Menjadi Lebih Baik dengan Merenungkan Kematian
Judul Buku: Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti?
Penulis: Kim Sang Hyun
Penerjemah: Dewi Ayu Ambar Rani
Penerbit: PT Haru Media Sejahtera
Tahun terbit di Indonesia: 2020
Jumlah halaman: 168 halaman
ISBN: 978-623-7351-54-2
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Membicarakan kematian memang akan menjadi bahasan yang berat dan menjadi perenungan yang sangat mendalam. Banyak buku yang berisi tentang renungan akan kematian, namun hanya segelintir buku yang penyajiannya mudah dipahami pembaca. Salah satunya adalah buku karya penulis dari Korea Selatan, yaitu Kim Sang Hyun.
Buku ini diawali dengan bab pertama yaitu “Kesalahan”. Bab ini memperlihatkan bagaimana kita sering kali memandang suatu perkara dengan salah. Seperti hal ‘baik’ dan ‘gampangan’. Sering kali kita takut dianggap gampangan ketika berbuat baik. Namun nyatanya kebaikan dan gampangan adalah perkara yang berbeda. Titik masalah bukan pada kita yang terlihat gampangan karena berbuat baik, tetapi pada orang-orang yang menggampangkan kebaikan.
Bab-bab selanjutnya diisi dengan kiat bagaimana menjalin suatu hubungan dengan sesama manusia. Salah satunya dengan berusaha tidak pelit dalam mengungkapkan perasaan semacam ‘terimakasih’ dan ‘maaf’. Karena ungkapan tersebut adalah wujud kita menghargai setiap waktu orang-orang yang berusaha menjaga hubungan dengan kita.
Disamping menekankan untuk menjadi baik dan menghargai suatu hubungan, penulis pun memiliki teori ‘berusaha mengurangi kekuatan’ yang artinya tidak ngotot menjaga hubungan, tidak berharap menerima sebanyak yang kita berikan, dan menjaga jarak yang tepat. Layaknya menggenggam pasir, pasir itu akan cepat hilang jika digenggam terlalu erat. Sebaliknya juga, jika kita biarkan pasir itu, maka pasir itu akan berhamburan lepas dari genggaman.
“Aku tidak perlu menjadi orang yang baik dan bisa menjadi panutan. Seperti apa pun aku dan situasi apa pun yang kuhadapi akan ada orang yang tetap berada di sisiku seperti pasir yang tersisa dalam genggamanku” – halaman 118
Pada akhirnya, kita hanya perlu menggenggam dengan nyaman pasir yang tersisa. Berusaha memperlakukan mereka dengan lebih baik dan dikenang sebagai orang baik yang selalu bisa diandalkan. Hidup dengan merenungkan siapa yang akan datang ke pemakaman kita nanti, serta ketakutan tidak ada yang datang, kelak bisa jadi motivasi untuk hidup dengan sebaik-baiknya.
Uniknya, walau memiliki judul yang terkesan gelap, buku ini akan memanjakan pembaca lembar demi lembarnya dengan gaya tulis yang ringan, sederhana, dan mudah dipahami layaknya teman bercerita. Ditambah dengan cerita-cerita pengalaman penulis yang sangat relate dengan kehidupan membuat pembaca lebih bisa merefleksikan diri.
Di samping bahasan buku yang ringan dan mudah dipahami, buku ini tidak bisa memenuhi ekspektasi pembaca yang menginginkan sesuatu yang lebih serius dan filosofis. Pembabakan dari buku ini pun kurang teratur dan tidak kronologis. Namun sisi baiknya, Fresh Reader bisa membacanya secara acak sesuai dengan judul yang diinginkan bahkan dapat disesuaikan dengan situasi yang dialami agar terkesan lebih relate.
Fresh Crew: Nurhasanah/Suaka
Editor Fresh: Shafa Maura Zahwa/Suaka