Fokus 2 : Eksistensi Musik Islami Masa Kini
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Seberapa sering sih Fresh Reader mendengar musik dalam sehari? Pasti sering dong, dan juga sesuai selera masing-masing, ada yang sering mendengar musik pop, reggae, rock, jazz dan genre lainnya. Bagaimana dengan musik islami? Pasti sering denger juga dong.
Mungkin banyak dari pendengar musik yang beranggapan bahwa musik islami itu kurang peminatnya, karena lebih sering mendengar musik yang memang bukan musik religi, contohnya lebih sering mendengarkan lagu-lagu Korea yang lagi hits, ketimbang lagu yang bernuansa islami.
Nah, hal ini dibenarkan oleh penyanyi musik religi, Maydicka. Menurutnya semakin ke sini musik islami makin berkurang peminatnya. Terutama musik islami seperti hadroh, marawis dan lainnya. Peminat musik yang seperti itu hanya orang-orang tertentu dan kebanyakan hanya di pesantren-pesantren.
Umumnya dari segi kualitas musiknya itu sendiri yang menyebabkan musik islami kurang diminati, dikarenakan musik islami kurang bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman, dikalahkan dengan musik-musik kontemporer, terutama musik-musik dari barat.
“Konten dan kemasan nasyid juga kurang tereksplore, jadi kesannya orang nyangka bahwa nasyid tuh musiknya yang gitu-gitu aja dari zaman ke zaman,” ujar Maydicka saat diwawancarai via surel, Sabtu (18/4/2019).
Ia menambahkan, dalam menarik minat para pendengar untuk menikmati musik islami khususnya nasyid, adalah dengan cara membenahi lagi konten supaya lebih baik, dan juga supaya masyarakat tertarik.
Kemudian harus ada penggarapan karya secara serius, yang benar-benar dilatih oleh orang yang berpotensi terutama di bidang musik islami. Juga, karya yang dibuat harus menyesuaikan dengan perkembangan zaman, menyesuaikan dengan daya minat masyarakat saat ini terhadap musik.
“Yang utama dari suatu sajian musik itu apapun jenis musiknya adalah seberapa baik karyanya, dan seberapa menarik kontennya,” ujar musisi tersebut.
Menurut ketua Unit Pengembangan Tilawatil Quran (UPTQ) UIN SGD Bandung, Zezen Futhuhal Arifin, dalam penuturannya, musik islami secara sederhana dipahami sebagai musik yg bernapaskan Islam atau musik yang dijadikan sebagai sarana dakwah islami.
Ia juga mengatakan mungkin karena mereka beranggapan kalau gaya musik islami itu terlalu klasik dan tergerus oleh arus musik modern, sehingga menyebabkan peminat musik islami kurang.
UKM sebagai Pelopor
Lain halnya dengan pendapat Ketua Paduan Suara Mahasiswa (PSM) UIN SGD Bandung, Aprian Yuslan, musik islami tidak kurang peminatnya, bahkan dapat dikatakan banyak. Hanya saja yang sering didengarkan sehari-hari lebih banyak selain musik islami.
Biasanya orang-orang mendengarkan dan membawakan musik islami hanya di momen-momen tertentu seperti menjelang Ramadhan, ketika memperingati hari besar Islam, dan kegiatan yang bertemakan islami, juga disesuaikan dengan segmentasi musik itu sendiri.
Mengenai acara konser musik yang diadakan oleh mahasiswa UIN SGD Bandung yang jarang sekali menampilkan musik islami, menurut Aprian hal tersebut merupakan permasalahan saat ini. Mahasiswa UIN belum bangga dengan status universitas yang menyandang nama Islam, oleh karena itu jarang sekali musik-musik islami dibawakan dalam acara mahasiswa. Tapi, di acara PSM sendiri, lagu-lagu islami sering dibawakan, hal ini berarti masih ada mahasiswa yang bangga akan status universitas islam.
Lanjut Aprian, untuk konser-konser musik yang diadakan mahasiswa, itu tergantung dengan kesadaran mahasiswa itu sendiri. Salah satunya dengan cara memelopori dengan membawakan musik islami, agar orang-orang setidaknya dapat melihat bahwa di UIN SGD Bandung ada yang sering membawakan dan mendengarkan musik islami.
“Dari situ bisa jadi atau sangat mungkin lagu-lagu islami menjadi sering dibawakan oleh masyarakat UIN. Memang tidak sekaligus, tapi minimal dengan adanya kita yg selalu membawakan musik islami itu sedikit demi sedikit bisa membuat masyarakat UIN mengarah ke sana. mungkin contoh kongkritnya mengadakan lomba yang lagu islami, mulai dari cipta lagu sampe idol,” ujarnya (31/03/2019).
Sudah Termaktub dalam Visi dan Misi
Menurut Staf bagian Humas Aljamiah, Helmi Kahfi, peminat musik islami tidak berkurang, hanya saja syiar musik selain musik islami lebih banyak, seolah-olah musik islami kurang peminatnya. Kemudian, mengenai konser-konser musik yang sering diadakan oleh mahasiswa, menurutnya itu kembali lagi ke selera panitia. Namun, memang alangkah lebih baik musik-musik islami dipertunjukkan juga.
“Seharusnya tetap ada (musik islami – Red), ya kembali kepada kalian, sesuatu itu akan hilang karena kalian (HMJ) tidak mencoba membangunnya, coba membangun agar berimbang, nanti kan ada yang suka musik islami irama gambus, pop, silakan,” ungkapnya (15/04/2019).
Untuk imbauan dari lembaga kampus sendiri, Helmi mengatakan sebenarnya hal tersebut telah termaktum dalam visi dan misi UIN SGD Bandung yang secara garis besar, tercantum pada berakhlakul karimah. Jika perlunya arahan, harus dimulai dari yang terbawah yaitu jurusan. Namun, kembali lagi ke mahasiswa, maksud dan tujuan dalam mengadakan acara harus jelas, tidak ada perbedaan tiap fakultas semua tetap di bawah UIN SGD Bandung.
Dalam penuturan seorang pegiat musik religi, Fadlil Yani, jika ada aturannya mengenai musik yang dibawakan harus musik religius, maka yang harus ditampilkan di kampus ini adalah musik religius, kalau tidak ada peraturan maka bebas-bebas saja.
Kata Fadlil, UIN ini di lingkungan kampus yang religius maka musiknya juga harus religius, cuma harus ada kesepakatan antara pimpinan dengan semua kalangan yang ada di kampus UIN SGD Bandung, jika belum sepakat, ya bebas.
“Itu urusan selera panitia aja, tidak harus diwajibkan harus ini itu, ngga, kecuali ada aturan, ya kalau mahasiswa terlalu banyak diatur kan nggak enak juga. Biarkan mereka bebas berekspresi aja, yang penting jaga diri aja dan jaga kesopanan, jaga citra, menjaga citra itu juga sebuah iffah, bagian menjaga marwah kita, muruah kita, kewibawaan kampus kita.” Tutup pria yang pernah berkecimpung di dunia musik aliran keras ini (25/4/2019).
Nah, Fresh Reader, sebagai mahasiswa UIN SGD Bandung terutama para panitia-panitia acara, dengan status kampus universitas Islam ini, bolehlah setiap ada acara jurusan atau unit kegiatan mahasiswa bisa menampilkan lagu-lagu islami. Supaya musik-musik islami bisa terus membumi di kampus yang kita cintai ini.
Fresh Crew : Shania Anwar
Editor Fresh : Rizky Syahaqy