Jatuh Cinta dengan Sederhana di Hujan Bulan Juni

Dok. Net
Judul film : Hujan Bulan Juni
Sutradara : Reni Nurcahyo Hesti Saputra
Penulis Skenario : Titien Watimenna
Produksi : Starvision dan Sinema Imaji
Produser : Chand Parwez Servia dan Avesina Soebli
Durasi : 97 menit
Tahun release : November 2017
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Sarwono, laki laki yang mendamba sesosok perempuan bernama Pingkan. Keduanya sama – sama dosen di Universitas Indonesia. Sarwono dosen Antroplogi, dan Pingkan asisten dosen di prodi Sastra Jepang. Film besutan Reni Nurcahyo Hesti Saputro itu yang diangkat dari novel “Hujan Bulan Juni”karya Sapardi Djoko Damono sebelumnya dari puisi yang ditulisnya tahun 1989.
Tugas yang diberikan Kaprodi kepada Sarwono yang diperankan oleh Adipati Dolken untuk melakukan penelitian di Manado, sekaligus kesempatan emas untuk menghabiskan waktu dengan Pingkan(Velove Vexia). Keinginan Sarwono untuk menjadikan Pingkan guide selama di Manado dijabah. Konflik mulai terpola ketika Sarwono tahu bahwa Pingkan sengaja ‘di program’ jurusan dan salah satunya mengirim ke Jepang untuk belajar lebih lanjut. Kekhawatiran itu muncul, mengingat Katsuo juga menyukai Pingkan.
Pingkan yang mengidamkan sosok Matindas; dongeng – dongeng yang sudah diceritakanya sedari ia kecil, seorang panglima perang yang mengukir satu buah patung Putri Pingkan yang sangat ia cinta agar ia bisa dibawanya kemana – mana. Sekaligus mengukir perasaan Matindas yang merekam kecantikan dan kebaikan Putri Pingkan. Sarwono merasa sosok Matindas jauh dari dirinya, Justru Pingkan lah yang merasa ia adalah jelmaan Matindas lantaran akan pergi ke Jepang, berjuang mempertahankan perasaanya yang sudah ia patri untuk Sarwono, agar disana tidak tergoda dengan Katsuo.
Matindas adalah seniman yang menghasilkan patung dan Sarwono adalah sastrawan yang merekam setiap inci kejadian ke dalam tulisan berwujud puisi, yang nantinya diberikan kepada Pingkan melalui selembar kertas, atau pesan di Whatsapp.
Film yang bergenre romantic ini tak henti – hentinya di hujani oleh puisi – puisi karya Sapardi. Puisi “Aku Ingin, Hujan Bulan Juni, Tiga Sajak Kecil dan lain – lain.
Katsuo yang Sar takutkan malah tidak berdaya atas kerinduan – kerinduan Pingkan kepadanya, kalah sebab ketiadaan dan ketidakhadiran Sar. Kesederhanaan cinta yag ditunjukkan oleh Suwarno justru membuat bahwa cinta itu benar – benar ada, bahkan ketiadaanyapun sanggup menumps perjuangan Katsuo yangingin mendekati Pingkan Seperti terdengar dalam suatu dialog antara Benny dan Sarwono
Benny :”Kau ini keras kepala”
Suwarno : jelas, bukankah memang Tuhan sengaja menciptakan kepala menjadi bagian dari organ tubuh yang paling keras. Dan aku akan keras juga untuk tidak melepas Pingkan.
Pembawaan laki – laki Jawa yang paham soal tata karma terlebih mempelajari pula soal budaya semakin membuat iya toleran. Sarwono termasuk laki – laki yang relijius terlihat ketika melakukan perjalanan saat azan berkumandang ia meminta berhenti untuk melaksanakan salat. Tetapi ini yang menjadi tonggak permasalahan, berkali kali keluarga dari Garis Ayah Pingkan berusaha menjauhkan Pingkan dan Sarwono, dimunculkan dengan adanya Sosok Benny.
