The French Dispatch: Seperti Apa Jurnalis Absurd Bekerja?
Judul Film : The French Dispatch
Pemeran : Owen Wilson, Benicio del Toro, Tilda Swinton, Frances McDormand, Timothee Chalamet, Jeffrey Wright, Mathieu Amalric, Bill Murray
Sutradara & Produser : Wes Anderson
Genre : Drama, Comedy
Produksi : Indian Paintbrush & American Empirical Pictures
Durasi Film : 108 menit
Tanggal rilis : 12 Juli 2021
FRESH.SUAKAONLINE.COM — Surat kabar The French Dispatch dilanda duka atas meninggalnya kepala editor, Arthur Howitzer Jr. Sesuai wasiat, majalah akan berhenti diproduksi dengan satu edisi terakhir yang memuat kumpulan kisah menarik plus sebuah obituarium sebagai catatan perpisahan bagi Arthur.
Dalam alur cerita, mengisahkan bahwa majalah French Dispatch akan menerbitkan 3 isu menarik. Isu-isu tersebut membahas tentang seorang seniman yang dipenjara seumur hidup, pelajar yang terlibat dalam kerusuhan, hingga kasus penculikan. Pada awal pelaporan, kota Ennui-sur-Blaise diperkenalkan sebagai latar tempat utama keseluruhan cerita.
Film yang disutradarai dan diproduksi oleh Wes Anderson ini memiliki tiga babak cerita diantaranya The Concrete Masterpiece, Revision to a Manifesto, dan The Private Dining Room of the Police Comissioner. Adapun cerita pertama menampilkan tokoh J.K.L Berensen sebagai jurnalis yang meliput seputar kehidupan narapidana sekaligus pelukis jenius.
Kisah kedua menceritakan seorang jurnalis, Lucinda Krementz yang membantu seorang pelajar bernama Zeffirelli dalam merevisi manifesto untuk revolusi mahasiswa dan pemuda. Sementara babak terakhir memuat liputan Roebuck Wright ketika mengunjungi komisaris polisi Ennui untuk makan malam yang disiapkan oleh koki terkenal bernama Nescaffier. Namun, putra komisaris, Gigi, tiba-tiba dilaporkan telah diculik. Roebuck pun turut menjadi bagian dari operasi penyelamatan anak komisaris tersebut.
Dari film yang dirilis tahun 2021 ini, kita dapat melihat keunikan ketiga jurnalis dalam melaporkan isu yang mereka garap untuk majalah. Berbagai kisah memuat sisi gelap, kegilaan, romansa, maupun sensasi petualangan. Hebatnya, di balik tokoh utama dari kisah-kisah tersebut, para jurnalis mampu terlibat dan melakukan peran penting dalam menuntaskan seluruh konflik yang terjadi.
Seperti halnya Berensen yang menghadapi sikap dingin Moses, pelukis yang menjadikan model erotis sebagai inspirasinya, serta menghadapi langsung kericuhan yang terjadi pada saat bandar seni mencoba menipu Moses. Kemudian Lucinda yang awalnya menjunjung tinggi nilai netralitas jurnalistik, justru jatuh cinta kepada Zeffirelli dan membantunya dalam menulis manifesto. Ketegangan pun dihadapi Roebuck dalam melakukan investigasi penculikan putra komisaris.
Untuk sudut pandang seorang jurnalis, The French Dispatch mampu menyampaikan banyak pelajaran tentang pentingnya rasa berani untuk keluar dari zona nyaman saat melaporkan sebuah peristiwa. Selain itu, kejeniusan para jurnalis dalam memilih target laporan atau liputan pun sangatlah cerdik. Bahkan mereka tidak segan-segan untuk terlibat serta menjadi tokoh utama dalam kekacauan peristiwa itu sendiri.
Terlepas dari segi visual yang dinilai agak kuno karena menampilkan latar tempat yang mati, film ini mampu memberi gambaran tahun 50-80an. Estetika visual yang mirip dengan media cetak pun berhasil menampilkan detail setiap judul babak, artikel, dan nama penulis. The French Dispatch tidak berusaha terlihat terlalu realistis. Adapun inti komedinya terdapat pada keunikan setiap jurnalis yang brilian dan semua hal yang mereka temui.
Film ini sangat cocok bagi pegiat jurnalistik dalam memberi gambaran bagaimana menemukan isu dan mengemasnya menjadi semenarik mungkin. Salah satunya kita harus terlibat langsung dengan apa yang terjadi di lapangan. Kemudian bagi siapapun penikmat sinematografi, film ini perlu ditonton guna melihat sudut pandang perfilman tempo dulu.
Fresh Crew: Anisa Hanifah/Magang
Editor Fresh: Fatimah Nur’aini/Suaka