Fenomena Cinta berbeda Agama Dalam Film ‘Cinta Tapi Beda’ Menuai Kontroversi
[Suakaonline]-Baru saja bertengger di bioskop kurang dari sebulan, film Cinta Tapi Beda (CTB) sudah banyak ditarik dari peredaran. Pasalnya, film besutan Hanung Bramantyo ini menuai banyak protes dari orang suku Minang di Padang, Sumatera Barat. Mereka merasa film ini melenceng dari kenyataan bahwa suku Minang mayoritas Muslim. Hingga 14 Januari 2012, hanya tersisa satu teater yang menayangkan Cinta Tapi Beda, yaitu Empire 21 di Bandung Indah Plaza (BIP).
Konon, dalam film yang dibintangi oleh Puteri Indonesia 2007, Agni Pratista ini digambarkan kehidupan orang Minang yang menganut agama katolik. Yang menjadi masalah adalah suku Minang terbiasa dikaitkan dengan Padang yang tentu saja mayoritas Islam. Sontak meledaklah amarah orang-orang asli Minang setelah menonton film itu. mereka menganggap Hanung telah sengaja ingin melukai hati mereka dengan membuat film yang melenceng itu.
“Kalaulah lokasi film CTB bukan di Padang, mungkin gak akan ada masalah, dan gak akan menuai ketersinggungan orang #Minangkabau (yg peduli),” ungkap Fahira Idris, salah satu yang sangat menentang film ini dalam akun twitter nya @fahiraidris.
Hanung Bramantyo selaku sutradara pun tak tinggal diam. Ia melakukan klarifikasi lewat akun twitternya @hanungbramantyo. Secara gamblang ia menjelaskan bahwa ia maupun pihak produksi tidak sama sekali berniat untuk menyinggung apalagi melecehkan suku Minangkabau. Ia mengaku hanya ingin mengangkat kaum minoritas yang terseluung. Sutradara film yang sempat menjadi fenomenal ‘
?’ ini pun mengecam untuk benar-benar menontonnya dahulu dan tidak memperkeruh suasana dengan asal komentar.
“Sangat disayangkan, orang bisa menilai, kritik bahkan menghakimi karya tanpa menontonnya #CTB,” tulis Hanung di akun twitternya beberapa hari yang lalu seraya menuturkan kata maaf sebesar-besarnya pada masyarakat Minang yang terluka.
Mengangkat fenomena klasik
Cinta Tapi Beda bercerita tentang seorang pemuda Jogja yang berprofesi sebagai chef jatuh cinta pada Diana, gadis asal Padang. Mereka pertama kali bertemu dalam kontes menari di Jakarta kemudian memutuskan berpacaran walaupun mereka tahu mereka berbeda keyakinan.
Fenomena cinta berbeda agama memang sudah menjadi masalah klasik juga pelik di negara kita. Karena hanya di Indonesia dan negara mayoritas Muslim lah pernikahan berbeda agama dilarang. Jadi sebenarnya hal ini sangat menarik untuk dijadikan materi film.
Sebenarnya film yang dirilis 27 Desember lalu ini menurut FPI tidak ada masalah dan tidak menentang syariat. Bahkan mungkin bagi orang awam atau non-minang, film ini patut diacungi jempol.
“Memang kontoversial, namun terlepas dari semua itu menurut saya film ini sangat menarik dan keren,” ujar Siptya salah satu staff di Empire 21 BIP yang telah berulang kali menonton CTB, Senin (14/01).
Sayangnya, karena missunderstanding, salah satu film berkualitas Indonesia lagi-lagi harus ditarik demi menghormati kaum tertentu. Walaupun begitu, kontroversi yang terlanjur menjadi buah bibir masyarakat ini hingga sekarang masih hangat didebatkan oleh masyarakat yang pro juga kontra.