Merawat Ingatan Tragedi Mei 1998 Melalui Film Di Balik 98

doc.net
Judul Film : Di Balik 98
Pemeran : Chelsea Islan, Donny Alamsyah, Ririn Ekawati, Boy William, Amoroso Katamsi, Agus Kuncoro
Tanggal rilis : 15 Januari 2015
Sutradara : Lukman Sardi
Durasi : 106 Menit
Produksi : MNC Corporation/MNC Pictures
Genre : Drama, Sejarah
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Mengangkat genre drama dan disutradarai oleh Lukman Sardi dengan latar belakang peristiwa Mei 1998, film Di balik 98 yang rilis pada tahun 2015 ini menceritakan kisah seorang mahasiswa aktivis yang berjuang untuk melawan rezim orde baru bersama kekasihnya yang beretnis Tionghoa.
Cerita diawali dengan Diana yang dibujuk oleh kakak kandungnya, Salma, dan kakak iparnya, Bagus, agar tidak mengikuti kegiatan demonstrasi dengan alasan keamanan. Namun, Diana bersikeras untuk menyuarakan suara rakyat dengan demonstrasi. Saat itu, Kurs dolar AS menyentuh 16.650 Rupiah, sehingga menyebabkan kerusuhan massa yang ingin rezim orde baru segera mengakhiri kepemimpinannya.
Tidak hanya berisi permasalahan mengenai rezim orde baru yang menyengsarakan rakyat pada saat itu, film ini juga memasukkan peristiwa kerusuhan antara etnis Tionghoa dengan Pribumi. Daniel yang merupakan bagian dari etnis Tionghoa menjadi salah satu korban dari peristiwa tersebut. Rumahnya hancur dibakar, ayah dan adiknya dipindahkan ke tempat penampungan. Daniel terus menerus mencari keberadaan keluarganya hingga akhirnya berhasil menemukan dan mereka kembali pulang ke kampung halamannya.
Terdapat hal yang unik di alur cerita film ini, di mana terdapat dua pemulung yang merupakan ayah dan anak pada masa itu mengalami kelaparan, kemiskinan, tetapi tidak memiliki pengetahuan terhadap negeri yang sedang tidak baik-baik saja. Bahkan, saat terjadinya kerusuhan massa, kedua pemulung tersebut menganggap bahwa hal itu merupakan perayaan ulang tahun, dan mempercayai bahwa mereka akan mendapat makanan dari kejadian tersebut.
Di sisi lain, saat kerusuhan massa antara Pribumi dan etnis Tionghoa memuncak, kekhawatiran Salma terhadap adiknya menyebabkan Salma harus berjalan kaki untuk mencari Diana di tengah kondisinya yang sedang hamil. Tidak sanggup untuk berada di tengah kerusuhan, Salma pingsan dan dinyatakan hilang. Tak disangka, Salma dibantu oleh seorang wanita etnis Tionghoa dan dilarikan ke rumah sakit untuk penanganan intensif.
Hilangnya Salma menimbulkan perdebatan hebat antara Diana dengan Bagus, saling menyalahkan terlontar dari mulut keduanya, Bagus menyalahkan Diana karena ia lah yang menyebabkan Salma turun ke kerusuhan, begitu pun Diana menyalahkan Bagus karena terlalu sibuk menjadi TNI dan kurang memberikan waktunya untuk Salma. Namun, perdebatan hebat itu menimbulkan akhir yang baik, Diana dan Bagus menyadari kesalahan mereka dan bersepakat untuk bersama-sama mencari Salma.
Selain memuat drama keluarga dengan latar belakang peristiwa 98, film ini juga menunjukan bagaimana proses rezim orde baru dari awal kerusuhan massa hingga turunnya presiden Soeharto. Tokoh-tokoh pemerintahan pada masa itu seperti Soeharto, BJ Habibie, Amin Rais, Gus Dur, dan masih banyak tokoh lainnya diperankan dengan sangat baik, dialog dan tindakan para pemeran mudah dipahami oleh penonton.
Pesan menonjol yang ingin disampaikan sang sutradara dari film ini adalah bahwa perilaku Pribumi yang anti-Tionghoa tidak bisa digeneralisasi. Hal ini ditunjukan dengan terbantunya Daniel dalam mencari keluarganya oleh pribumi, keluarga Daniel dipindahkan ke masjid tempat penampungan, dan Salma yang dibantu oleh etnis Tionghoa setelah ia pingsan.
Nilai lain yang disampaikan dalam film ini ialah ketika Diana mengatakan bahwa perjuangan reformasinya gagal melihat kondisi pasca reformasi yang masih banyak perlu perbaikan. Hal tersebut dikatakan Diana 17 tahun setelah awal reformasi. Melalui acting nya yang baik dalam memerankan film ini, Fresh Crew rasa Chelsea Islan sukses dalam membawa alur cerita hidupnya kepada penonton.
Selain skill acting yang baik dari setiap pemeran, alur cerita yang tersaji pun sangat menyentuh hati. Penonton dapat merasakan bagaimana sedihnya menjadi orang di bawah kekuasaan rezim. Selain itu, kita juga dapat merasakan bagaimana toleransi dari Pribumi dan etnis Tionghoa yang cukup mengharukan. Semangat Diana cukup menyadarkan penonton betapa pentingnya memperjuangkan hak-hak rakyat yang tidak terealisasikan rezim.
Film fiksi dengan latar belakang peristiwa 98 ini akan merawat ingatan kita mengenai kejadian kerusuhan massa. Hal ini juga dapat menjadi pengetahuan untuk penonton yang belum mengetahui bagaimana peristiwa 98 itu terjadi. Kenaikan kurs dolar AS, kemiskinan, perilaku rasial hingga runtuhnya rezim orde baru dikemas apik dalam film ini.
Fresh Crew: Mujahidah Aqilah/Magang
Editor Fresh: Nadia Ayu Iskandar/Suaka