Merekam Persitiwa Melalui Karya Sastra
Judul Buku : Seorang Laki – Laki yang Keluar dari Rumah
Penulis : Puthut EA
Penerbit : Mojok
Tahun Terbit : Agustus 2017
Jumlah Halaman : vi + 342
ISBN :978-602-1318-52-2
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Ada dua fokus utama yang mesti diaris bawahi yaitu cara membacanya. Sebab bab genap dan ganjil berbeda topik permasalahan, simak ulasan berikut ini Fresh Reader.
Bab Ganjil
Aku yang pertama adalah Budiman, seorang laki laki yang ketika ditanya perihal pekerjaan selalu menjawab dengan, “Detekif Partikelir”. Padahal banyak usaha yang ia geluti, mulai dari kedai kopinya, perusaahan bisnis, dan media yang sedang dikembangkan miliknya.
Berawal dari kecemasanya soal kejadian – kejadian yang menimpa selama ia melakukan perjalanan entah itu nyata atau realita. Orang – orang melihatnya nyata, tapi ada beberapa peristiwa yang hanya berputar – putar saja di kepalanya. Perjalanan ke arah Timur menuntunya pada persoalan yang pernah menggegerkan negeri ini. Setiap tokoh yang ia temui memiliki cerita masing – masing yang kalau diurutkan pernah terjadi satu tahun silam. Melalui Don, sahabatnya yang bekerja sebagai jurnalis kebetulan juga medianya sedang mengupas kasus Salim Kancil yang terbunuh karena mempertahankan tambangnya. Akses dan informasi yang didapat Budiman cukup mewakili kata lengkap. Tentang orang – orang yang terlibat dari mulai kepala desa hingga Tim 12 yang ia dapatkan menyempurnakan beberapa pertanyaan yang timbul di benak para pembaca berita yang mengikuti berita Salim Kancil.
“Di Desa Selok Awar – Awar harga tujuh meter kubik pasir besi yang biasa diangkut dalam satu truk sebesar 350 ribu rupiah. Uang pungli desa sebesar 180 ribu rupiah. Satu truk pasir itu kemudian dijual oleh stockpile di Lumajang sebesar 5,5 juta rupiah dari 350 ribu plus 180 ribu dengan 5,5 juta adalah uang sebesar itu, pasti akan menetes dimana – mana” (hal.71)
Kebangkitan hantu PKI yang bulan – bulan kemarin ramai dibicarakan disinggung pula oleh Puthut EA. Melalui percakapan dengan Don disebuah tempat makan dekat Bandara Djuanda. Perihal militer yang mewajibkan menonton film G30SPKI.
“Saya Tanya ke sampean, semalam nonton film pengkhianatan PKI di kantor koramil ?!
“Tidak, Bu..”
“Lha kok tidak? Sekarang nonton film itu wajib lagi!”(hal.78)
Ditemani supir bayaran yang bertemu di kedainya, Rusli, ia melanjutkan perjalanan – tetap ke arah Timur. Di Surabaya iya bertemu Cak Aam, seseorang yang pernah difitnah oleh media ketika menjadi mahasiswa. Dituduh melakukan seks bebas karena keluarganya yang berantakan, padahal ia hanya ‘minum’. Dendam yang membara di hati dan pikiranya membawa Cak Aam menjadi wartawan. Kemudian ada Om Tan, salah satu dari korban tragedi ’65. Ayahnya dianggap orang Kiri, sehingga harus dibantai.
Ketika sedang menikmati makanan di sebuah restoran ada sebuah kelompok yang bersitegang saling mengancam, saling menodongkan pistol yang diketahui ternyata hanya ancaman dari simpatisan atau kader politik yang tengah bertikai di Jakarta,dan dampaknya meluas hingga ke Jogja.
Bab Genap
Cerita di mulai ketika Budiman sudah merasa kelelahan dengan segala aktivitasnya kemudian jatuh. Dari situ ‘pengasingan’ Budiman di mulai. Muncul sudut pandang ‘aku’ lagi : orang pertama serba tahu. “Pandu” satu nama yang disebut Budiman sebelum ia memilih ‘mengasingkan’ diri yang menurut Pandu itu adalah sakit yang belum diketahui namanya.
Bab genap bicara masalah kehidupan tokoh utama ‘aku’ pada bab ganjil yaitu Budiman. Perihal rumah tangganya, asmaranya dan orang – orang yang pernah ditemui dalam perjalanan ke arah Timur atas intruksi sahabatnya.
