Selamatkan Diri Sendiri dari Bahaya Toxic Friendship
![](https://fresh.suakaonline.com/wp-content/uploads/2023/03/furious-frustrated-young-woman-having-angry-facial-expression-being-mad-her-female-friend-who-is-looking-up-wonderingly-1000x605.jpg)
![](https://fresh.suakaonline.com/wp-content/uploads/2023/03/furious-frustrated-young-woman-having-angry-facial-expression-being-mad-her-female-friend-who-is-looking-up-wonderingly.jpg)
(freepik/karlyukav)
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Memiliki teman dekat adalah suatu fitrah dari manusia sebagai makhluk sosial. Tak jarang, kita menjadikan teman sebagai salah satu support system yang dapat membangkitkan di kala terpuruk. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa aktivitas manusia tak luput dari peran orang lain.
Faktanya, pertemanan itu tidak selalu membawa pengaruh positif. Ada pula relasi pertemanan yang memiliki kualitas negatif, keadaan tersebut dikenal sebagai toxic friendship. Dilansir dari Jurnal Komunikasi dan Organisasi, toxic friendship adalah hubungan persahabatan yang beracun dan tidak sehat serta hanya menguntungkan di satu sisi dan merugikan di satu sisi lainnya.
Founder Ambu Consulting & Healing Center, Eva Nur Khofifah, menyatakan bahwa perilaku komunikasi dari seorang toxic friend yaitu egois, merasa bahwa orbit kehidupan hanya ada pada dirinya. Sehingga, orang lain yang menjadi teman dekat dia dipaksa untuk selalu mengikuti apapun keinginannya. “Intinya menjadi racun, tidak mau tahu apa yang dipikirkan orang lain, bagaimana perasaan orang lain, hanya fokus pada dirinya, dan cenderung selfish,” jelasnya, Kamis (9/3/2023).
Hal tersebut pernah dirasakan oleh Mahasiswa jurusan Sosiologi UIN SGD Bandung, Aisyah Divani, ia menjelaskan bahwa pada saat di bangku SMP, teman terdekatnya selalu berlaku semena-mena. Pada awalnya Aisyah tidak menyadari bahwa perlakuan temannya tersebut dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental.
“Awalnya saya tidak menyadari bahwa toxic friendship dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental. Namun, lama-lama mulai merasakan bagaimana resahnya saya saat berhubungan dengan seorang toxic friend hingga pada akhirnya tertekan,” ujarnya, Jumat (10/3/2023).
Berbagai pengaruh terhadap mental dapat dialami seseorang apabila tetap mempertahankan jalinan persahabatan yang toxic. Dari mulai merasa minder dan berujung menarik diri dari orang lain, hingga selalu merasa tidak nyaman dengan sikap-sikap menyebalkan yang selalu mengganggunya. Parahnya lagi dapat menyebabkan seseorang menjadi manusia yang rapuh karena depresi.
Aisyah membenarkan pernyataan tersebut terkait kelelahannya berada dalam pertemanan yang seperti itu.“Saya merasa lelah karena harus selalu berusaha untuk memenuhi keinginan dan ekspektasi mereka, jika tidak dituruti saya akan dikucilkan, dan diadu domba, Selain itu, saya juga merasa cemas, stres, sedih, tertekan dan tidak nyaman,” jelasnya.
Selain itu terdapat berbagai penyebab seseorang menjadi toxic frienship yakni berkaitan dengan pola asuh yang dialaminya. Dalam hal ini orang tua cenderung membiarkan anaknya melakukan apapun yang diinginkan tanpa ada batasan-batasan sehingga memaklumi setiap perilakunya yang berujung menjadi kebiasaan.
Bukan hanya itu saja, Eva juga mengatakan toxic friendship ini bisa juga disebabkan karena permasalahan psikologis seseorang. “Dia menjadi toxic karena awal mulanya meniru, sehingga menjadi kebiasaan. Bisa juga karena ada permasalahan psikologis yang akhirnya berpengaruh terhadap perilakunya pada orang lain,” ujarnya.
Cara menghadapi toxic friendship
Saat seseorang telah menyadari bahwa dirinya terjerat pada toxic friendship, sudah semestinya ia keluar dari kungkungan tersebut. Untuk itu, diperlukan berbagai upaya agar terjauh dari segala pengaruh negatifnya. Fresh Reader bisa nih mengikuti solusi dari Eva terkait tips menghadapi teman yang toxic, yaitu membuat batasan dengan menjalin persahabatan hanya dengan orang-orang yang positif.
“Rasulullah saw. pun menyarankan kita untuk memilih-milih sahabat. Karena jika kita bersahabat dengan seorang penjual minyak wangi, maka kita akan terkena baunya. Jika kita dengan pandai besi, maka terciprat juga baunya. Nah, itu benar-benar dalil yang harus kita praktikkan dalam kehidupan friendship,” tutur Eva.
Tak hanya itu, mampu berkata ‘tidak’ saat teman yang toxic mengajak kepada hal buruk juga merupakan suatu perilaku luar biasa. Tentunya perlu keberanian yang besar untuk mengeluarkan semua unek-unek itu. Namun, penolakan tersebut tetap harus disampaikan dengan baik agar tidak menyinggung.
Poin penting yang perlu Fresh Reader tanamkan adalah self-love. Memilih keluar dari belenggu toxic friendship adalah salah satu langkah untuk melindungi diri sendiri. Dengan begitu kita dapat terbebas dari perasaan tidak nyaman yang selalu menyertai di saat berhadapan dengan mereka.
Fresh Crew : Tiara Siti N/Magang
Editor Fresh : Fitri Nur Hidayah/Suaka