Bingkai Kecil Huru-Hara
Judul Buku : Dunia Kecil Yang Riuh
Penulis : Arafat Nur
Penerbit : Diva Press
Cetakan : Pertama, November 2021
Jumlah halaman : 330 halaman
ISBN : 978 623 293 556 3
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Siapa yang tak kenal Nabi Muhammad? Seseorang yang diyakini sebagai utusan Tuhan, juga menjelma sebagai manusia biasa untuk membenahi kekacauan dunia yang kala itu tidak mengenal siapa Tuhan mereka. Sebagai seorang muslim, tentu sudah pasti hafal mengenai perjalanan beliau dalam menyebarkan ajaran agama Islam hingga populasinya kini menjadi agama yang paling banyak dipeluk di Indonesia.
Namun bagaimana jika sosok tersebut diceritakan dalam bentuk fiksi atau novel yang tidak benar-benar nyata kisahnya. Hanya ada beberapa kesamaan yang menjadi representasi kisah-kisah Nabi Muhammad yang kita ketahui. Ya, novel tersebut ditulis oleh Arafat Nur dalam bukunya berjudul Dunia Kecil Yang Riuh.
Buku ini merupakan pemenang dari sayembara yang digelar oleh Diva Press tahun 2020 di Yogyakarta. Dinobatkan sebagai juara kedua, buku ini lebih tebal daripada kedua buku juara lainnya. Memang tidak sebanding jika menceritakan kisah Nabi dalam beberapa halaman saja, perlu beberapa buku untuk menceritakan semua perilaku, kisah, dan etika tentangnya.
Mengawali cerita didalamnya, buku ini berkisah tentang sebuah desa bernama Parengan yang memiliki pusat keramaian yakni Pertelon sebagai pasar didalamnya. Pasar tersebut selalu ramai pengunjung dan berbagai macam penduduk yang melakukan aktivitas didalamnya. Eitss.. Tapi Pertelon memiliki banya hal yang mewakili segala bentuk kejahatan manusia yang terjadi di dunia nyata.
Penduduk Pertelon tidak jelas memeluk agama apa. namun memang sebagian dari mereka mengaku Islam, tapi hanya sekadar identitas saja. Banyak dari mereka yang masih menyembah arwah-arwah leluhur, bermain perempuan, para wanita bekerja untuk menggoda para lelaki, dan kepercayaan mereka yang tak jelas membuat kewalahan pemerintah setempat untuk mendata status agama mereka. Hingga pada akhirnya seorang ustadz datang untuk mengobati segala macam penyakit di sana.
Bebalnya penduduk Pertelon banyak dari ustadz yang sebelumnya pernah singgah kemudian meninggalkan desa tersebut karna disantet oleh penduduk setempat. Berbeda dengan ustadz satu ini, ia datang dengan penuh damai tanpa mencela dan menolak tradisi setempat. Ia sempat menyebutkan namanya tetapi karna penduduk Pertelon buta huruf dan tidak bisa membaca, maka ia disebut ustadz shalawat karna ketika berjalan ia tak pernah berhenti melantunkan shalawat.
Selain itu penggambaran cerita oleh Arafat pun memang benar-benar ciri khas di Indonesia. Seperti adanya radio yang setiap hari bersuara di Pertelon dan hanya sekitar lagu-lagu dangdut saja, ia pun menarasikan dengan penyanyinya sekaligus. Misalnya saat Sutris, seorang tukang bengkel di sana tengah membongkar pasang mesin motor tua, Melinda yang menyanyikan “Cinta Satu Malam” dari radio seolah tak ia dengarkan.
Namun bicara mengenai kelebihan, tentu terdapat hal yang menarik yang ada dalam buku ini. Salah satunya yaitu dalam segi pengemasan cerita. mungkin ada beberapa dari kita yang “bosan” dengan cerita Nabi Muhammad. Bukan sebab ceritanya, tetapi berulang kali kisah tersebut dikisahkan sehingga tak asing lagi di telinga.
Berbeda dengan buku ini, kita akan menemukan sudut pandang lain dengan kisah yang familiar di kehidupan sehari-hari namun dalam penggambaran seolah-olah Nabi pernah diturunkan di Indonesia.
Meskipun dibuat dengan semenarik mungkin, tentu tidak ada karya yang sempurna. Seperti halnya yang ada pada buku ini, dengan penggambaran yang agak berbeda dengan kisah Nabi yang kerap kita baca dan dengarkan. Sehingga pembaca harus mampu mencocokan antara kisah di buku ini dengan kisah yang sebenarnya.
Contoh Arafat menggambarkan kisah tersebut dalam sudut pandang keramaian di “Pasar” dimana bagi saya itu sangat mewakili kisah Nabi dan tentunya orang-orang Mekkah saat itu yang mendominasi pekerjaan mereka dengan “berdagang”. Cocoklogi yang sempurna bukan?
Banyak hal yang didapatkan ketika membaca buku ini, salah satunya yakni banyak analogi antara kisah Nabi dengan kisah didalamnya. Agaknya tak asing dengan penggambaran suasana di negeri kita, bahkan jika teman-teman sering bertanya kenapa Nabi tidak diturunkan saja di Indonesia bukan di negeri Arab maka untuk menjawab pertanyaan tersebut, buku ini tentu amat direkomendasikan untuk dibaca.
Fresh Crew: Fauqi Muhtaromun/Suaka
Editor Fresh: Fitri Nur Hidayah/Suaka