Penyelamatan Terhadap Moralitas yang Musnah
Ilustrasi oleh Muhammad Dzaky/Kontributor
Judul Buku : Yang telah lama pergi
Penulis : Tere Liye
Penerbit : SABAKGRIP
Tahun Terbit : 2023
Jumlah Halaman : 444 halaman
ISBN : 978-623-88296-0-6
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Ketika membaca judul di cover novel yang terpajang ini apa sih yang bakal Fresh Reader bayangkan? Kehilangan? Putus cinta? Atau bahkan sesuatu romantisme seperti karya Tere liye sebelumnya? Kali ini Tere Liye bakal mengulik makna sebenarnya akan kepergian, sesuatu yang mesti ada pada diri tanpa kehilangan akan kepergian sifat itu.
Pusat cerita kali ini berfokus kepada fotografer dan pengelana asal baghdad bernama Mas’ud. Sejak kecil ia telah diajak oleh ayahnya untuk berkelana ke negeri-negeri jauh karena latar belakang keluarga mereka sebagai fotografer ulung pada abad itu.
Pada awalnya Al-Baghdadi (sebutan untuk pengelana jauh dari arab) mengenyahkan pikiran melanjutkan warisan leluhurnya sebagai fotografer namun lambat laun hal ini tidak dapat ia elakkan. Hasrat yang telah ia timbun bertahun-tahun apalagi ada bakat pada diri yang tidak dapat lagi ia urungkan.
“Kamu sudah gila,” (hal 16)
Menjadi kalimat perpisahan Mas’ud dengan istri serta anak yang masih didalam kandungan istrinya. Tekad bulat ini ia genggam erat hingga Al-Baghdadi berkelana dari tanah luas dinasti Abbasiyah hingga dataran anak benua, India. Dari India, dia akan membersamai kapal pedagang hingga selat malaka demi melanjutkan pekerjaan ayahnya, menyelesaikan peta Pulau Swarnadwipa (Sumatra) paling detail dan akan terpakai hingga ribuan tahun lamanya.
Perjalanan ini mestinya mulus dengan logistik yang mencukupi. Namun, sayang seribu sayang pergolakan perairan malaka pada saat itu dikuasai oleh perompak. Nahas kapal dagang yang ditumpangi Mas’ud disergap dan diambil seluruh logistik beserta alat menulis peta miliknya.
Ketika melewati pelabuhan, Al-Baghdadi secara kebetulan bertemu dengan rombongan perompak tadi dan berusaha menyelinap agar mendapatkan peralatan tadi. Sayang, takdir berkata lain. Mas’ud hampir saja menemui ajalnya sebelum akhirnya ditolong oleh seorang biksu yang akan membawanya kepada sebuah putusan takdir.
“Ini mungkin kebetulan yang brilian…garis takdir yang memang harus terjadi… Anak Muda, jika kamu hendak menyelesaikan peta itu dengan baik, maka satu satunya kesempatan adalah dengan bepergian dengan bajak laut ini,” (hal 22)
Demikianlah Mas’ud Al-Baghdadi berkelana melukiskan kembali Peta Pulau Swarnadwipa bersama para bajak laut hingga menemukan makna sebenarnya penghancuran dan persekutuan dalam membebaskan wilayah Swarnadwipa yang dikala itu dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya.
Pada petualangan ini kita akan menemukan makna balas dendam, pengkhianatan, tamak, hingga karakter setiap individu yang memiliki plot twist tersendiri seperti Raja Perompak. Ia boleh saja dikatakan perompak karena memiliki hasrat tidak baik, memimpin ribuan perompak yang suka menjarah,merampok,membunuh,penjahat.
Tetapi kadang kala saat sesuatu yang terlihat kejam dan jahat terjadi, boleh jadi terdapat kebaikan dan hikmah di dalamnya. Yang bisa saja lebih mulia daripada raja-raja munafik, seolah mulia, dan peduli terhadap rakyat tapi sejatinya egois dan jahat.
Kisah ini pun tidak sekedar menyajikan balas dendam para perompak kepada kerajaaan Sriwijaya akibat pembantaian terhadap sanak saudara bajak laut ini. Tapi juga menghidangkan bagaimana sebuah kerajaan megah pada abad 13 menguasai maritim nusantara hanyalah sebuah kerajaaan bobrok, korup, lalim serta meminta upeti tinggi kepada masyarakatnya.
Bagi pecinta Tere Liye sejati, Fresh Readers tentu sangat tahu akan apik dan ciamiknya serta vibes laga pada novel-novel besutan kelahiran Palembang ini bukan? Hanya melalui cover kita sudah dapat menghalukan akan perjalanan lautan yang bakal dihadapi sang tokoh utama. Tarian peperangan terlukiskan dengan baik oleh sang penulis hingga menjadikan ini sebagai nilai plus tiada kira yang patut disematkan pada Tere Liye.
Tentu terdapat kejanggalan komunikasi pada novel seperti bagaimanakah mereka berinteraksi sedangkan awak kapalnya terdiri dari berbagai macam latar dan asal yang berbeda. Pembayun, beliau berasal dari wilayah india, sedangkan Emishi berasal dari Jepang. Kira-kira mereka memakai bahasa apa sih, Fresh Reader?
Dibalik kekurangan yang disebutkan sebelumnya, tak dapat dipungkiri penulis berhasil menutupinya dengan rangkaian kisah relate pada novel dengan keadaan nyata yang sedang kita alami, yakni kesewenangan dimana-mana, rakyat bersusah payah hanya demi emas permata para penguasa, serta proyek ambisius penguasa demi ketenaran di mata dunia tanpa memandang kebutuhan rakyatnya.
Buku ini sangat cocok untuk pembaca remaja hingga dewasa. Meskipun memiliki genre fiksi, kisah heroik ini dapat kita ambil informasi yang berguna terhadap petualangan yang dialami oleh Mas’ud ini. Jadi apakah Fresh Reader tertarik untuk membacanya?
Fresh Crew: Muhammad Dzaky/ Kontributor
Editor Crew: Aurora Rafi N/Suaka