Mengupas Pilu di Balik Jalan Raya Anyer-Panarukan
Judul Buku : Jalan Raya Pos, Jalan Daendels
Penulis : Pramudya Ananta Toer
Penerbit : Lentera Dipantara
Tahun Terbit : 2005
Tebal Buku : 148 Halaman
FRESH.SUAKAONLINE.COM – 350 tahun lamanya Belandamenduduki tanah air. Penjajahan hendaknya meninggalkan luka dan duka yang mendalam khususnya bagi warga yang berada pada daerah jajahan. Kini kenangan gelap akan penjajahan telah berakhir dan telah diabadikan dalam buku-buku sejarah, salah satunya buku yang ditulis oleh Pramudya Ananta Toer berjudul “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”.
Pembangunan jalan raya yang membentang dari Anyer hingga Panarukan ini meninggalkan luka yang sangat besar bagi bangsa Indonesia. Pramudya Ananta Toer menggambarkan bagaimana derita bangsa Indonesia yang dirasakan di atas kepemimpinan Daendels.
Sisi kelam yang terjadi dalam pembangunan jalan raya ini adalah genosida secara tidak lansung yang didalangi oleh para Kompeni Belanda. Jalan yang diaspal oleh darah dan keringat bangsa Indonesia ini telah memakan puluhan ribu korban jiwa. Warga pribumi diperintah untuk melakukan kerja paksa yang sekaligus mengantarkan mereka pada ajalnya.
Daendels sebagai gubernur Hindia-Belanda masa itu memperlihatkan bagaimana kekejaman yang dilakukannya kepada bangsa ini sebagai seorang penjajah. Dengan menaklukan seluruh kerajaan yang beredar di Pulau Jawa, ia dapat mengambil alih kuasa atas setiap daerah yang dilaluinya guna mendapatkan rasa takut dari rakyat.
Disamping menceritakan pedihnya pembangunan jalan raya Anyer-Panarukan, Pramudya Ananta Toer juga menceritakan sejarah perlawanan setiap Kerajaan Daerah yang menentang para kebijakan Kompeni. Keberanian Bangsa Indonesia dengan menggunakan peralatan tradisional harus dihadapkan dengan kekuatan senapan dan meriam Belanda.
buku ini menceritakan permasalahan setiap kota yang dilalui oleh jalan raya Anyer-Panarukan ini, seperti konflik yang terjadi, korban jiwa yang termakan hingga sejarah penamaan kota tersebut yang dipengaruhi oleh ejaan Belanda. Selain itu setiap kota juga menyisihkan sebagian cerita penulis yang pernah terjadi di kota-kota tertentu.
Sudut pandang penulis dalam menyampaikan pemikirannya dituangkan dari buku-buku serta cerita sejarah masa lalu yang kemudian dituangkan dalam buku ini berdasarkan narasi yang telah disusun oleh penulis. Masa kepemimpinan Daendels tidak dialami langsung oleh penulis sehingga Ia mempelajari semua catatan sejarah untuk mengetahui kebenarannya.
Pembawaan penulis dalam menyampaikan pesan dalam buku ini terasa santai dengan bahasa yang mudah untuk dipahami bagi pembaca, namun tidak menghilangkan gambaran rasa kesedihan yang dirasakan oleh bangsa Indonesia masa itu. Keakuratan data dalam buku ini tidak sembarang, penulis sangat teliti dalam mengolah data yang disajikan guna tidak menimbulkan kesalah pahaman.
walaupun data yang di sajikan lengkap dan akurat, ada pembawaan cerita di beberapa kota yang hanya diceritakan secara sederhana karena penulis yang kurang mengetahui kejadian sejarah secara pasti dan tidak adanya pengalaman secara langsung di kota tersebut. Hal tersebut mengimbaskan kepada pembaca tidak mendapatkan informasi sejarah lengkap yang terjadi disana. Namun itu hanya terjadi pada beberapa kota dan jumlahnya hanya sebagian kecil dibandingkan dengan kota yang mendapatkan penjelasan lengkap lainnya.
Buku ini sangat cocok untuk dijadikan referensi bagi yang ingin mengetahui sejarah beserta sisi kelam yang pernah dilalui oleh bangsa Indonesia. Dibalik semua kenyamanan dan akses yang telah dinikmati oleh setiap masyarakat Indonesia saat ini, setidaknya kita harus mengetahui bagaimana sejarah kelam yang pernah terjadi di masa lalu.
Fresh Crew : Wanda Eza Putra/Magang
Editor Fresh : Bestari Saniya