Sikapi Pikiran Berlebihan dengan Mindfulness

Oleh: Siti Hannah Alaydrus*
FRESH.SUAKAONLINE.COM – “Tidak ada hal di dunia ini yang dapat mengganggumu sebanyak pikiranmu sendiri.”- Anonim
Setujukah Fresh Reader dengan kutipan di atas? Ya, dalam hidup, tentu kita tidak bisa terlepas dari pikiran-pikiran yang ada di kepala. Mulai dari hal-hal sederhana hingga rumit. Tapi, ketika hal yang dipikirkan itu dilakukan terus-menerus hingga menyita waktu, bisa jadi kita sedang mengalami overthinking. Melansir dari pijarpsikologi, secara harfiah overthinking ialah kondisi saat kita terlalu memikirkan dan mempertimbangkan arti, penyebab, dan konsekuensi dari perasaan yang tengah seseorang rasakan. Pun masalah yang tengah dihadapi.
Menurut saya overthinking tidak begitu buruk karena kita memikirkan segala kemungkinan yang terjadi sebelum melakukan tindakan atau keputusan dan ‘berpikir’ merupakan salah satu kelebihan manusia. Namun, dilain sisi, berpikir berlebihan terhadap suatu masalah justru akan memicu perasaan khawatir dan cemas berlebih yang tidak berujung pada solusi. Alhasil, kondisi tersebut akan mengganggu kesehatan fisik dan mental, seperti kewalahan dengan banyaknya pikiran di kepala.
Overthinking ini tentu akan menghambat diri kita untuk merasakan ketenangan. Itu pula yang dirasakan oleh saya. Menyadari betapa tergesa-gesanya saya, betapa saya merasa hidup ini sangatlah menyebalkan. Ingin bisa mengendalikan semuanya, padahal bisa mengendalikan semuanya adalah sebatas ilusi. Lalu, bagaimana saya menyikapi kecemasan yang dirasa?
Hal paling utama menurut saya adalah dengan mengenali dan menyadari tanda bahwa kita sedang overthinking. Berhenti, duduk diam, dan sadari tubuh yang bereaksi saat overthinking. Juga, sadari ketika kita mulai merasa stress atau serba tergesa-gesa, ingin segera menyelesaikan satu hal dan berpindah melakukan hal lain. Atau tanda lainnya adalah ketika kita kewalahan dengan banyaknya pikiran di kepala, sehingga kita sulit untuk tidur.
Nah, penting untuk kita menyadari pikiran-pikiran itu, membatasi dengan wajar dan berdamai dengan pikiran, seburuk apapun itu. Mulai dengan sadari bahwa kita tidak bisa mengendalikan semua yang terjadi dan tidak semua akan sesuai dengan harapan kita. Karena, sehebat apapun usaha kita mengendalikannya, tetap saja dibeberapa keadaan kita akan bertemu hal-hal yang berantakan.
Yang kedua, kurangi apa yang ingin kita lakukan. Sebagaimana kita tidak bisa mengendalikan yang terjadi, kita juga tidak bisa melakukan semuanya dalam satu waktu. Sadari keterbatasan yang kita punya. Mulailah dengan menuliskan atau membuat to-do-list hal-hal yang ingin kita lakukan dan pilih yang benar-benar penting. Setelah itu, pastikan kita bisa fokus di hal-hal yang kita pilih tadi sehingga tidak ada ruang untuk hal lain masuk ke pikiran kita.
Kemudian yang terakhir, diperkenalkan oleh Praktisi Mindfulness, Adjie Santosoputro. Menurutnya kita bisa mengolah pikiran yang berlebihan dengan berlatih mindfulness. Mindfulness sendiri adalah melatih pikiran agar sadar penuh hadir utuh di sini-kini. Tubuh di sini, pikiran juga beristirahat di sini. Bukan tubuh di saat ini, tapi pikiran melamun ke masa lalu maupun mengembara ke masa depan.
Dengan mindfulness kita bisa berorientasi dan fokus pada hidup saat ini. Tapi, ketika sudah berusaha fokus, tapi pikiran tetap gaduh, bagimana? Fresh Reader bisa coba pelan-pelan mengajak diri untuk istirahat pada momen di sini dan kini, tanpa pikiran mengembara kemana-mana, baik masa lalu maupun masa depan.
Menerima yang terjadi, ketimbang melawannya. Menyadari meski seolah berantakan, selalu ada keindahan yang pantas disyukuri. Meski tidak mudah, saat-saat overthinking justru bisa menjadi kesempatan untuk berlatih mengatasinya. Karena jika tidak, kita bisa saja terus terpenjara dalam keadaan itu dan membiarkannya melumat kebahagiaan kita.
*penulis merupakan mahasiswa jurusan Manajemen Keuangan Syariah semester empat dan Anggota Magang LPM Suaka 2020