muncul tiba-tiba di rumahnya dan mengaku sebagai istrinya dari masa depan. Tentu hal tersebut membuat Jonathan kebingungan dan terheran-heran. “Who are you?”, kalimat pertama yang terlontar dari mulut Jonathan yang diulang berkali-kali sepanjang film.
Keraguan atas identitas Sore menjadi penolakan akan kehadirannya. Meski demikian, perlahan Jonathan menerima kehadiran Sore yang sudah mulai bisa membuka hatinya dan mengubah cara pandangnya terhadap kehidupan yang lebih baik. Menyelamatkan Jonathan dari takdir buruk adalah misi utama Sore serta alasan mengapa ia bisa datang dari masa depan.
Tanpa banyak adegan dramatis, film ini berkembang dengan ritme yang tenang namun berbekal makna yang sangat mendalam. Perlahan, penonton diajak masuk ke dalam hubungan unik antara Jonathan dan Sore. Sore tahu semua hal tentang Jonathan hingga hal-hal kecil yang tidak bisa ditebak orang lain. Ia membawa memori masa depan yang belum terjadi, tapi terasa nyata dan menyentuh. Dari sinilah, Jonathan memercayai Sore dan berjanji mengikuti apapun yang Sore katakan.
Akan tetapi, beberapa kali Jonathan melanggar janjinya. Disaat itulah semua adegan dari awal bertemu Sore terus diulang. Nah, uniknya, dalam film ini Yandy Laurens menempatkan unsur waktu sebagai metafora tentang bagaimana keputusan hari ini akan menentukan siapa kita esok hari. Dialog-dialognya sederhana, tetapi sarat akan makna. Emosi dalam film ini tidak dihadirkan lewat ledakan amarah, tetapi lewat keheningan, tatapan, dan momen-momen kecil yang hangat.
Salah satu titik klimaks emosional, hadir dalam dialog yang diucapkan Sore, “Jika aku harus menjalani sepuluh ribu kehidupan, aku akan selalu memilihmu”. Bukan cuma romantis, kalimat ini terasa seperti pelukan hangat di tengah luka. Ada getir, harap, dan kesetiaan yang enggak butuh alasan logis. Di situlah film ini menyiratkan cinta yang diperjuangkan bukan karena sempurna, tapi karena dipilih berulang kali bahkan ketika takdir tak berpihak.
Dion Wiyoko dan Sheila Dara Aisha tampil sangat kuat secara emosional. Dion berhasil menggambarkan karakter Jonathan yang kikuk, polos, namun menyimpan luka masa lalu. Sementara Sheila hadir sebagai sosok misterius namun penuh kehangatan, membawa karakter Sore jadi titik keseimbangan antara realita dan harapan. Chemistry keduanya terasa natural dan apa adanya.
Visual dalam film ini sangat estetik, dengan warna-warna senja yang mendominasi menyimbolkan waktu yang terus berjalan serta musik latar yang tenang berhasil membangun atmosfer yang hangat sekaligus muram. Soundtrack yang emosional dari judul lagu “Pancarona” dan “Terbuang dalam Waktu” milik Barasuara turut memanjakan telinga penonton. Perpaduan keselarasan ritme yang pas dengan alur ceritanya.
Meski demikian, bagi sebagian penonton yang suka cerita dengan pace cepat dan konflik dramatis, film ini mungkin akan terasa terlalu sunyi dan datar. Beberapa adegannya berlama-lama di keheningan yang justru membuat alur terasa membosankan. Tetapi, justru disinilah letak ciri khas gaya film Yandy Laurens yang tidak langsung menjelaskan inti segalanya, melainkan mengajak penonton untuk bisa merasakannya.
Secara keseluruhan, film ini adalah drama romantis dengan balutan fiksi ilmiah, namun berhasil menggugah perasaan dan pikiran. Kisahnya sederhana, tapi berisikan pesan bahwa masa depan bukan milik mereka yang bisa melihat ke depan, tapi milik mereka yang berani memperbaikinya hari ini. Sebab, takdir bukan sesuatu yang harus diterima, melainkan sesuatu yang bisa dipilih dan diperjuangkan. Kalo masa depan bisa datang hari ini dan menawarkan pilihan baru, Fresh Reader akan mengubahnya atau tetap memilihnya? Yuk, tonton filmya biar kamu tahu jawabannya!
Fresh Crew: Mila Ismawati/Suaka
Editor Fresh: Hanifah Flora Reine/Suaka