Bagaimana Itaewon Class Mengajarkan Keberagaman Gender
Judul Drama: Itaewon Class
Pemain: Park Seo Joon, Kim Da Mi, Yoo Jae Myung, Kwon Na Ra, Kim Dong Hee, Ahn Bo Hyun, Kim Hye Eun, Ryoo Kyung Soo, Lee Joo Young, Chris Lyon
Sutradara: Kim Sung Yoon
Gendre: Drama
Tanggal Liris: 31 Januari – 21 Maret 2020
Episode: 16 Episode
Durasi: 70 Menit/Episode
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Jika ada manusia paling sial, mungkin Park Sae Royi salah satunya. Baru sehari masuk sekolah sudah kena drop out. Sialnya dia malah bermasalah dengan anak konglomerat, yang juga jadi pelaku tabrak lari penyebab ayahnya meninggal. Betapa malang nasibnya, setelah dikeluarkan dari sekolah, hidup sebatang kara, ujung-ujungnya malah berakhir di pesakitan.
Sae Royi adalah pemeran utama dalam drama ‘Itaewon Class’. Ceritanya syarat akan nilai-nilai kehidupan. Salah satu adegan paling menyentuk ketika melihat begitu bersahajanya sang Ayah yang rela dipecat dari kerjaan demi anaknya. Ya, cerita hubungan anak dan orang tua memang selalu sukses bikin banjir air mata, apalagi kalau sudah bawa-bawa nyawa.
Sosok Sae Royi digambarkan punya karakter ideal. Remaja introvert yang independen terhadap argumennya, punya tekad besar dan pekerja keras. Harus diakui lakon Sae Royi yang diperankan Park Seo Joon itu patut diacungi jempol. Karakternya sangat inspiratif, ditambah totalitas dengan tampilan rambut yang ikonik.
Dibanding drama sebelumnya ‘What’s Wrong with Secretary Kim’, yang baru ini punya sisi menarik tersendiri. Ketimbang berlebihan mengumbar romantisme pasangan hetero, ‘Itaewon Class’ tampil lebih eksploratif dan berani. Menyelipkan konflik hidup seorang transgender tanpa balutan stigmatisasi, walhasil malah mengundang decak kagum.
Disamping penasaran oleh ambisiusnya Sae Royi menumbangkan ‘Jangga’, masalah yang dialami Ma Hyun Yi juga tak kalah menarik. Cerita coming outnya sebagai transpuan selalu membuat penasaran. Mungkinkah dalam drama ini dia akan digambarkan lebih baik, atau masih sama dengan cerita kebanyakan yang dibangun di atas nilai-nilai heteronormatvitas sosial. Karena tokoh transgender selalu punya masalahnya sendiri dalam cerita film ataupun drama.
Tapi syukurlah sutradara berkehendak lain, karena nasib Ma Hyun Yi ternyata jauh lebih baik. Meskipun sebenarnya fakta lapangan banyak berbeda. Dalam kehidupan nyata banyak orang-orang transgender yang justru mengalami pengucilan. Kalau di Indonesia mereka lebih dikenalnya sebagai waria. Diskriminasi terhadap waria di Indonesia merupakan masalah klasik, kebanyakanberkiatan dengan penghilangan hak mereka untuk memperoleh akses terhadap ekonomi yang layak.
Kalau Ma Hyun Yi punya pekerjaan cemerlang, dari yang semula kerja di dapur hingga akhirnya jadi manajer perusahaan besar. Beda cerita dengan waria di Indonesia, karena kebanyakan malah masuk dalam kelas-kelas sosial berpenghasilan menengah ke bawah. Antipati dan ketakutan masyarakat membuat mereka hanya punya pilihan untuk kerja pada sektor-sektor informal saja. Dengan masalah perekonomian yang akut, kebanyakan waria kalau bukan jadi pekerja seks yakerja di jalanan sebagai pengamen.
