Fokus 1 : Kumandang Musik Islami di UIN Bandung
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Salah seorang aktor asal Amerika, Jhonny Deep pernah berkata, ‘Musik menyentuh kita secara emosional, saat di mana kata-kata saja tidak bisa melakukannya,’ Siapa sangka, Islam sebagai sumber dari seni dan budaya telah lebih dulu melahirkan seni musik di tangan para ulama terdahulu. Peradaban Islam pun mengenal sebuah seni musik sebagai salah satu sarana untuk mendekatkan diri dengan Tuhan.
Hayoo, Fresh Reader tau nggak kalau adzan merupakan sumber musik Islam pertama karena ada notasi di dalamnya? Makanya adzan di Madinah ada pada kunci E-Minor dan tinggi suaranya ada pada 3 oktaf. Setelah itu lahirlah Kiroat yang bentuk 7 atau bisa dikatakan ada 7 macam lagu dalam senin membaca al-quran. Di antaranya yaitu Bayyati, Shoba, Nahawand, Hijaz, Sika, Jiharka.
Pengamat sekaligus pegiat musik religi, Fadlil Yani, mengatakan kalau dahulu Ibnu sina seorang filsuf, ilmuan dan juga dokter asal persia menggunakan musik sebagai alat terapi. Ibnu Sina membuat kitab bernama Al-Kadir Al- Musikoh dan menganggap musik itu bagian dari kehidupan. Menurut Ibnu Sina, Musik itu sifatnya terapis dan Imaji yang bisa dijadikan alat penyembuh dengan doa atau syair yang bernuansa keIslaman dapat dijadikan alat terapi.
Selain sebagai alat untuk terapi, musik juga sekarang ini tengah ramai dijadikan sebagai alat dakwah lho. “Orang zaman sekarang mungkin sudah jenuh dengan dakwah ceramah, nah makanya beberapa orang butuh pesan moral lewat musik,” ujar dosen di jurusan Bahasa dan Sastra Arab UIN SGD Bandung itu, Kamis (25/4/2019).
Ia menjelaskan, musik dalam dakwah itu merupakan nilai magis. Karena masyarakat sekarang ini tengah haus dengan musik religi. Untuk itu beberapa orang mulai menimba ilmu dari musik. Dan beberapa orang juga kini mulai mendengarkan ceramah lewat musik.
Nah, ngomong-ngomong soal musik dan Islam, cocok banget rasanya kalo diobrolin bareng mahasiswa UIN. Beberapa waktu ke belakang sering dijumpai konser musik yang diadakan mahasiswa UIN SGD Bandung dengan berbagai macam pengisi acara di dalamnya. Mulai dari penyanyi lokal asal Bandung sampai penyanyi nasional yang karirnya sudah meroket.
Tapi pernah ngga sih dalam benak kalian sempat terlintas kenapa di UIN SGD Bandung jarang diadakan konser musik dengan konsep acara yang Islami mulai dari kegiatanya, tema, dan pengisi acara di dalamnya? Apa sih kira-kira penyebabnya?
Animo Mahasiswa yang Kurang
Ketua Dema Universitas, Oki Reival Julianda, mengatakan kegiatan dengan tema musik religi di UIN SGD Bandung sendiri dirasa masih cukup sering. Meskipun begitu, animo dari mahasiswa UIN SGD Bandung sendiri dirasa masih kurang. Salah satu penyebabnya mungkin karena faktor popularitas dari bintang tamu yang diundang.
Selain itu, pergeseran budaya juga menjadi salah satu penyebab musik religi tidak seintens diadakan seperti konser musik lainnya di Kampus Hijau ini. Akibatnya budaya dari luar dapat masuk dengan mudahnya. Selain itu, media juga menjadi salah satu yang mempengaruhi popularitas dari seorang bintang.
“Di UIN Bandung, ketika membuat kegiatan dan menghadirkan pemateri atau pembicara yang subtansial kurang peminat, tetapi ketika pembicara itu populis barulah banyak peminat,” ujarnya saat diwawancarai via WhatsApp, Minggu (12/5/2019).
Pria yang kerap disapa Oki ini mengaku musik religi sendiri tidak ketinggalan zaman. Akan tetapi para pelaku musik perlu memanfaatkan dengan maksimal semua instrumen yang ada di zaman ini. Seperti media sosial Youtube dan lainnya.
Jarang Ada yang Merekomendasikan Musik Islami
Lain halnya dengan yang diutarakan Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Bimbingan Konseling Islam (BKI), Nabilah, di jurusannya sendiri belum pernah mengadakan konser musik dengan mengusung tema religi. Ia sendiri mengungkapkan untuk mengundang pengisi acara diadakan voting terlebih dahulu, dan tidak ada yang merekomendasikan pengisi acara yang fokus di bidang islami.
Nabilah melanjutkan, memang ia belum pernah merekomendasikan kepada anggota HMJ untuk mengundang penampilan musik islami karena ia berada di jalur demokrasi. Artinya kesepakatan akan dilempar kepada anggota HMJ untuk memutuskan. Ia menyebutkan hal itu bukan berarti mahasiswa UIN SGD Bandung tidak minat terhadap musik islami.
“Minat anak UIN terhadap musik islami menurut pandangan saya masih setengah-setengah ya. Jadi gini, buat orang-orang yang berada di golongan seperti LDM, UPTQ, mereka pasti suka. Tapi kalau orang-orang yang berada di golongan yang bebas, menurut saya kurang minatnya,”jelas Nabilah saat diwawancarai via telepon, Rabu (16/5/2019).
Bukan hanya itu, jurusannya ketika mengadakan acara selalu melihat peluang yang sekiranya orang-orang bakal banyak datang, maka hiburannya harus yang sedang digandrungi banyak orang. Sasaran acaranya pun terkadang bukan hanya untuk mahasiswa UIN SGD Bandung, lebih kepada luar UIN SGD Bandung.
Musik Islami Harus Selaras
Menurut penuturan Fadlil Yani, jarang diadakan konser musik Islami dikarenakan tidak ada regulasi khusus untuk mahasiswa UIN SGD Bandung pada setiap acara atau kegiatan, baik konser maupun seminar untuk selalu menampilkan hal yang berbau Islam. Itu kembali kepada panitia yang akan mengadakan kegiatan tersebut. Kembali pada selera masing-masing.
Pria yang pernah berkecimpung di musik rock ini juga mengatakan, menikmati itu ada 2 macam. Pertama adalah umum atau general yaitu menikmati musik hanya untuk kebahagiaan saja, nilai yang digali hanya eksoteris penampilan saja. Berbeda dengan musik religi atau musik islami, musik itu all out. Mulai dari musik, liriik, penampilan dan penontonnya harus selaras.
“Selaras gitu, musiknya, penyanyinya, penontonnya, ngga bisa musik islami terus penontonnya joget joget ajrag ajragan,” tutur Fadlil.
Tidak hanya itu, mulai dari penampilan pengisi acara dan penonton selaras, diawali dengan salam dan ditutup dengan hamdalah. Itu juga salah satu bentuk kegiatan dengan konsep religiusitas. Liriknya juga mengajak kepada kebaikan, tentang keagamaan seperti mengajak sholat, mengajak kebenaran, dan tausiah.
Memang, UIN SGD Bandung tidak mewajibkan untuk mengundang penampil musik islami di setiap acara yang diadakan oleh mahasiswa. Tapi ia berharap agar UIN SGD Bandung memberikan keteladanan dalam segala hal, terutama dalam religiusitas kampus yang di dalamnya termasuk musik religi.
Fresh Crew : Anggi Nindya Sari
Editor Fresh : Rizky Syahaqy