Internet of Things, Semakin dekat namun semakin rentan?
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Halo Fresh Reader! Pasti Fresh Reader sudah tau kalau sekarang keberadaan internet sudah melekat di setiap aspek kehidupan. Selain itu hadirnya sebuah sensor, koneksi jaringan yang semakin cepat, perangkat berukuran mikro, dan yang paling popular dan sedang gencar-gencarnya ditingkatkan adalah kecerdasan buatan (AI). Empat hal tersebut merupakan unsur-unsur dari Internet of Things (IoT). Lantas apa itu IoT?
Melansir dari Wired.co.uk, Internet of Things merupakan teknologi yang memungkinkan satu objek untuk mampu bertukar data lewat koneksi tanpa bantuan dari komputer fisik dan manusia. Jika menilik dari sejarahnya, perangkat IoT pertama kali dicetuskan oleh John Romkey, seorang ahli teknologi lulusan Massachusetts Institute of Technology yang membuat sebuah alat pemanggang roti yang dapat dikendalikan melalui komputernya.
Nah setelah tau tentang apa itu IoT, pasti terpikir bagaimana cara kerja dari IoT ini kan? Cara kerja IoT secara sederhana adalah dengan memanfaatkan suatu instruksi pemrograman yang pada setiap perintahnya dapat menghasilkan interaksi kepada sesama perangkat yang terhubung secara otomatis tanpa adanya intervensi pengguna.
Faktor vital dari kelancaran sistem IoT tentunya ialah jaringan internet yang menjembatani antar sistem dan perangkat. Sementara manusia hanya sebagai pengawas dari setiap perilaku yang dilakukan perangkat IoT. Dengan adanya IoT ini pasti menjadi penunjang utama dalam hal efisiensi, monitoring dan koneksi kerja yang lebih baik dan mudah untuk diakses dimanapun kita berada.
‘Dimana ada kelebihan, disitu ada kekurangan’, mungkin kata-kata ini yang cocok untuk menggambarkan bagaimana implementasi dari IoT yang berhasil mengubah pandangan masyarakat terhadap teknologi. Karena di balik kecanggihan dari sistem IoT ini, pasti ada sebuah kelemahan atau lebih tepatnya disebut sebagai suatu ancaman yang ironisnya, disebabkan oleh kelebihan dari IoT itu sendiri.
Akses internet jarak jauh ini lah yang menjadi sumber masalah bagi para penggunanya dari sekelompok orang yang memiliki niat jahat, apalagi bila mereka punya kemampuan untuk membobol data-data korbannya demi kepentingan pribadi. Serangan ini dinamakan sebagai Remote Access Trojan (RAT) yang memungkinkan penyerang untuk mendapatkan akses penuh ke sistem smartphone atau komputer korban, seperti mencuri data atau bahkan menghapus data dari komputer korban secara remote (jarak jauh).
Peretasan dan pembobolan, atau yang lebih dikenal dengan istilah ‘Hacking and breaching’ terus mengancam pengguna internet dari tahun ke tahun. Dilansir dari Verizon.com, sudah terjadi sekitar 234 ribu pembobolan data dan kurang lebih sudah 8.9 TB data siber yang terbobol dalam 15 tahun terakhir. Dimana rata rata mereka membobol data korban nya melalui aplikasi website seperti sosmed sebanyak 44%, email sebanyak 36% dan kelalaian user (seperti menginstal program mencurigakan dari internet) sebesar 18%.
Pembobolan seperti ini biasanya memiliki motif yang serupa setiap tahunnya, yaitu untuk meraih kesuksesan secara finansial dengan mencuri data korban-korbannya (96%) namun ada juga yang dilakukan sebagai bentuk protes (3%).dan sisanya yaitu hanya untuk menunjukkan keunggulan diri dan pamer saja (1%). Parahnya lagi, ada juga yang mengincar data pasien atau obat-obatan sebagai bahan yang harus ditebus oleh target mereka.
Sebenarnya tidak ada salahnya kita memanfaatkan teknologi dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, namun ada baiknya kita harus tetap waspada dengan akun kita dan selalu rutin mengganti kode keamanan akun kita supaya kita dapat terhindar dari serangan siber yang terus mengawasi gerak gerik kita dan mencoba menyerang data pribadi kita disaat kita lengah, Stay safe ya Fresh Reader!
Sumber: Wired.co.uk, Verizon.com, Ofis.bluepowertechnology.com.
Fresh Crew: Akhmad Ridlo Rifa’i/Magang
Editor Fresh: Fitri Nur Hidayah/Suaka