Terlihat bagaimana Pingkan meyakinkan diri sendiri bahwa perbedaan yang ada bukan jadi masalah. Terutama agama. Perihal masa depan yang meyangkut anak ketika ditanya Benny ia enteng menjawab “Ya ikut orang tuanya lah”.
Seperti dalam kalimat, “Bagaimana mungkin seseorang memiliki keinginan untuk mengurangi kembali benang yang tak terkirakan jumlahnya dalam selembar sapu tangan yang telah ditenunya sendiri. Bagaimana mungkin seseorang bisa mendadak terbebaskn dari jaringan benang yang susun – bersusun, silang – menyilang, timpa – menimpa, dengan rapi di satu lembar sapu tangan yang sudah bertahun – tahun lamanya ditenun dengan sabar oleh jari – jarinya sendiri oleh kesunyiannya sendiri oleh ketabahanya sendiri oleh tarikan dan hembusan napasnya sendri, oleh rintik waktu dalam benaknya sendiri, oleh kerinduanya sendiri, oleh penghayatanya sendiri tentang hubungan – hubungan pelik antara peempuan dan laki laki yang tinggal di sebuah ruangan kedap suara yang bernama kasih sayang, bagaimana mungkin.”
Pingkan adalah cerminan dari – banyak orang menyebutnya krisis identits atau jati diri, ketika di Jawa dianggap Manado, dan Manado melabeli ia orang Jawa. Untuk menghindari perdebatan yang lebih panjang dan serius ia selalu menjawab “Aku Indonesia” yang searah dengan falsafah negara kita Bhineka Tunggal Ika.
Sejujurnya ada pesan pesan yang tersirat dalam film ini, perihal perbedaan agama, suku, ras dan budaya menjadi benang merah terciptanya masalah. Namun dibalut dengan romantisisme juga dihujani puisi – puisi.
Romantisisme dalam sastra menggambarkan keindahan – keindahan alam, dan film ini menampilkan pesona alam yang luar biasa. Dari mulai Bukit Kelong Tomohon, Danau Linow, Bukit Kasih Kanonang Patung Yesus di Citra Land hingga Pantai Likupang.
Tentu saja banyak perbedaan antara novel yang diangkat ke layar lebar yang biasa kita sebut alih wahana, soal penmabahan tokoh, perubahan karakter hal – hal semacam itu pasti terjadi dalam proses itu. Dan yang terpenting adalah alam ide dari setiap manusia pasti berbeda, maka wajar bila imajinasi pembaca ketika sedang memasuki dunia virtual dalam buku yang sedang dibacanya, akan berbeda dengan film yang di tontonya. Dan yang harus kita ingat, kata adalah kata, untuk kata yang divisualisasikan akan beragam persepsi. Pun dalam film Hujan Bulan Juni ini.
Mereka menyadari bahwa kasih sayang ternyata tidak pernah menawarkan kesempatan untuk Tanya jawab yang tak berkesudahan, bahwa kasih sayang ternyata sebuah ruang kedap suara yang merayakan senyap sebagai satu satunya harap yang semakin khusyuk pelukanya kalau senyap yang tanpa aroma tanpa warna tanpa sosok tanpa asesori mendadak terbanting di lantai kemudian melesat terpental ke langit – langit ntuk turun perlahan sangat perlahan memleuk dan membujuk mereka berdua agar tidak usah mengtakan sepatah katapun sedesis huruf pun sebab kata cenedrung berada di luar kasih sayang dan kasih sayang tidak bisa disidik dengan kata sekalipun berupa sabda bahwa ketika mereka mesra seperti dituntun untuk sepenuhnya mempercayai bahwa kasih sayang adalah kitab suci yang tanpa kertas tanpa aksara tanpa surah dan ayat tanpa parable tanpa kanon tanpa nubuat tanpa jalan tanpa karma tanpa gerak. Bahwa kasih sayang adalah Kitab Suci yang tersirat . Bahwa kasih sayang beriman pada senyap. – Sapardi Djoko Damono –
Fresh Crew : Anisa Dewi Anggri Aeni
Editor Fresh : Rendy M. Muthaqin