Singkat cerita, masa lalunya yang sudah terkubur muncul kembali. Itu penyebab ia jatuh sakit. Rindu dengan mantannya yang bernama Shenny. Shenny memutuskan Budiman ketika wisuda, di sisi lain ia sedang dalam masalah yang berat. Masalah di keluarganya, masalah kuliah, masalah organisasi, masalah tempat kerjanya, ditambah pemutusan sepihak dari Shenny hanya karena ia ingin nikah muda, sementara Budiman masih belum memikirkan hal itu.
“Kadang rasa kangen bisa membuat orang menjadi jatuh sakit”
Aku mengangguk
“Mungkin kesepian”( hal. 287)
Novel yang terdiri dari dua sudut pandang orang pertama yaitu ‘aku’ dengan tokoh yang berbeda. Pada bab ganjil aku distu adalah Budiman dan pada bab genap ‘aku’ disana adalah Pandu. Mungkin sebagian dari kita sering menjumpai novel dengan dua sudut pandan tetapi dari dua penulis dengan tema yang masih berkaitan. Tetapi Puthut menuntaskanya sendiri.
Tokoh aku dalam novel karya Puthut EA ini berasal dari dua sudut pandang. Pun cara bacanya harus dengan cara yang berbeda, mulailah dari bab ganjil terlebih dahulu sampai kelar, kemudian bab genap dan seterusnya atau sebaliknya. Sebab bila fresh reader membaca secara berurutan maka yang ddapati adalah kelimpungan. Kehilangan fokus atas narasi dan plot – plot yag telah penulis ciptakan juga konflik – konflik yang ada di dalamnya.
Dalam Sastra popular hal –hal semacam itu wajar sebab unsur sastra popler adalah masa, media dan mekanik. Setiap penulis punya masanya sendiri – sendiri dalam hal ini adalah sasaran/ pembaca karya sastranya. Yang kedua media, semakin berkembangnya teknologi tak membuat sastra makin surut. Ia berkembang dengan caranya sendiri, munculnya webtoon di Line, wattpadd dan elektronik book yang kian menjamur. Pun mekanik, cara yang ditempuh dalam membumikan karya sastranya.
Sekalipun kita sudah dimudahkan dengan teknologi dan internet, buku tidak akan menjadi barang yang using, tetap dicetak dan tidak kehilangan penggemarnya. Entah untuk kisaran 20 atau 30 tahun lagi, semoga buku tetap abadi.
Puthut EA terutama dalam karyanya “Seorang Laki – laki yang Keluar dari Rumah” menjadi angin segar untuk dunia sastra popular. Ia tidak melupakan unsur – unsur satirisnya. Merekam peristiwa demi peristiwa yang sempat memeriahkan negrei ini pada bab – bab ganjil. Pembunuhan Salim Kancil, Kewajiban menonton kembali film Pengkhianatan PKI, kisruhnya dua partai besar di Jakarta, Penipuan yang dilakuka Kanjeng Dimas, Hantu PKI yang dimanipulasi, isu komunis bangkit lagi, Tragdei ’65, penistaan Ahok, dan rentetan kepentingan – kepentingan politik lainya. Peristiwa tersebut seolah menjadi kendaraan untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh orang – orang dibalik layar.
Melihat masyarakat sekarang yang lebih menyukai hal – hal yang mudah dicerna, maka Puthut membumbui dengan cerita – cerita asmara dari kehidupan Budiman yang narratornya adalah Pandu. Masa lalu yang sudah terkubur lama, mencuat kembali menyebabkan ia jatuh sakit. Sakit karena rindu kepada masa lalu yang belum tuntas. Dan bahwa bertemu mampu mengembalikan dia kepada hidup yang kembali utuh.
“Sepertinya ada yang belum selesai di hati Mas Budiman kepada Shenny. Juga sebaliknya. Kalau dipertemukan, mungkin itu akan lebih baik. Mereka bisa bicara lagi sebagai dua manusia yang sama – sama sudah dewasa, sudah punya keluarga dan sudah saatnya saling memaafkan atau saling mengikhlaskan”(hal.299)
Mungkin menjadi ciri khas Puthut yang menggantungkan pertanyaan – pertanyaan dari para pembacanya. Seperti tokoh ‘sahabat’ yang tidak disebutkan siapa padahal ia peranya sangat krusial dalam membangun konflik dalam novel ini. Ia memberi jarak kepada pembaca untuk menelaah sendiri permasalahan – permasalahan yang ada.membiarkan yang tersirat mengambang di udara, sehingga pembaca punya perspektif masing – masing. Tidak saklak harus menurut pada sang pencerita yaitu penulis.
Fresh Crew : Anisa Dewi Anggri Aeni
Editor Fresh : Rendy M. Muthaqin