Mana yang Tepat ? Social Distancing atau Physical Distancing?
Oleh Rosdiana*
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Indonesia adalah salah satu diantara 200 negara yang sudah terpapar virus corona penyebab Covid-19. Dan dalam rangka memerangi virus pandemi ini, Pemerintah Indonesia menggalakkan berbagai upaya, salah satunya dengan menghimbau masyarakat untuk mencegah penyebararan virus corona, yaitu dengan melakukan upaya jaga jarak sosial atau yang dikenal dengan istilah social distancing.
Fresh reader pasti sering mendengar istilah social distancing tersebut karena sempat menjadi trending topic di media sosial. Nah, jika mengacu pada arti dalam Bahasa Indonesia, social distancing diartikan sebagai pembatasan jarak sosial. Kebijakan social distancing itu sendiri bertujuan untuk memukul mundur penyebaran virus covid-19, dengan cara meminta masyarakat untuk mengurangi interaksi sosial secara langsung dengan tetap tinggal di dalam rumah dan menghindari tempat-tempat yang memicu berkerumunnya banyak orang.
Dengan mengikuti himbauan social distancing dan menaati intrusksi tersebut, semua orang punya andil untuk menghentikan meluasnya penyebaran virus corona yang semakin hari semakin banyak memakan korban. Namun tidak semua orang tahu bahwa istilah social ditancing rentan salah persepsi di tengah masyarakat. Sebab social distancing yang diartikan dengan menjaga jarak sosial penekanannya bukan hanya pada jarak fisik tetapi dapat menciptakan kecenderungan menutup diri secara sosial. Padahal sebetulnya ikatan sosial justru diperlukan, tapi tidak dengan fisik yang berdekatan.
Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO) telah resmi mengganti istilah social distancing menjadi physical distancing, serta meminta semua pihak terkait untuk lebih menggunakan istilah physical distancing ketimbang social distancing guna mencegah penyebaran covid-19. Lalu apa sih bedanya? Jika social distancing menekankan pada menjaga jarak sosial, sedangkan physical distancing menekankan pada menjaga jaga fisik.
Kendati physical distancing dianggap menjadi bagian dari social distancing, maka WHO ingin penggunaan frasa physical distancing lebih dikedepankan. Dalam Bahasa Indonesia sendiri physical distancing diartikan sebagai pembatasan fisik, dengan padanan kata ‘jaga jarak fisik’. WHO juga menegaskan, tindakan menjaga jarak fisik dan mengisolasi diri jika sedang sakit memang diperlukan untuk meredam penyebaran covid-19, namun hal itu bukan berarti lantas seseorang menjadi terisolasi secara sosial.
Sebab masyarakat masih tetap diminta untuk melakukan interaksi sosial, namun kali ini dengan cara lain yakni menggunakan sistem daring yang tidak memerlukan kehadiran fisik secara langsung, karena bagaimanapun teknologi yang berkembang pesat saat ini dapat kita manfaatkan semisal menggunakan media sosial untuk tetap saling terhubung satu sama lain.
Dengan alasan tersebut, penggunaan istilah physical distancing dirasa jauh lebih tepat ketimbang istilah social distancing. Karena yang kita lakukan saat ini adalah sedang menjaga jarak fisik dengan orang lain, namun kita tetap dapat terhubung secara sosial bahkan ketika fisik tak bertemu.
Menurut Dr Arthur L. Caplan di laman The Guardian menjelaskan bahwa physical distancing bisa dilakukan dengan tetap berada di rumah, jauhi orang lain sebanyak mungkin dan keluar rumah hanya untuk membeli bahan makanan serta obat-obatan. Tidak disarankan untuk berjabat tangan serta melakukan transaksi dengan uang tunai.
Sementara, etika physical distancing di ruang publik adalah dengan memberi jarak aman yakni 1-2 meter antar individu, ketika batuk atau bersin di siku atau ditutup menggunakan masker, dan tidak menyentuh muka serta sering mencuci tangan menggunakan sabun. Penulis rasa jika banyak orang tidak melakukan physical distancing ini, maka kasus positif covid-19 akan semakin bertambah jumlahnya dari hari ke hari. Tentunya kita semua tidak ingin kondisi ini semakin diperparah dengan makin banyaknya jumlah pasien yang berjatuhan.
Oleh karena hal itu fresh reader, mari kita sama-sama peduli dan sadar untuk meredam pandemi virus corona, karena setiap individu punya andil untuk menghentikan penyebaran virus covid-19 ini dengan lebih peduli terhadap diri sendiri dan sesama dengan mematuhi dan menaati kebijakan physical distancing. Di situasi seperti saat ini, semuanya seperti diputar balikan, karena bersatu kita runtuh, berjauhan kita kuat.
*Penulis merupakan Mahasiswi Jurnalistik semester 4 dan anggota magang LPM Suaka 2020