Balik lagi ke Itaewon Class. Episode awal drama ini sebenanrnya sedikitpun tak menyentuh kehidupan pribadi Ma Hyun Yisebagai transpuan, dia hanya jadi juru masak Sae Royi. Barulah ia go publik dengan penampilan barunya di episode kesebelas. Sempat khawatir karakter Sae Royi adalah tipikal patriarki puritan, karena mereka sekilas tampak seperti orang yang konservatif.
Tapi ternyata salah, terlalu dini jika harus menstigma seseorang hanya dari tampilan fisik saja. Rupanya tak sia-sia memuji karakter ideal Sae-royi ini karena ia sudah disiapkan untuk berperan sebagai sosok transgender friendly. Betapa beruntungnya Ma Hyun Yibisa kerja barengSae Royi, tipe bos dambaan yang menilai kinerja karyawannya tanpa bias-bias gender. Karena apa pedulidengan identitas, tohbagi Sae Royi lebih mementingkan kinerja ketimbang berlarut mempersoalkan privasi karyawannya.
Setelah 16 episode tuntas, penonton masih dibuat penasaran dengan kehidupan Ma Hyun Yi berikutnya, terutama urusan asmaranya. Tapi dengan ending cerita kesuksesannya saja sudah cukup, karena menjadi transgender bukan sekedar mengejar validasi hubungan asmara semata.
Penulisan naskah yang apik, mampu merangkai cerita transpuan sukses tanpa embel-embel kehidupan yang berujung pada pernikahan. Perjuangan Ma Hyun Yiyang berani mendobrak realitas sosial rasanya terlalu sia-sia kalau cuma bertujuan untuk memperjuangkan legalisasi pernikahan saja. Dia berhak mencapai impian lainnya, kesuksesan kerja salah satunyanya.
Rasanya tidak berlebihan untuk mengapresiasi Itaewon Class menjadi salah satu judul drakor yang paling epik awal tahun ini. Aksi coming out Ma Hyun Yiyang membuat kagum,mungkin bisa jadi ikon baru tokoh transgender di drakor-drakor, ketimbang gambaran hidupnya yang mengenaskan malah melecut perasaan bangga.
Selain ‘twaeon Class, sebelumnya juga ada ‘Love With Flaws’ yang juga punya semangat sama menyelipkan kisah hidup seorang minoritas seksual. Kakak kedua dari pemeran utama perempuannya seorang gay. Secara finansial oke, keluarganya terbuka dengan kondisinya, bahkan hidupnya pun bisa berakhir bahagia setelah serangkaian konflik internal dalam dirinya.
Tapi dalam ceritanya diselipkan ‘kejijikan’ kepada orang-orang gay yang justru dipertontonkan diadegan tokoh lainnya. Pemeran utama prianya tampak jijik kepada gay, sementara perempuannya lebih terbuka. Jadinya malah melanggengkan stereotipe kalau laki-laki itu selalu ortodoks, dan perempuan lebih liberal. Niat membuat drama yang LGBT friendly sihsudah tercapai, tapi jangan sampai terjebak timpang gender yang hobinya mengkelas-kelaskan masyarakat.
Mungkin masih banyak pecinta drakor yang belum sadar kalau selama ini mereka terus-terusan dicekokin sama tontonan yang disrkriminatif. Selalu ada saja celah untuk menyisipkan pesan kebencian sama kelompok yang sering dianggap ‘abnormal’ dari segi seksualnya. Tidak banyak drakor yang peduli dengan masalah ini, sehingga kemunculan drama-drama yang LGBT friendly agaknya patut kita rayakan bersama.
Banyak sekali drakor yang dibangun dari konsep keluarga normatif, yang mana kisah keluarga bahagia selalu saja jadi milik mereka yang mengaku dirinya ‘normal’ secara seksualitas. Sehingga sadar atau tidak, pada kenyataannya cerita semacam ini malah mengajarkan kita untuk selalu berpikir kalau kebenaran itu hanya satu perspektif, yaitu saat kamu terlahir sebagai seorang straight.
Fresh Crew : Abdul Azis Said
Editor Fresh : Bestari Saniya