Jumbo, Kisah Fantasi Sarat Makna Persahabatan dan Perjuangan

doc.net
Judul film: Jumbo
Sutradara: Ryan Adriandhy
Penulis naskah: Ryan Adriandhy dan Widya Arifianti
Rumah produksi: Visinema Studios
Tanggal rilis: 31 Maret 2025
Genre: Fantasi, Drama
Durasi: 1 jam 42 menit
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Sekitar 9,6 juta penonton dalam 45 hari penayangan. Ya, itulah pencapaian film Jumbo yang disutradarai Ryan Adriandhy dan digarap oleh lebih dari 400 kreator selama lima tahun. Detail visualnya yang kaya diiringi palet warna pastel yang cerah dan nyaman dilihat, membuat film ini sukses memanjakan mata penonton. Kesan dongeng klasik yang disajikannya pun turut menyumbang nuansa nostalgia bagi penonton.
Cerita Jumbo berfokus pada perjalanan Don, seorang anak yatim piatu yang sangat mencintai buku dongeng warisan orang tuanya. Ia sering merasa rendah diri karena tubuhnya besar dan selalu diremehkan oleh teman-temannya. Oleh karena itu, Don pun mencari cara untuk membuktikan kemampuan dirinya dengan mengikuti pertunjukan bakat. Ia berencana menampilkan sandiwara panggung yang terinspirasi dari buku cerita peninggalan orang tuanya.
Sayangnya, Atta, anak laki-laki yang sering mengganggu Don, mencuri buku cerita tersebut. Don pun merasa putus asa. Ia khawatir tidak akan bisa menyajikan penampilan terbaik tanpa buku cerita itu. Dalam upayanya untuk merebut kembali bukunya, Don tiba-tiba bertemu dengan Meri, seorang anak misterius yang datang dari dimensi dunia lain.
Meri meminta bantuannya untuk kembali bersatu dengan arwah orang tuanya, karena ia merasa Don adalah orang yang bisa membantunya. Don beserta kedua temannya, Mae, dan Nurman, tentu terkejut dengan kehadiran Meri. Bersama mereka, Don mulai menghadapi tantangan baru, tidak hanya dalam pertunjukan bakat, tetapi juga menghadapi sosok yang menghalangi pencarian Meri.
Karakter Atta, sang antagonis, menjadi salah satu aspek paling menarik dalam film ini. Dikenal sebagai sosok nakal, perilaku buruknya dipengaruhi oleh kondisi sosial yang sulit. Di sisi lain, walau ditampilkan sebagai tokoh utama, Don tak luput dari kekurangan. Ia sering egois dan kurang mendengarkan orang lain.
Ketika menghadapi tantangan, Don terjebak dalam ambisinya hingga melupakan janji yang telah ia buat. Namun, seiring berjalannya cerita, baik Atta maupun Don mengalami perkembangan karakter yang signifikan, memungkinkan mereka untuk saling memahami dan memperbaiki hubungan. Kisah mereka pun menyimpan pesan moral yang mudah dipahami, khususnya untuk penonton anak-anak.
Melalui Jumbo, isu-isu sosial yang lebih dalam, seperti perundungan dan kehilangan, diangkat dengan cara yang dapat diterima oleh anak-anak. Film ini menawarkan pelajaran penting tentang empati dan pengertian, tanpa kehilangan daya tariknya sebagai tontonan keluarga. Pendekatan ini menjadikan Jumbo sebagai karya yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik.
“Setiap ada peran yang bercerita, harus ada juga peran yang mendengarkan.” – Oma.
Dialog yang konyol dan ekspresi karakter yang menggelitik menciptakan momen-momen lucu yang akan membuat penonton tertawa. Salah satu sumber humor yang kuat berasal dari kedekatan film dengan suasana sekitar rumah, seperti karakter kambing milik Nurman yang relate dengan masyarakat Indonesia yang gemar beternak kambing. Selain itu, drama panitia acara 17-an, di mana ibu-ibu cenderung heboh mendukung bahkan menyuruh anaknya mengikuti lomba, turut menambah bumbu humor yang menggelitik.
Selain visual dan alur cerita yang memikat, soundtrack film pun tak kalah membekas di ingatan penonton, bahkan viral di media sosial. Salah satunya ialah lagu “Selalu Ada di Nadimu” yang dalam film diciptakan oleh ibu Don untuk putranya. Lirik lagu ini melantunkan pesan orang tua untuk anaknya agar tetap kuat dan tegar menghadapi berbagai rintangan dan cobaan yang akan datang silih berganti. Meski tak selalu bisa hadir secara fisik, kasih sayang orang tua tetap hadir lewat doa dan kenangan yang abadi.
Latar yang disajikan dalam film ini sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Adegan-adegan yang menggambarkan pedagang gerobak, keramaian proyek jalanan, panjat pinang di hari kemerdekaan, dan kehidupan di perumahan padat penduduk menciptakan koneksi emosional yang kuat. Keberagaman etnis yang ditampilkan semakin memperkaya cerita, memberikan gambaran nyata tentang keindahan budaya Indonesia.
Dengan durasi 1 jam 42 menit, film ini mampu menitikkan air mata penonton, mengajak kita untuk merenungkan makna keluarga dan persahabatan. Alur cerita film Jumbo terbilang alur linear atau sederhana dengan tempo cerita lambat, memberi ruang bagi anak-anak untuk memahami pesan yang disampaikan tetapi kurang menantang bagi penonton remaja dan dewasa.
Dengan kebaruan dan inovasi di dalamnya, sangat disayangkan Jumbo kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah yang seharusnya mendukung industri kreatif lokal. Meskipun demikian, film animasi ini menunjukkan bahwa Indonesia semakin mampu bersaing di panggung internasional. Jumbo adalah langkah penting bagi masa depan animasi lokal yang penuh potensi.
Fresh Crew: Nurul Hikmah Azzahro/Magang
Editor Fresh: Hanifah Flora Reine/Suaka