Pengaruh Tontonan Tak Ramah Anak
FRESH.SUAKAONLINE.COM – hallo Fresh Reader! Saat ini menonton sudah jadi bagian dari aktivitas sehari-hari. Tak hanya orang dewasa saja, remaja dan anak-anak pun rasanya tak ada yang tak suka dengan aktivitas yang satu ini.
Karena sudah menjadi bagian dari aktivitas sehari-hari sudah sepatutnya kita mengontrol tayangan apa yang akan kita tonton. Jangan sampai film yang kita tonton mempengaruhi fisik bahkan psikis kita. Itu kenapa dalam sebuah tayangan akan selalu ada klasifikasi acara atau kode penggolongan siaran.
Hal seperti ini jangan sampai diabaikan ya Fresh Reader apalagi pada remaja dan anak-anak. Jangan sampai kasus remaja 15 tahun yang tega membunuh balita karena terinspirasi dari film terulang lagi. Ngeri ya.
Faktanya tayangan yang disajikan perlu mendapat perhatian lebih. Bukan sekedar tentang kualitas dari suatu tayangan, tapi juga tentang aturan censorship yang harus diperhatikan. Mengingat kekuatan visual audio memang lebih mudah untuk mempengaruhi seseorang.
Hal ini tentu dapat menjadi bahaya jika kita tidak bisa memfilter apa yang kita konsumsi dari banyaknya tayangan yang disuguhkan. Apalagi bagi mereka yang masih remaja hingga anak-anak. Dimana apa yang ditonton turut berperan besar dalam proses perkembangan mereka.
Tayangan film, sinetron, FTV dan reality show menampilkan cerita-cerita yang cenderung berlebihan. Tema percintaan keluarga, gaya anak sekolah yang kurang real, si kaya dan si miskin dengan bullyingnya ataupun adegan pembunuhan yang dengan santai bisa di tonton oleh anak-anak. Hal-hal ini terlalu kompleks untuk usia remaja.
“Kondisi ini dapat memunculkan kebingungan serta kesulitan untuk menyesuaikan diri remaja di lingkungan mereka. Memang sulit sekali membuat tayangan yang tepat untuk remaja karena mereka berada di masa transisi. Bukan anak-anak tapi belum menjadi dewasa. Mereka tidak cukup suka dengan tayangan kartun anak-anak, tapi belum siap juga jika diberikan paparan konflik dewasa dalam televisi.” ujar Ega Psikolog dari Tiga Generasi, Kamis (12/03/2020)
Dosen Film Studies dari UIN SGD Bandung, Yoga menambahkan kalau memang tidak ada aturan yang jelas dalam pembuatan film. “Tidak ada aturan yang cukup jelas dari pembuat film. Sederhanya, saat pembuat film punya kreativitas, idenya baru, maka tidak ada yang melarang,” tuturnya.
Lebih lanjut, Yoga memberikan contoh dengan film A Clockwork Orange yang bergendre thriller. film ini membuat tingkat kriminalitas di Amerika meningkat saat perilisannya. Faktanya, tayangan-tayangan yang berbau thriller memang lebih banyak diminati oleh masyarakat. Kok bisa?
Setiap orang memiliki moral fantasi yang diharapkan dari apa yang ditontonnya. Kebanyakan dari mereka akan memilih cerita yang tidak mudah ditebak dibandingkan romance ataupun komedi. Itulah mengapa gendre ini diminati.
Padahal remaja dan anak-anak bagusnya diberi tontonan bersifat edukatif yang bisa menambah pengetahuan dan mengajarkan halbaru karena mereka mudah meniru.
Nah melihat kenyataan yang ada tentu kita butuh dukungan dari berbagai pihak untuk bisa mengontrol tontonan yang ramah anak. Bukan hanya dari lembaga sensor filmnya saja, tapi peran orang tua pun harus ikut hadir di dalamnya.
FreshCrew : Dzillin Jihan/Magang
Editor Fresh : Bestari Saniya