Kenali Mulsa Tanpa Olah Tanah, Inovasi Pertanian Ramah Lingkungan

Kompasiana
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Dunia pertanian senantiasa mengalami perkembangan dari masa ke masa. Pada awalnya, semua kegiatan pertanian mendayagunakan tenaga manual. Namun, seiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi, muncul berbagai macam inovasi yang membantu para petani dalam mengolah lahan pertanian. Salah satu inovasi yang berkembang saat ini adalah Mulch No Till atau Mulsa Tanpa Olah Tanah (MTOT).
Mulsa Tanpa Olah Tanah merupakan salah satu metode atau teknik yang digunakan dalam pertanian yang mengandalkan penggunaan lapisan penutup organik di tanah. Lapisan yang digunakan umumnya berasal dari bahan organik seperti jerami, daun ataupun rumput kering. Tujuan utama dari penggunaan lapisan ini adalah untuk menjaga kelembaban tanah dan meningkatkan penyerapan unsur hara.
Proses pengolahan lahan menggunakan teknik MTOT pada tanaman padi dimulai dengan membuat bedengan tanah, yaitu tanah yang ditinggikan seteah diolah untuk tempat tumbuh tanaman. Bedengan kemudian ditutup dengan lapisan organik, biasanya dari jerami sisa pertanian ataupun daun-daun kering. Kemudian, parit antar bedengan dialiri air dan dibiarkan kurang lebih 20 hari sembari benih padi disemai. Proses ini akan membantu melunakkan struktur tanah dan memudahkan dalam proses penanaman padi.
Pemanfaatan Mulsa Tanpa Olah Tanah ini tidak hanya digunakan untuk menanam padi, tetapi juga beberapa jenis tanaman lainnya, seperti jagung dan berbagai jenis sayuran. Selain itu, untuk pembudidayaan tanaman hortikultura (tanaman kebun), seperti tomat, terong, selada, kubis, dan lainnya juga bisa menggunakan metode MTOT.
Di Indonesia sendiri, metode MTOT telah dikembangkan di berbagai daerah yang tersebar di delapan provinsi meliputi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.
Penggunaan MTOT ini memberikan berbagai manfaat dibandingkan metode konvensional yang pada umumnya menggunakan traktor. Pengolahan konvensional menyebabkan lapisan tanah memadat akibat penggunaan alat berat, seperti traktor. Hal ini berdampak pada pengurangan aerasi yang menghambat pertumbuhan akar tumbuhan. Selain itu, penggunaan metode konvensional dapat menghilangkan sisa-sisa tanaman dan gulma yang menjadi pupuk organik bagi tanah.
Kebalikannya, penggunaan metode MTOT memberi sejumlah keuntungan. Biaya produksinya relatif lebih murah dan juga tidak memakan begitu banyak tenaga. Bahkan, MTOT dapat membantu mengurangi kadar polusi udara dan meredakan erosi pada tanah. Kesuburan tanah meningkat akibat pelapukan dari bahan organik yang terurai sehingga lebih subur dan gembur.
Tidak hanya keuntungan bagi lingkungan, penggunaan metode MTOT ini meningkatkan hasil produksi yang cukup signifikan. Tercatat setidaknya terdapat peningkatan produksi hasil pertanian 15 sampai dengan 20 persen lebih tinggi pada metode MTOT dibanding metode konvensional. Gimana Fresh Reader, tertarik belajar lebih lanjut tentang ragam teknik pertanian gak, nih?
Sumber : FIELD Indonesia, Sawitindonesia.com, Media Center Banjarbaru, Antaranews.com, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian.
Fresh Crew: Fatma Azzahra/Magang
Editor Fresh: Hanifah Flora Reine/Suaka