Kisah Haru dan Traumatik Si Kakek Penggerutu
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian, karena hal itu tentunya kita takut jika suatu saat nanti akan ditinggalkan oleh orang tersayang. Seperti halnya Otto yang ditinggal mati oleh sang istri karena kanker yang diidapnya.
Otto digambarkan sebagai seorang pria tua yang sangat perfeksionis dan juga pemarah. Dia sangat mudah marah jika ada penghuni atau tetangga di sekitarnya yang tidak menaati aturan. Seperti membuang sampah sembarangan, atau jika salah memarkirkan kendaraan. Intinya Otto akan mudah marah jika melihat sesuatu yang tidak sesuai aturan yang ada.
Setelah di-PHK dari tempatnya bekerja selama puluhan tahun membuat Otto merasa tak punya alasan lagi untuk hidup. Maka ia memutuskan untuk bunuh diri. Namun beberapa kali usaha bunuh dirinya selalu gagal. Hingga ia bertemu dengan Marisol, tetangga barunya. Marisol datang dengan suami dan kedua anak perempuannya yang manis perlahan meluluhkan hati Otto yang beku.
Itulah cerita yang disuguhkan dalam A Man Called Otto yang rilis pada 30 Desember 2023 lalu. Film ber-genre drama komedi ini merupakan garapan Marc Foster yang berkarier di dunia perfilman sejak tahun 1995. Selain itu film ini juga dibintangi oleh aktor lawas yang memiliki segudang penghargaan yaitu Tom Hanks yang membawakan karakter Otto yang cukup berhasil.
Film ini juga sudah mengumpulkan 83 juta dollar dari peredaran internasional. Sementara dari Indonesia, film ini berhasil menggaet lebih dari 500 ribu penonton. Di negerinya sendiri, berhasil mengumpulkan perolehan tak kurang dari 53 juta dollar. Artinya hanya dari peredaran dalam negeri, film yang disutradarai Marc Forster tersebut sudah balik modal dari biaya produksi sebesar 50 juta dollar.
Film seperti A Man Called Otto adalah jenis film yang akan membuat setiap orang terenyuh dan tenggelam dengan drama yang ada di dalamnya. Diadaptasi dari buku dan film berjudul A Man Called Ove film ini tak ubahnya seperti sup ayam yang baru masak atau pelukan hangat dari pasangan saling mencintai. Susah untuk tidak tenggelam dalam kehangatan yang diciptakan film ini.
Tom Hanks berhasil memerankan karakter Otto dengan sangat apik. Ia berhasil membawakan monolog dengan nada ketus, tapi mengundang tawa penonton. Selain itu, dialog Otto bersama karakter lain, seperti Marisol, Tommy, hingga Jimmy selalu membuat penonton tertawa. Penonton berhasil dibuat tertawa hingga menangis oleh akting Tom Hanks. Meski Otto tidak berusaha melucu, tapi tingkah lakunya justru mengundang tawa. Maka tak mengherankan jika film ini dijuluki sebagai komedi yang menyedihkan.
Selain itu, film ini cukup realistis dengan kenyataan. Tidak semua orang mencari kebahagiaannya di dunia. Terkadang mereka justru mencari kebahagian yang sudah pergi terlebih dulu dari dunia fana. Seperti saat, usaha Otto selalu gagal, tapi bukan sia-sia. Penonton akan dibuat menangis dan tak rela setiap Otto ingin mengakhiri hidupnya. Tapi di satu sisi, merasa tersentuh karena Otto bisa kembali mengingat kenangan Sonya.
Namun sayangnya dengan durasinya yang mencapai 126 menit akan mudah membuat penonton kelelahan, terutama dengan pola penceritaan serupa seiring plot berjalan. Secara teknis, tak ada yang benar-benar mengganggu dalam A Man Called Otto. Penggunaan color tone yang konsisten berkarakteristik cool dan warm, sinematografi yang cenderung steady, hingga scoring yang dramatis membuatnya enjoyable.
Melalui film ini, sang sutradara juga ingin menjelaskan jika siapa saja bisa mengobati kesedihan. Meskipun merasa sendiri dan larut dalam kesedihan, kita tidak boleh mengabaikan bantuan dan dukungan dari orang terdekat. Entah itu dari keluarga, sahabat, ataupun teman. Karena bagaimana pun bantuan dari mereka bisa membuat harapan baru untuk terus melanjutkan kehidupan dengan cara yang lebih baik.
Tapi film ini dirasakan kurang cocok ditonton seseorang yang sedang merasakan kesedihan, bahkan mental health issue, karena ditakutkan dapat mempengaruhi suasana hati. Oleh karena itu diharapkan bagi yang hendak menonton film ini tidak sedang mengalami hal-hal yang traumatik.
Fresh Crew: Muhammad Hikmal/Magang
Editor Fresh: Fitri Nur Hidayah/Suaka