Senjakala Majalah dan Tabloid Indonesia
FRESH.SUAKAONLINE.COM, Freshgrafis – Hallo Fresh Reader! Perkembangan teknologi dan informasi, telah menciptakan disrupsi terhadap berbagai bidang. Salah satu imbas dari hal tersebut ialah bisnis media massa konvensional, seperti majalah dan tabloid. Sempat jadi primadona, nyatanya media cetak tersingkir oleh majunya teknologi media. Akibatnya, pembaca media cetakpun semakin menurun drastis seiring berjalannya waktu. Lantas, mengapa itu semua dapat terjadi?
Kebanyakan dari kita menganggap informasi yang ditulis dalam media cetak bukan lagi sumber informasi yang efektif dan mengikuti zaman. Masa-masa membawa koran dan majalah sudah lewat, diganti dengan laptop dan gawai. Berbeda saat zaman dahulu, di mana orang-orang menunggu koran di pagi hari untuk mendapatkan sebuah informasi terbaru. Tak hanya itu, orang-orang pun rela menunggu edisi terbaru majalah kesayangan mereka sampai berminggu-minggu.
Kembali ke era 80-an bahkan lebih lampau dari itu, kehidupan media cetak di Indonesia pernah bersinar seiring dengan perkembangan kehidupan politik, ekonomi, dan tren di Indonesia. Hal ini ditandai dengan banyaknya jumlah surat kabar, majalah, dan tabloid yang diterbitkan. Kala itu, media cetak kita berkembang pada pasarnya masing-masing dan pengalaman mengonsumsi media masih sangat ekspresif, rutin, dan emosional.
Kembali ke masa sekarang, berdasarkan survei Nielsen, Consumer Media View, yang dilakukan di 11 kota di Indonesia, menunjukkan penetrasi Televisi masih memimpin dengan 96 persen disusul dengan Media Luar Ruang (53%), Internet (44%), Radio (37%), Koran (7%), dan diakhiri Tabloid dan Majalah (3%). Keberadaan internet sebagai media dengan tingkat penetrasi yang cukup tinggi menjadi indikasi bahwa masyarakat Indonesia makin gemar mengakses berbagai konten melalui media digital.
Dengan semakin ditinggalkannya media cetak, beberapa media cetak terpaksa gulung tikar. Alasannya selalu sama, mereka tidak berhasil menghidupi diri sendiri. Beberapa memang masih bisa terbit, seperti majalah anak BOBO yang sudah punya basis pembaca tersendiri dan berkali-kali bertransformasi mengikuti perkembangan zaman.
Persaingan media massa sangatlah ketat, ketika industri cetak makin mahal, muncul media-media massa baru yang bisa diakses secara cepat dan murah yaitu melalui internet. Maka untuk menghadapi era new media, beberapa media cetak yang sudah tidak terbit lagi kini beralih ke media online seperti pengunggahan berita di webiste atapun di media sosial.
Sayangnya, tidak semua media cetak siap dengan perubahan tersebut. Beberapa setelah versi cetaknya mati, versi onlinenya belum disiapkan. Lantas, ketika ia sudah tidak bisa diselamatkan lagi, media cetaknya hanya bisa kita kenang namanya, beserta pengalaman yang kita jumpai ketika membukanya lembar demi lembar.
Peneliti: Kinanthi Zahra/Magang
Sumber: Kompas.com, Republika.co.id