Le Petit Prince, Menjadi Anak-anak dan Menjaga Kenaifan

Foto Buku (Arijal Hadiyan / Kontributor)
Berkisah tentang seorang lelaki bernama Antoine-Marie-Roger de Saint-Exupéry, seorang pilot Prancis yang sembrono suatu hari jatuh di gurun pasir Libya tepatnya 30 Januari 1935. sejak 1923 ia melakukan penerbangan ke berbagai tempat hanya untuk melupakan hubungan asmaranya. walapun pria kelahiran 29 Juni 1900 itu sudah tak lagi muda untuk menerbangkan pesawat Ia akan tetap ngeyel untuk terbang. Karena terbang adalah cinta pertamanya.
Dengan perbekalan yang terbatas Ia cemas, tidak akan mampu bertahan hidup bila pesawatnya tak dapat terbang lagi. Ia pun mencari pertolongan dalam keputus asaannya “bagaimana mungkin ada orang ditengah gurun segersang ini,” Namun pada suatu ketika yang tak pernah Ia duga Ia bertemu dengan seorang bocah berambut keemasan dengan stelan pangeran. Pertemuan tersebut menjadi awal dari keseluruhan cerita.
Lelaki tersebut mengawali cerita dengan pengalaman masa kecilnya yang pilu. Suatu hari ketika itu Ia membaca sebuah buku Kisah-kisah Nyata, yang didalamnya menceritakan kejadian di Rimba Raya, bahwa ular sanca bisa memangsa hewan buas bulat-bulat. Ia pun mencoba berimajinasi dan menggambar seekor ular sanca sedang menelan gajah bulat-bulat!
Saat ia menunjukan gambarnya pada orang dewasa, mereka mengira itu adalah gambar topi. Kemudian Lelaki itu memperjelas gambarnya dengan menggambarkan wajah gajah yang ada dalam perut sanca. Namun orang dewasa malah menyuruhnya untuk lebih menekuni ilmu bumi, matematika dan lain-lain. Sejak saat itu, tepatnya di usia 6 tahun, Ia berhenti menggambar.
Pada pertemuannya dengan Pangeran Kecil, Pangeran Kecil memintanya menggambar seekor domba. Tapi lelaki itu tak berdaya, kariernya dalam melukis hanya sampai menggambar sanca menelan gajah yang mirip topi. Ia pun akhirnya memaksakan diri untuk menggambar domba, namun apa daya berkali-kali mencoba gambarnya tidak mampu membuat Pangeran Kecil yang keras kepala itu puas. Akhirnya Ia putus asa, dan menggambar sebuah peti.
Cerita berlanjut pada latar belakang kehidupan si Pangeran Kecil tentang planet kecilnya (bintang lebih tepatnya) yang Ia rawat, bunga mawar kesayangannya, pohon baobab, dan gunung-gunung vulkaniknya. Juga, perjalanan Pangeran Kecil ke Asteroid 325, 326, 327, 328, 329, 330. Di tiap ateroid Ia bertemu orang yang memiliki perangai berbeda. Orang-orang tersebut masing-masing menggambarkan satu sifat yang kontras. Raja yang selalu memerintah, si Sombong yang haus pujian, Pemabuk yang ngelantur, Pengusaha yang gila kerja, Penyulut Lentera yang taat, Ahli Bumi yang bijaksana, dan Rubah yang romantis.
Empat tokoh pertama sangat menggambarkan sifat orang-orang dewasa. Cara berpikir mereka tidak mampu dipahami oleh Pangeran Kecil . Saat bertemu Penyulut Lentera yang taat di sebuah planet yang sangat kecil, Pangeran Kecil merasa ialah satu-satunya orang yang tak cukup bodoh. Walaupun ketaatannya untuk menyalakan lampu jalan bahkan membuatnya tidak bisa istirahat dan terlihat konyol, setidaknya Ia tidak memikirkan dirinya sendiri.
Perjalan Pangeran Kecil akhirnya bermuara di Planet Bumi, dimana Ia bertemu dengan Rubah yang minta dijinakan. Bagian ini meupakan akhir cerita yanga paling romantis, seperti dimensi Kahlil Gibran. Ikatan, kebersamaan, cinta, dan keindahan disulam menjadi dialog-dialog puitis.
Le Petit Prince bisa jadi obat untuk kita semua yang mulai merasa tidak hidup lagi. Buat mereka yang tidak suka baca buku karena jenuh melihat huruf-huruf yang berjejal dan halaman yang ribuan, buku ini adalah awal yang baik. Ilustrasi yang dibuat langsung oleh Saint-Exupéry juga mampu menyegarkan mata.
Walaupun cerita anak ini dikemas dengan gaya bahasa yang berat untuk usia anak-anak, Le Petit Prince punya cerita dan pelajaran yang sangat layak untuk dikonsumsi anak sejak dini. Dibutuhkan pendampingan orang tua tentunya. Sebagai penutup, kurang lebih ada pesan moral untuk kita semua “Membiarkan anak anda berbicara dengan bunga dan duri-durinya tentu lebih baik dari pada memberikan mereka motor Ninja di usia kanak-kanak,”.
Kontributor Arijal Hadiyan
Redaktur Ulfah Choirun Nissa