Para Tumbal Revolusi Bangsa
Judul Buku : Tan Malaka dan Sjahrir dalam Kemelut Sejarah
Penulis : Kholid O. Santosa, dkk
Editor : Kholid O. Santosa
Penerbit : Sega Arsy
Cetakan : Ketiga, Januari 2016
Tebal Buku : 184 halaman
ISBN : 979-6028365-15-2
Revolusi bukanlah datang dari otak yang luar biasa, bukan hasil persediaan yang jempolan dan bukan lahir atas perintah seorang manusia yang luar biasa. Revolusi timbul dengan sendirinya sebagai hasil dari berbagai keadaan. Begitulah penuturan dari Tan Malaka, seorang makluk legenda.
Proses menggapai revolusi tidaklah mudah. Sebab tiap revolusi hadir dari sederet pilihan untuk keputusan besar. Ketika revolusi ini hendak menjadi perubahan yang berkelanjutan, tentunya membutuhkan sebuah agenda dengan proses panjang yang penuh pengorbanan.
Buku yang berjudul “Tan Malaka dan Sjahrir dalam Kemelut Sejarah” ini, mengajak para pembaca untuk mengenang dan mengetahui bagaimana besarnya peranan dua tokoh tersebut dalam sejarah revolusi bangsa. Oleh para sejarawan, keduanya ditempatkan pada barisan “Tujuh Begawan Revolusi Indonesia” yang terdiri dari Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir, Tan Malaka, Amir Sjarifuddin, Jenderal Sudirman, dan A.H. Nasution.
Dalam perjalanan hidupnya, Tan Malaka diburu oleh berbagai negara. Ia menjelajahi tak kurang dari 21 tempat dan 11 negara dengan kondisi sakit-sakitan dan pengawasan ketat agen-agen interpol. Hampir separuh usianya dihabiskan dalam pembuangan. Semua hal tersebut tak lain dari berbagai perjuangannya demi menutup kolonialisme dari Indonesia untuk selamanya.
Rudolf Mrazek menyebut Tan Malaka sebagai manusia komplit, pemikir yang cerdas sekaligus aktivis politik yang lincah. Ia seorang marxis sekaligus nasionalis. Ia seorang komunis, tapi Tan menyatakan bahwa di depan Tuhannya, ia adalah seorang muslim.
Demikian juga dengan Sjahrir, ia meninggalkan kampusnya di negeri Belanda dan kembali ke tanah air untuk terjun dalam pergerakan nasional. Pada masa pergerakan, ia memimpin gerakan bawah tanah dan menggerakkan pemuda untuk mendesak Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Ia merupakan pejuang revolusi Indonesia dan sering disebut sebagai “Tri-Tunggal” bersama Soekarno dan Hatta.
Sjahrir lebih beruntung dalam kesempatannya untuk berperan aktif pada panggung politik Indonesia. Ia merupakan satu-satunya orang yang berhasil memenangkan dukungan dunia bagi Indonesia yang baru saja lahir. Beberapa pengamat menyebutnya sebagai produk kebudayaan dan pemikiran Barat yang terbaik dari Timur, tetapi ia tidak pernah kehilangan identitas bangsanya.
Sebagai malaikat penolong revolusi, pada akhir dari kehidupan keduanya berlangsung secara tragis. Kedua pahlawantersebut sama-sama melewati kemelut sejarah Indonesia dan harus berakhir dengan pengkhianatan dari bangsa yang telah diperjuangkannya.
Tan Malaka ditangkap bersama tumpukan bukunya kemudian gugur dieksekusi mati oleh sekelompok tentara. Kemudian Sjahrir yang harus gugur dalam pengasingannya sebagai tahanan politik.
Buku ini merupakan kumpulan tulisan dari para pengamat dan sejarawan yang telah tersebar di berbagai media massa. Tulisan-tulisan ini dihimpun kemudian dibukukan untuk mengenang betapa besar dan terjalnya perjuangan mereka untuk masa depan Indonesia. Di dalamnya juga dibahas tentang pertemanan Tan Malaka dan Sjahrir yang mengahadapi persamaan serta perbedaan dalam prinsip perjuangan.
Walaupun ditemukan cukup banyak kesalahan tipografi, namun buku ini tetap menjadi rekomendasi bacaan dengan penyusunan kata yang sangat menarik. Selain itu dapat menjadi rujukan yang tepat bagi para generasi penerus Indonesia ataupun masyarakat umum lainnya untuk mengetahui dan menghayati bagaimana besarnya perjuangan para tokoh pergerakan, khususnya peran Tan Malaka dan Sjahrir dalam kemerdekaan Indonesia.
Fresh Crew : Dzillin Jihan/Magang
Editor Fresh : Bestari Saniya