Dating Apps: Teknologi yang Membantu atau Malah Jalan Buntu?

*Oleh Rangga Nugraha
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Bagi kebanyakan orang, menyandang predikat lajang bukanlah suatu hal yang menyenangkan. Cemoohan dari teman sepergaulan, tuntutan keluarga, hingga cibiran tetangga adalah ketakutan terbesar bagi mereka. Tapi tenang aja Fresh Reader, kemajuan teknologi mempermudah kalian dalam mencari teman atau bahkan pacar, lho.
Dating Apps atau aplikasi kencan berbasis digital sebetulnya sudah hadir dari ratusan tahun kebelakang. Namun tentunya bukan dalam bentuk online seperti saat ini, namun dalam bentuk iklan cetak atau tulis. Dilansir dari Kompas.com dan Huffpost hal semacam ini lahir sudah ada sejak abad ke-19 atau kisaran tahun 1800-an.
Bahkan seorang sejarawan asal Inggris, H.G. Cocks telah menemukan iklan pencarian jodoh ini sejak tahun 1695. Para pelakunya pada saat itu didominasi oleh para lajang berusia 30 tahun. Hal ini membuktikan bahwa keresahan akan status jomblo sudah dialami sejak dulu dan tidak hanya dialami oleh warga negara tertentu.
Di zaman percepatan teknologi seperti saat ini, transisi berbagai hal ke digital sudah lumrah terjadi. Tidak terkecuali dalam hal pencarian pasangan sekalipun. Hal ini tentunya menarik jika ditinjau sebagai hal yang memudahkan sekaligus bisa memiliki sisi merugikan. Oleh karenanya, ini lah opini Fresh Crew terhadap fenomena dating apps yang sedang marak terjadi.
Dampak Positif dan Negatif Dating Apps
Kita selaku masyarakat yang hidup ditengah kemajuan teknologi, mau tidak mau harus menyesuaikan diri. Ada kalanya banyak perdebatan muncul terkait guna dan manfaat sebuah media yang tidak seimbang dengan hal merugikannya.
Dating apps pada dasarnya bertujuan untuk membantu dalam hal pengenalan antar individu melalui dunia digital. Hal ini tentu berdampak baik, pasalnya setiap orang yang ingin mempunyai relasi baru di kehidupannya tidak perlu mengeluarkan waktu lebih banyak. Melalui media online, hal tersebut akan lebih efektif karena bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja.
Aplikasi kencan ini juga membantu mereka yang memiliki rasa malu berlebih dan cenderung canggung saat bertemu secara langsung. Selaras dengan hal itu, dilansir dari Jurnal Komunikasi dan Kajian Media, London School Public Relation Jakarta menyebutkan bahwa orang berkepribadian pemalu akan lebih percaya diri dan berani ketika berkomunikasi melalui chat room (Ningrum, 2016).
Namun di negara kita, dating apps selalu dikaitkan dengan hal yang negatif. Seperti anggapan bahwa penggunanya hanya mencari teman kencan untuk sementara dan main-main saja. Peneliti Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro, Maharani menyebutkan bahwa hal ini dipengaruhi oleh faktor komunal di Indonesia yang masih berpacu pada nilai kekeluargaan.
Dampak negatif yang ada pun dipacu oleh penyalahgunaan yang dilakukan oleh pemakai aplikasi tersebut. Kesan tidak serius dan memain-mainkan hubungan memang sering terjadi dalam kasus ini. Hal tersebut dibuktikan oleh survei yang dilakukan pada tahun 2016 oleh Jakpat pada 512 pengguna aplikasi dating apps. Lebih dari 50% penggunanya hanya memakai media ini untuk mengisi waktu luang.
Efektivitas Dating Apps
Berbicara mengenai sebuah media yang tujuan awalnya untuk memberikan manfaat dan solusi, pastinya akan mempertanyakan keakuratan kegunaannya tersebut. Efektif atau tidaknya dating apps bergantung pada setiap penggunannya. Karena pada dasarnya, pencarian teman atau pasangan melalui aplikasi online tetap memerlukan proses.
Dilihat dari pemaparan seorang pengguna dating apps yang dimintai keterangan oleh tim idntimes.com, Stefanny menjelaskan bahwa dia dan pasangannya tidak hanya berkomunikasi melalui aplikasi, namun juga melakukan pertemuan langsung. Mereka tetap menjalankan proses pendekatan lebih serius secara langsung seperti halnya di dunia nyata.
Namun, dating apps akan dirasa cukup efektif jika diperuntukan hanya untuk mencari teman. Walaupun tujuan kebanyakan pengguna adalah untuk mencari pasangan, nyatanya hal tersebut sangat jarang terjadi. Sesuai dengan skala jawaban responden, mereka memberikan skala rata-rata 3,37 untuk kegagalan hubungan jangka panjang dan 3,49 skala rata-rata untuk pengguna yang diberi harapan palsu oleh lawan kencannya.
Meski begitu, kehadiran dating apps tetap digemari oleh para generasi muda. Hal ini dilihat dari hasil survei yang dilakukan idntimes.com yang menunjukan 57,5 persen pengguna merasa puas atas kehadiran aplikasi ini.
*Penulis merupakan mahasiswa jurusan Sosiologi semester dua UIN SGD Bandung serta anggota magang LPM Suaka