Tren Natto, Imbas dari Bandwagon Effect
FRESH.SUAKAONLINE.COM, Freshgrafis – Beberapa waktu lalu, sosial media dihebohkan dengan tren yang cukup mengundang banyak atensi dari warganet, trying to eat natto. Tren yang kurang jelas berawal dari siapa ini, nyatanya mampu membuat penasaran banyak pihak untuk ikut mencoba kudapan tradisional asal jepang tersebut.
Beragam reaksi ditunjukkan warganet terhadap makanan tradisional Jepang ini. Ada yang mengatakan aneh, ada yang menuturkan memiliki citra rasa enak, dan ada pula yang memaklumi keanehannya, karena makanan fermentasi seperti natto wajar berlendir dan berbau tidak sedap.
Seperti sudah menjadi suatu kebiasaan di tengah-tengah masyarakat modern, tren makan natto ini pun menciptakan fenomena bandwagon effect (kebiasaan ikut-ikutan) bagi sebagian besar masyarakat sosial media. Hal ini dipicu berasal dari tontonan yang disuguhkan oleh influencer bahkan selebriti di sosial media.
Kendati demikian, populernya konten makan natto tersebut tidak terlepas dari kritikan warganet. Banyak yang berpendapat bahwa reaksi yang dibagikan merupakan hasil rekayasa dan dilebih-lebihkan. Bahkan, sampai ada yang mengecam keras reaksi yang dibagikan karena dianggap tidak menghagai makanan dan berusaha menjatuhkan suatu produk tanpa alasan yang jelas.
Di samping itu, tren makan natto ini membuat pihak produksi mendapatkan banyak keuntungan. Melansir dari Food.detik.com, berkat viralnya makanan asal jepang itu di Indonesia, persentase penjualan produk natto dan sejenisnya di offline dan online market meningkat. Efek baik lainnya, pihak produksi tidak perlu bersusah payah dalam memasarkan produk mereka.
Nah Fresh Reader, pada akhirnya kecenderungan mengikuti apa yang dilakukan oleh banyak orang tidak selamanya salah, namun juga tidak selalu bisa dibenarkan. Tak terkecuali dengan hadirnya tren makan natto yang akhirnya bisa menambah wawasan dan memberikan manfaat.
Peneliti: Wulan Exrianissa/Magang