Fleksibilitas Budaya, Konsep Manusia Beradaptasi
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Berbicara masalah budaya biasanya tidak akan jauh dari kebiaasan dan tradisi. Nah, apa jadinya kalau di negeri orang kita dianggap sebagai manusia yang tidak berbudaya? Menjawab pertanyaan dari kalimat tersebut maka munculah fleksibilitas budaya. Apa yang dimaksud dengan fleksibilitas budaya? Yaitu kesanggupan untuk hidup, bekerja dan berinterkasi dengan berbagai macam orang dari satu sisi ke sisi yang lain dengan budaya dan latar belakang sosial yang berbeda. Hidup di negeri orang tidak gampang, mesti beradaptasi, berhati – hati dan tentu saja menjaga diri.
Dibawah ini Fresh Crew rangkum dari Dyara Branschikova wanita kelahiran Siberia, Rusia selaku pengisi acara dalam seminar Art and Language Festivel 2016 yang diselengarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Pengembangan Bahasa (LPB) Sabtu, (3/12/2016) di Aula Abdjan Soelaeman menjelaskan tentang kill characteristics (menghilangkan ciri khas);
- Awareness
Menyadari budaya sendiri sebagai perbedaan kebudayaan dari yang lain. Memahami dan menghargai kebutuhan fleksibilitas dalam gaya, pendekatan dan waktu.
- Original
Tidak takut untuk mencoba melakukan sesuatu karena kita tidak akan pernah tahu jika tidak berani mencoba.
- Adjust
Memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu untuk membuat peraturan sendiri dan tidak semena-mena.
- Dialogue
Terkait bagaimana memadukan budaya lokal misalkan kamu orang Jawa Timur kemudian untuk beberapa tahun tinggal di tanah Sunda, saat kembali ke Jawa Timur, orangtua atau saudara – saudaramu akan bilang “Kok sekarang beda yah logatnya, kok beda yah cara ngomongnya.” Nah, meskipun sudah ada percampuran budaya tapi bukan berarti melupakan budaya sendiri.
Menyesuaikan diri dengan budaya negara atau orang lain memang perlu proses dan waktu. Berikut ini merupakan hal – hal yang mengahambat proses adaptasi dalam kata lain menyebabkan kelemahan – kelemahan muncul diantaranya :
- Confidence
kurangnya interkasi dengan orang – orang yang berbeda kebudayaan atau percaya diri yang berlebihan terhadap budaya sendiri dan menganggap hal itu terbaik. Percaya diri sah – sah saja, tapi jangan terlalu percaya diri hal itu dianggap tidak menghormati budaya pribumi. Kalau kalian adalah perantau maka kata Dyara “Unconfidence is better”.
- Fear
Manusia hidup dengan norma dan kebudayaan tetapi untuk belajar dan beradaptasi tidak ada salahnya belajar, supaya tahu mana batasan – batasan norma dan kebudayaan yang tidak boleh dilanggar. Memiliki ketakutan melanggar norma dan kebudayaan akan menghambat proses penyesuaian diri, jadi lakukan saja jangan takut.
- Understanding
Tidak memahami dan menghargai budaya lokal serta cara mereka melakukan hal – hal kecil sekalipun. Contohnya jika tempat kamu tinggal dulu kamar mandi dilengkapi dengan shower dan sekarang tinggal di kosan hanya dengan air keran yang langsung mengalir ke ember, sontak awalnya memang mengejutkan tapi coba pahami dari berbagai sisi dan terus beradaptasi.
- Conflict Skill
Tidak tahu mengatasi konflik menjadi hal yang berbahaya. Kalaupun suatu hari nanti kamu terjerat konflik hadapi dengan cara mendekati penduduk lokal, selesaikan dengan baik –baik, terus saja bertanya never lose your coriousity.
Jadi mencintai lokalitas budaya penting tetapi bukan berarti menjauhi budaya orang lain. Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan. Tindakan – tindakan yang biasa dilakukan diikat oleh norma dan kebudayaan. Adaptasi kebudayaan bisa dilakukan dengan cara memahami perbedaan tanpa takut berbuat kesalahan karena dari salah – salah itulah kita dapat banyak pembelajaran.
Fresh Crew : Anisa Dewi A.
Editor Fresh : Rendy M. Muthaqin