Culture Shock dan Adaptasi Mahasiswa Perantau
FRESH.SUAKAONLINE.COM- Bulan September menjadi awal riuhnya kembali kampus dengan aktivitas akademis dan non-akademis. Baik mahasiswa lama dan baru, sama-sama berdatangan dari berbagai penjuru tanah air dengan bermacam latar budaya dan sosialnya. Bagi mereka yang merantau, disinilah hidupnya menjadi individu mandiri di tengah komunitas yang lebih menantang.
Selain tentang kemandirian, tak jarang seorang mahasiswa baru dihadapkan dengan culture shock atau gegar budaya. Menurut Cambridge Dictionary, culture shock atau gegar budaya adalah perasaan bingung yang dirasakan seseorang saat mengunjungi suatu negara atau lingkungan yang tidak mereka kenal, bisa karena perbedaan iklim, makanan, bahasa, cara berpakaian, norma sosial, maupun nilai-nilai yang ada pada suatu daerah.
Hal ini terjadi pada seorang mahasiswa perantau jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Bandung, Azqa Qolbun yang berasal dari Papua Barat. Ia memaparkan bagaimana perbedaan suasana yang ia rasakan, mulai dari bahasa yang tentunya sangat berbeda sampai pada cuaca yang dingin.
Azka juga kembali menceritakan culture shock yang ia alami. “Yang membuat saya mengalami culture shock adalah soal harga dan makanan. Saya benar-benar kaget ketika melihat harga disini lebih terjangkau dibandingkan dengan Papua. Lalu, ada juga makanan-makanan yang ‘hilang’ dari kebiasaaan saya. Dimana saya biasa membeli makanan tersebut, disini saya cari tidak ada,” tuturnya, Selasa (6/8/2022).
Selain itu, adaptasi lain yang harus dijalani adalah masalah pergaulan. Tidak bisa dipungkiri, kampus merupakan representasi keragaman bentuk komunikasi antar manusia dengan budaya dan kebiasaan berbeda. Kekhawatiran akan hal ini sempat dirasakan oleh Mahasiswi Jurusan Biologi, Salma yang asalnya dari Kalimantan Tengah.
“Sebelum berangkat itu aku mikirnya gini, ‘nanti di sana apakah aku bisa masuk ke pergaulan yang baik, ataukah tidak? Bagaimana caranya aku masuk ke pergaulan yang baik?’” ungkapnya, Senin (12/2/2022).
Berangkat dari kesadaran bahwa kita adalah manusia yang merupakan makhluk sosial, kita tentu akan selalu saling bergantung dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Maka ketika kita ditempatkan di lingkungan yang baru, diperlukanlah proses adaptasi agar bisa berbaur.
Terkadang, dalam proses tersebut adakalanya kita mengalami perasaan terkejut, gelisah, ataupun keliru. Semua perasaan tersebut adalah hal yang wajar, tinggal bagaimana kita mengatasinya agar tidak terus berlarut dalam kepungan perasaan tersebut.
Menghadapi Culture Shock
Saat seseorang merasakan culture shock, itu merupakan tanda bahwa ia sadar akan perbedaan budaya antara tempatnya berasal dengan tempat yang kini ditempati. Sebagai manusia yang tidak diam di satu lingkungan saja, siapapun bisa mengalami culture shock.
Salma berbagi solusi versi-nya untuk mahasiswa rantau yang mengalami hal yang sama. Menurutnya, Fresh reader bisa dengan perlahan membiasakan diri dan mencoba mengenal lebih jauh tentang budaya yang ada di tempat baru. “Solusi saya, banyak berbaur dengan lingkungan sekitar, membangun komunikasi yang baik dengan orang-orang sekitar.”
Sangat wajar bagi orang yang hidup dalam budaya yang berbeda untuk merasa sedih dan kesepian di waktu-waktu tertentu, merindukan budaya asal, rumah, teman, dan keluarga mereka. Melansir dari kompas.com, ada beberapa cara mengatasi culture shock atau gegar budaya.
Diantaranya dengan menyadari dan mengakui perasaan tidak nyaman; hal ini bisa menimbulkan rasa ingin tahu dalam diri seseorang yang nantinya membuat ia mencoba mengenal, memahami, dan mempelajari hal baru. Selanjutnya, cobalah untuk berpikiran terbuka akan sesuatu hal yang baru dan juga, jangan ragu untuk terlibat langsung dalam proses adaptasi akan hal baru tersebut dengan cara bersosialisasi dengan sekitar.
Namun terkadang, tekanan untuk beradaptasi dengan budaya baru dapat memicu stress, bahkan depresi. Jika sudah begitu, perlu ada pencegahan dan penaganan yang kita lakukan dalam menghadapinya. Bisa dengan langsung meminta bantuan kepada profesional.
Dear Fresh Reader, berjumpa dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru memang terkadang sulit dan mengejutkan. Namun selalu ingat, bahwa kita tidak akan pernah sendirian dalam proses tersebut. Segera, kita akan bisa memahami dinamika sekitar dengan perspektif yang lebih luas dan lebih baik sehingga dapat menjalani hari-hari dengan kondisi jiwa yang lebih positif. Semangat!
Fresh Crew: Kinanti Zahra/Suaka
Editor Fresh: Shafa Maura Zahwa/Suaka