Nyanyian, Tarian, dan Impian yang berpadu di La La Land

Dok. Net
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Berbagai genre film seolah berlomba-lomba untuk menarik hati para penonon layar bioskop, mulai dari film robot, pahlawan super, fiksi ilmiah, sampai perang antar faksi. Namun, sekalipun kalah jumlah, film-film klasik seakan selalu punya sepatu keras untuk menendang waralaba layar perak bernilai jutaan dolar tersebut. Dan La La Land, ya ampun!..dia punya cemeti buat mencambuk film-film blockbuster. Bisa jadi, ini adalah film Birdman-nya 2016. Klasik, retro, tanpa harus bertebaran kekerasan dan sensualitas.
Cerita bermula dari seorang pemain piano handal bernama Sebastian. Ia berkali-kali terpojok oleh keadaan ketika dia harus melepas idealismenya dalam bermusik. Dia dipecat gara-gara memainkan musik klasik padahal bosnya menyuruh bermain lagu natal. Terpaksa, ia bergabung dengan band murahan sebelum mendapat tawaran bergabung dengan teman lama dalam band besar.
Setelah mapan dengan karier panggungnya, Sebastian tak lantas tenang. Pasangan hidupnya, Mia mengingatkan Sebastian apa yang dia cita-citakan sejak dulu yakni membuka klab Jazz sendiri. Hal itu membuat Sebastian tersinggung. Mia sendiri seorang pelayan kedai yang berjuang meraih impiannya sebagai aktris. Berkali-kali ditolak dalam audisi, dia tak lantas menyerah. Pertemuannya dengan Sebastian membuat Mia terpacu membuat pentasnya sendiri tanpa harus bergantung pada rumah produksi.
Sayangnya, pertunjukannya gagal. Hampir tak ada penonton kecuali sahabat-sahabat dekatnya. Sudah begitu, Sebastian tidak datang sebagai buntut dari pertengkaran setelah Mia menasihati Sebastian tentang cita-citanya. Setelah puncak konflik itu, Mia justru mendapat keberuntungan lewat Sebastian yang telah sadar akan kesalahannya.
Akhir cerita akan sangat menarik. Kita tak akan kecewa karena endingnya terlalu basi, atau malah kurang sesuai harapan. Selain ada ending asli, terdapat pula alternative ending yang diantar dengan penuturan alami. Fresh Crew tentu tidak mau ceritanya bocor lebih parah lagi, jadi bagi yang penasaran bisa langsung tonton saja film keren ini.
Seperti yang Fresh Crew bandingkan sebelumnya, film ini layak disandingkan dengan Birdman-nya milik Alejandro Gonzalez Inarritu. Ada sentilan yang disampaikan kepada indutri seni. Bedanya, Birdman mengkritik seni lakon, sementara La La Land menampar seni musik, utamanya Jazz. Konon, Jazz sedang sekarat sehingga film menonjolkan Sebastian sebagai pejuang Jazz.
Dalam film ini kita bisa mendapat kesimpulan yang realistis bahwa tidak semua hal bisa kita genggam. Ada hal-hal yang pantas untuk dilepas. Bukan sebab hal tersebut tak berharga. Justru, ibarat burung, bulu-bulu mereka terlalu indah untuk dikerangkeng.
Fresh Crew : Muhammad Machally
Editor Fresh : Yulita Bonita