Jalan Terjal PSM Meraih Silver Medal
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Fresh Reader udah pada tau belum kabar gembira yang datang dari salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Paduan Suara Mahasiswa (PSM) UIN SGD Bandung? Betul sekali, baru-baru ini PSM berhasil mendapatkan Silver Medal pada ajang perlombaan Karangturi International Choir Competition (KICC) 2019. Acara tersebut dilaksanakan pada 13-16 November lalu di Liem Liang Peng Theater Karangturi School, Semarang. Gils banget gak tuh juara dua tingkat internasional?
Lomba yang diadakan kali kelima oleh Karangturi School ini sudah bertingkat internasional. Ketua Umum PSM, Aprian Yuslan memberikan kabar tersebut. “Nah kemarin mereka ngadain acara itu, kita ikutan, dan kita bawa pulang Silver Medal, Alhamdulillah. Full paduan suara semuanya. Ada kategori, jadi di dalamnya itu banyak kategori. Saya lupa, ada mixed, mixed youth, ada yang anak kecil folklore. Banyak intinya mah. Dan kita ikutnya yang mixed, tingkatnya mahasiswa,” ceritanya kepada Fresh Crew saat ditemui di Sekretariat PSM, Gedung Student Center UIN SGD Bandung, Selasa (19/11/2019).
Nah, jangan kira mudah PSM bisa raih silver medal ini, ternyata, hampir enam bulan lebih mereka melakukan persiapan dan latihan untuk lomba ini. Mulai dari tahapan seleksi anggota yang ikut lomba dengan melakukan wawancara, biar nanti pas latihannya tinggal memoles sedikit saja dan menguji keloyalitasan anggota. Kata Aprian, awalnya latihan dilakukan dua kali dalam seminggu, kemudian tiga kali dalam seminggu, pas udah deket hari lomba, doi latihan tiap hari.
Gak cuma itu, rintangan lain pun menyertai perjalanan PSM. Tidak adanya bantuan dari pihak kampus membuat anggota yang mengikuti lomba harus menabung dari jauh-jauh hari. Biaya yang dikeluarkan pun Rp 1.300.000 per orang, itu udah termasuk biaya kostum, penginapan, biaya hidup dan keperluan lainnnya.
“Pas nyari transportasi itu kita kelimpungan, biayanya hampir 14 juta. Karena seluruh anggota dan kru yang berangkat ke Semarang 41 orang, jadi harus pake bus gede. Kita udah survey ke sana-sini buat transportasi dan udah meminta bantuan ke Wakil Rektor (Warek – red) 3 bagian kemahasiswaan, tapi susah. Akhirnya setelah berkali-kali datang ke birokrat, kita dikasih pinjam bus UIN tapi tetap bayar 6 juta. Jatuhnya sama ajah kita nyewa,” tutur Aprian.
Sesampainya di Semarang, mereka menyewa rumah untuk disinggahi beberapa hari. Karena biaya seadanya, rumah yang mereka sewa hanya memiliki tiga kamar tidur dan satu kamar mandi. Bahkan Aprian menggambarkan kalau rumah yang mereka sewa lebih buruk daripada rumah KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang pernah ia sewa. Hal itu tentu memengaruhi mood anggota, namun Aprian terus berusaha menjaga mood agar tetap baik dengan berbagai cara yang bisa dilakukan.
“Paling penting itu mood, kalau mood udah jelek, kita tampil bakalan jelek. Nyanyi itu perlu mood yang bagus, apalagi ini tingkatnya internasional dan persiapan kita sudah matang. Dengan tempat dan keadaan yang serba seadanya, kita tetap sama-sama menjaga kondisi diri kita agar tetap bisa tampil maksimal,” sambungnya.
Kayaknya perjuangan PSM gak sampe di situ ajah deh, pasalnya mereka harus melewati dan megalahkan lawan-lawannya. Meskipun lawan mereka banyak yang dari mancanegara seperti Malaysia, Filipina dan yang lainnya, Aprian mengatakan kalau saingan yang terberat adalah Telkom University. Katanya, doi ikut di tiga kategori dan mendapatkan medali semua.
PSM menampilkan tiga lagu dengan aransemen musik yang berbeda-beda. Pertama PSM menampilkan lagu Soleram, aransemen oleh Josu Elberdin, kemudian lagu Paris Barantai, aransemen dari Ken Steven, terakhir adalah lagu Die Harmonie in der Ehe, aransemennya Franz Joseph Haydn.
Nah, aransemen itu ternyata juga harus dibeli, jadi gak asal pakai. “Itu gak bisa sembarang pakai, jadi kita harus beli hak guna pakainya dulu. Kadang kalau kita ikut lomba, kita bayar sekian juta, itu dapat partitur, karena kita udah dapat partitur itu gratis, jadi hak guna pakainya gratis,” jelasnya.
Setelah melewati segala rintangan dan hambatan, PSM mampu tampil maksimal dan membawa pulang silver medal. Ketangguhan dan kerja keras yang dilakukan anggota PSM berbuah manis, nama PSM UIN SGD Bandung naik ke permukaan dan menginjakkan kakinya di kancah internasional. Sebuah perjuangan yang patut diapresiasi.
Aprian bangga, senang dan terharu, begitupun semua anggota PSM, mereka telah mati-matian dan berusaha beriring doa. Seperti yang dirasakan salah seorang penyanyi, Rudi, sebagai penyanyi ia juga bisa tau lawan-lawan itu berat. Ia juga sangat bersyukur ketika diumumkan mendapatkan silver medal. Banyak hal pula yang sudah ia korbankan, seperti skripsi yang sempat terbengkalai dan pastinya dari segi biaya.
“Saya senang, bangga dan terimaksih kepada teman-teman yang sudah mau bersama-sama berjuang sampai akhirnya kita bisa bawa pulang silver medal.” Pungkas mahasiswa Sastra Inggris itu.
Fresh Crew : Awla Rajul
Editor Fresh : Rizky Syahaqy