Belajar Berdamai dengan Rasa Insecure

Judul buku : Insecurity is My Middle Name
Penulis : Alvi Syahrin
Penerbit : Arvi Ardhi Publishing
Tahun terbit : Cetakan pertama, Mei 2021
Jumlah halaman : 264 Halaman
ISBN : 978-623-97002-0-1
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Seringkali kita berada di fase insecure atau merasa tidak percaya diri dengan apa yang kita miliki. Seperti judul buku “Insecurity is My Middle Name”, rasa insecure seolah-olah menjadi bagian dari hidup kita. Tidak hanya masalah penampilan, tetapi persoalan kehidupan lainnya seperti kegagalan hingga proses meraih masa depan pun turut menghantui.
Tidak jarang kita merasa tertinggal jauh dari teman-teman sebaya ataupun menganggap diri kurang berharga karena tidak memiliki sesuatu yang patut untuk dibanggakan. Saat perasaan tidak aman ini mengendalikan diri seseorang, maka hal tersebut akan menimbulkan turunnya kepercayaan diri orang tersebut. Akhirnya rasa insecure itu menjadi suatu penghambat untuk terus bertumbuh.
Insecurity is My Middle Name merupakan buku edisi self-healing pertama karya Alvi Syahrin. Buku yang memiliki 45 bab ini memuat beberapa keadaan serta alasan mengapa kita merasa insecure. Walaupun terdapat cukup banyak bab, buku ini sangat asyik dibaca karena pembaca dibuat seolah-olah sedang berdialog dengan seseorang.
Penulis di sini seakan-akan menjadi teman untuk pembacanya, membesarkan hati, dan mengajak pembaca untuk mengubah sudut pandang tentang insecurity. Salah satunya adalah pandangan penulis dalam memaknai kata ‘cantik’ yang tidak melulu soal fisik, tetapi juga pemikiran ataupun personality.
“Jika kamu masih mengaitkan ‘beautiful’ dengan fisik, well you’ve missed a lot of real beautiful things. Menurutku, ‘beautiful’ ini banyak macamnya. Ada yang cantik tutur katanya, lembutnya cara dia berbicara, begitu hati-hati dalam setiap ucapannya dan menenangkan untuk didengar. Ada juga yang cantik perilakunya. Mungkin tak banyak bicara, tetapi selalu berusaha untuk berbuat baik dalam diam. Selalu mencari cara untuk menolong seseorang. Isn’t it beautiful?” – halaman 53-54.
Alih-alih menyediakan cara untuk menghilangkan rasa insecure, buku setebal 264 halaman ini mencoba mengajak kita untuk menumbuhkan rasa self-love. Lebih lanjut, penulis juga menjelaskan proses bagaimana kita bisa belajar menerima, memperbaiki juga berdamai dengan diri sendiri.
Penulis mengajak kita untuk lebih berfokus pada kelebihan yang kita punya dan berhenti memikirkan kekurangan. Kenali diri sendiri dan temukan skill-skill yang sebenarnya kita miliki. Tidak perlu mencemaskan pendapat orang lain ataupun membanding-bandingkan dirimu dengan orang lain. Buku ini cukup realistis sebagai buku self improvement. Jadi, tidak ada kesan menghakimi maupun menggurui.
Dalam buku ini penulis menyiratkan bahwa sebenarnya insecure itu bisa menjadi motivasi awal kita karena proses dan perjuangan lebih penting di sini. Insecurity tidak boleh menjadi penghalang kita untuk terus bertumbuh, tetapi sebaliknya kita harus bertumbuh di tengah-tengah rasa insecure yang kita punya.
Konsep yang diusung dari buku ini sangat menarik. Selain cover-nya yang cantik, pada setiap bab dan halamannya selalu diisi dengan kutipan-kutipan yang relate dan sedikit menampar. Agaknya setiap pembaca akan terhipnotis mengiyakan sudut pandang dan kutipan-kutipan tersebut.
Tak hanya itu, buku ini sekaligus menjadi reminder bagi kita untuk lebih dekat dengan Allah Sang Maha Pencipta. Penulis selalu menyisipkan ayat Al-Qur’an dan hadits tentang insecurity pada setiap penutup bab sehingga menambah feel untuk lebih lapang menerima pada apa yang kita miliki. Namun hal ini bisa disebut juga sebagai kekurangan karena cenderung muslim oriented. But overall, this book is still good to read!
Wajar jika mempunyai rasa insecure, tapi secukupnya saja karena setiap orang memiliki porsi dan waktunya masing-masing. Kita harus tetap belajar untuk bersyukur sebanyak-banyaknya. Buku ini bisa menjadi teman self-healing bagi pembaca dalam mengubah rasa insecurity menjadi suatu hal yang positif, membuka wawasan serta sudut pandang agar dapat menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri.
Fresh Crew: Leni Nurjanah/Magang
Editor Fresh: Fatimah Nur’aini/Suaka