Merangkai Kebahagiaan yang Bijaksana dalam Buku Filsafat Kebahagiaan

Ilustrasi: Andra Adithya Nugraha/Magang
Judul buku: Filsafat Kebahagiaan
Penulis: Dr. Fahruddin Faiz
Penerbit: PT Mizan Pustaka
Tahun terbit: 2024
Jumlah halaman: 288 halaman
ISBN: 978-602-441-332-3
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Apa yang Fresh Reader pikirkan ketika mendengar kata kebahagiaan? Apakah yang terlintas adalah sesuatu yang menyenangkan, seperti hal-hal yang dapat membuat kita tersenyum maupun tertawa? Apakah bahagia adalah saat kita memiliki kegemilangan dan kemewahan? Atau … apakah kebahagiaan adalah saat ketenangan menyertai jiwa kita?
Memahami dan menemukan hakikat kebahagiaan ternyata tidak sesederhana seperti rangkaian kata-kata indah dalam sebuah bait puisi. Setiap orang bisa menafsirkan kebahagiaan dengan cara yang berbeda-beda. Namun, pada intinya, kebahagiaan akan berkaitan erat dengan keseimbangan, kedamaian, dan merdekanya jiwa serta nurani manusia.
Di zaman sekarang, arus perkembangan teknologi dan informasi yang serba cepat menyebabkan manusia dapat dengan mudah teralienasi. Matinya kepakaran dan kemerosotan tingkat kepercayaan pada ilmuwan yang dikalahkan oleh eksisnya para influencer atau selebriti, menyebabkan kedangkalan intelektual masyarakat. Salah satu faktornya adalah terjadi kehampaan spiritualitas.
Seorang tokoh bernama Sayyed Hossein Nasr, berpandangan bahwa manusia modern cenderung memiliki kehampaan spiritualitas. Padahal, spiritualitas adalah sumber kebahagiaan dan hidupnya cahaya spiritualitas dapat menghidupkan kebahagiaan. Untuk terhindar dari kehampaan spiritualitas, kita dapat berikhtiar dengan cara menutrisi akal, nurani, dan jiwa kita dengan bijaksana dalam mencari kebahagiaan. Buku Filsafat Kebahagiaan karya Dr. Fahruddin Faiz dapat membimbing kita untuk sampai pada kebijaksanaan dalam berbahagia.
Beranjak ke dalam isi buku tersebut, ada empat tokoh yang membahas kajian kebahagiaan perspektif filsafat. Mulai dari filsafat Yunani kuno (Plato), filsafat Islam, sampai filsafat Jawa (Ki Ageng Suryomentaram). Ulasan ini akan difokuskan pada pandagan dua tokoh filsuf Islam, yaitu Al-Farabi dan Al-Ghazali.
Menurut Al-Farabi, “Untuk mencapai kebahagiaan kita harus melakukan perpaduan antara keutamaan teoretis (kebijakan/virtue), keutamaan berpikir, keutamaan moral (akhlak), dan keutamaan praksis-kreatif,” (hal 122). Kunci kebahagiaan menurut Al-Farabi adalah kita harus menguasai ilmu pengetahuan. Semakin luas wawasan seseorang, maka semakin besar juga peluang orang tersebut untuk bahagia.
Sedangkan Al-Ghazali, menurutnya, “Kunci kebahagiaan adalah mengenal diri, Tuhan, dan dunia,” (hal 203). Selain itu, Al-Ghazali berkata supaya manusia dapat bahagia, perlu mewaspadai dua hal dan memenuhi satu hal, yaitu waspada terhadap syahwat dan amarah serta mencari bekal ilmu. Al-Ghazali secara halus menekankan bahwa manusia harus bisa membaca dunia untuk sampai pada kebahagiaan.
Dua pandangan filsuf di atas merupakan sepenggal topik menarik yang ada dalam buku ini. Masih banyak sekali hal yang dapat kita gali terkait mencari arti sejati dari kebahagiaan. Setelah membaca buku ini, kita akan dapat memetakan dan merefleksikan pemahaman dan pandangan kita selama ini terhadap kebahagiaan. Kita akan mengenal lebih dekat perkara alat apa yang menjadi tolok ukur kebahagiaan, sejauh mana kita memaknai hal yang disebut bahagia, serta cara memperoleh kebahagiaan dengan bijaksana.
Buku ini wajib dibaca setidaknya sekali seumur hidup oleh semua kalangan yang bingung dan ragu untuk menemukan jalan bahagia. Meskipun gaya bahasanya cenderung filosofis dan teoritis, sehingga mungkin sulit dipahami oleh sebagian orang, buku ini secara tidak langsung kaya akan nasihat lewat pemikiran para filsuf kebahagiaan. Selamat membaca, Fresh Reader!
Fresh Crew: Andra Adithya Nugraha/Magang
Editor Fresh: Hanifah Flora Reine/Suaka