Kartini, Pejuang Hak Wanita Pribumi Lewat Surat
SUAKAONLINE.COM, Fresh– Bulan April tepatnya tanggal 21, selalu diperingati sebagai hari Kartini. Kartini merupakan salah satu figur yang sangat berjasa bagi kaum wanita di Indonesia.Tapi pernahkah Fresh Readerbertanya-tanya, mengapa hanya Kartini, sosok yang diperingati sebagai pejuang emansipasi wanita ? mengapa tidak Cut Nyak Dhien atau Dewi Sartika ? Nah, Fresh Reader bakalan tau jawabannya.
Kartini merupakan salah satu pejuang wanita pribumi pada saat itu. Ia tidak hanya memperjuangkan emansipasi wanita, tetapi juga membuat perubahan sosial pada zamannya hingga sekarang. Dalam perjuangannya, Kartini menuliskan pemikirannya mengenai wanita pribumi kedalam surat yang kemudian ia kirimkan kepada teman-temannya di Belanda. Ia menuliskan penderitaan wanita pribumi pada saat itu yang harus menurut pada adat, tidak mendapat kesetaraan dengan kaum pria dalam hal pendidikan, dan pernikahan usia dini yang bahkan tidak dikenali siapa orangnya. Dari surat itulah menarik perhatian wanita-wanita Belanda untuk menolong dan mendukung perjuangan Kartini.
Jika Kartini melakukan perjuangannya dengan menuliskan pemikirannya kedalam surat, berbeda dengan Cut Nyak Dhien, ia melakukan perjuangannya dengan turun ke medan perang. Cut Nyak Dhien bersumpah mengahancurkan Belanda semenjak kematian suami pertamanya, Ibrahim Lamnga. Kemudian Dewi Sartika melakukan perjuangannya didalam dunia pendidikan.
Ketua Women Studen Center (WSC), Devi Yulianti Wafia di Sekretariat WSC, hari Sabtu (7/4/2016), menuturkan alasan mengapa sosok Kartini lebih populer dibandingkan dengan pejuang-pejuang wanita saat masa penjajahan. Menurutnya, walaupun kartini melakukan perjuangannya tanpa turun kemedan perang, ia dapat merubah lingkungan sekitarnya menjadi lebih baik dengan pemikirannya untuk merubah wanita-wanita pribumi dalam hal pendidikan serta hak-hak yang harus didapatkan sebagai perempuan. “Kartini bisa membuat wanita timbul didunia,” jelas Devi.
Ia juga menambahkan, perjuangan yang dilakukan Cut Nyak Dhien masih terbilang tabu untuk seorang wanita turun kemedan perang. Walaupun Cut Nyak dhien lebih terasa perjuangannya dibanding Kartini, menurut konstruk masyarakat turun ke medan perang merupakan sesuatu yang tidak harus dilakukan oleh seorang wanita. Kemudian Dewi Sartika hanya mendidik perempuan menjadi lebih baik, karena mengajarkan wanita didunia pendidikan. “Walaupun kartini dalam perjuangannya hanya duduk dan menulis surat tetapi ia dapat merubah lingkungannya,” tambah Devi.
Walaupun kartini memperjuangkan hak-haknya, tetapi ia juga tidak melupakan kewajibannya sebagai seorang istri untuk suaminya serta anak dari orang tuanya. Kartini menulis beberapa surat yang ia kirimkan kepada teman-temannya di Belanda, kemudian surat-surat dari kartini dibukukan dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Devi juga menuturkan pesannya untuk wanita zaman sekarang, untuk tidak melupakan kewajibannya sebagai wanita dan jangan sampai melupakan hak-haknya sebagai wanita. “Peran Kartini itu ga ada apa-apanya jika kita tidak meneruskan perjuangannya,”
Reporter : Yulit Bonita / Magang
Redaktur : Ulfah Choirun Nissa