Strawberry Generation: Generasi Super Nan Rapuh
FRESH.SUAKAONLINE.COM, Freshgrafis – “Anak zaman sekarang itu manja. Beda sama zaman dulu.” Pernah enggak sih Fresh Reader mendengar ungkapan tersebut? Yup, ungkapan tersebut seringkali disematkan pada generasi muda saat ini atau yang biasa disebut Generasi Z. Generasi yang kerap dijuluki sebagai “Strawberry Generation”.
Istilah yang dikenalkan pertama kali di Taiwan ini, dianalogikan dengan buah stroberi yang cantik namun mudah rusak ketika terkena benturan. Sama halnya dengan generasi Z yang ’’katanya’’ tidak tahan dengan tekanan sosial. Strawberry generation mendapat stigma generasi yang egois, manja, lemah mental, dan arogan.
Bukan tanpa sebab generasi strawberry bisa muncul, karakter generasi ini menjadi begini karena tumbuh dan dibesarkan dengan cara yang berbeda dari generasi orang tua mereka dahulu kala. Namun, sebenarnya bisa lho memutus mata rantai tersebut, salah satunya adalah dengan mengubah pola asuh anak-anak generasi mendatang, agar menjadi manusia-manusia kuat.
Selain karena pola asuh, karakter tersebut juga tumbuh karena perubahan dunia yang semakin cepat dan kompetitif. Sehingga mereka cenderung mudah goyah dan terbawa pengaruh negatif lingkungan sekitarnya. Tak hanya itu, mereka juga cenderung melakukan self diagnose terhadap kesehatan mental tanpa keterlibatan ahli di bidang terkait. Mereka sering mencocokkan sebuah konten media sosial dengan kehidupan pribadinya, karena cocok kemudian mereka merasa bahwa mereka tertekan, stress atau bahkan depresi.
Kendati demikian, peluang generasi ini sangatlah besar dan potensial. Hal ini karena mereka hidup dan tumbuh pada zaman dengan kondisi yang lebih baik. Hanya saja masalah utama Generasi Strawberry terletak pada diri mereka sendiri, yakni mental. Untuk itu ada beberapa kiat untuk mengatasi hal ini yaitu jadi pemberani dan jangan takut gagal, teguhkan dan fokus di jalan sendiri, berhenti membandingkan diri dengan orang lain, dan selalu ingat bahwa segala sesuatu membutuhkan proses, tidak ada yang instan.
Well Fresh Reader, tidak salah kalau kita lebih aware tentang kesehatan mental dan it’s okay not to be okay. But, ‘not okay’ nya jangan kelamaan ya! Jangan sampai hal-hal yang destruktif itu mempengaruhi nilai diri kita yang sebenarnya dan menghambat kita menjadi generasi yang tangguh.
Peneliti : Leni Nurjanah/Magang