Short Attention Span di Tengah Ledakan Video Pendek
FRESH.SUAKAONLINE.COM, Freshgrafis – Di era digital yang menuntut segalanya serba cepat, barangkali tak ada konten yang lebih mudah dikunyah dan cepat ditelan selain video pendek. Fresh Reader tentu akrab dengan Instagram Reels, TikTok, YouTube Shorts, atau Facebook Watch, semuanya berlomba menyuguhkan potongan informasi dan hiburan dalam tempo kilat, mulai dari 15 hingga 60 detik saja.
Video pendek itu memang seru, cepat, ringkas, dan bikin nagih. Rasanya kayak dapet hiburan instan tiap kali scroll. Tak heran jika banyak orang larut dalam pusaran konten hingga berjam-jam. Tapi di balik keseruannya, ada algoritma media sosial terus menyodorkan konten yang kita suka, sampai sulit untuk berhenti scrolling layaknya zat adiktif.
Dikutip dari halodoc, seorang psikoterapis, Philip Cushman menyarankan durasi ideal penggunaan gawai tidak lebih dari 30 menit hingga 1,5 jam per hari. Namun realitanya, menurut data terbaru, rata-rata masyarakat Indonesia menatap layar ponsel hingga 6,05 jam per hari, tertinggi di dunia.
Lama-lama, hal tersebut akan menyebabkan dampak negatif bagi otak, mengacaukan fokus, dan pengendalian diri akan mudah terganggu. Penelitian dari Zhejiang University dan Hangzhou City University menunjukkan korelasi signifikan antara rendahnya self-regulation dan meningkatnya kecanduan terhadap video pendek. sehingga kecenderungan tersebut dapat mengganggu kontrol eksekutif pada otak.
Fenomena ini dikenal dengan istilah short attention span, kondisi di mana individu gagal mempertahankan perhatian dalam rentang waktu yang panjang. Hal ini diakibatkan oleh seringnya terpapar konten yang cepat dan singkat. Kemampuan ini telah merosot tajam selama dua dekade terakhir. Saat ini, rata-rata manusia hanya mampu bertahan fokus selama 8,5 detik, lebih singkat dibandingkan ikan mas koi yang bisa bertahan 9 detik.
Dilansir dari healthline.com, short attention span dapat memperburuk produktivitas kerja atau sekolah, ketidakmampuan untuk menyelesaikan tugas sehari-hari, kehilangan detail atau informasi penting, kesulitan komunikasi dalam hubungan, serta meningkatnya risiko kesehatan akibat kelalaian terhadap rutinitas sehat.
Oleh karena itu, seseorang dengan short attention span dapat memulai dengan membatasi waktu penggunaan gawai, menetapkan jadwal kerja atau belajar yang terstruktur, dan melatih teknik mindfulness atau meditasi.
Selain itu, menciptakan lingkungan yang bebas dari gangguan, seperti bekerja di tempat yang tenang dan menjaga kebersihan ruang kerja, juga bisa membantu meningkatkan fokus. Jadi, mulai sekarang perhatikan dan batasi konsumsi video pendek, ya, Fresh Reader!
Peneliti: Sofa Nur Alfiah/Magang
Redaktur: Sabrina Nurbalqis/Suaka
Sumber: Merdeka.com, Halodoc, Healthier, dan Detik.com