Mengenal Toxic Positivity: Ketika Pikiran Positif yang Berdampak Negatif
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Dikutip dari akun Instagram folkative dalam salah satu postingannya menyebutkan bahwa Indonesia menempati peringkat pertama menjadi negara yang penduduknya paling positif se-dunia. Namun, perlu diketahui bahwa sikap positif tidak selamanya baik, bisa jadi sikap positif ini akan berpengaruh negatif bagi kesehatan mental yang seringkali disebut dengan toxic positivity.
Secara singkat toxic positivity ini dapat didefinisikan sebagai upaya untuk menangkal emosi negatif seperti sedih, marah ataupun rasa kecewa. Emosi-emosi tersebut butuh diekpresikan agar tidak berdampak buruk pada kesehatan. Mengutip dari alodokter.com jika penyangkalan emosi negatif terus dilakukan akan menimbulkan masalah kesehatan mental seperti seperti stres berat, cemas atau sedih yang berkepanjangan, PTSD (post-traumatic stress disorder), dan sebagainya.
Memberi motivasi dan semangat kepada orang yang sedang mengalami kesulitan memang tidak ada salahya. Tapi, jika terlalu sering kata-kata positif tersebut dapat menjadi boomerang negatif loh, Fresh Reader. Oleh karena itu, perlu bagi kita mengetahui bagaimana ciri-ciri toxic positivity ini.
Ciri pertama pertama toxic positivity ialah ketika menyemangati orang lain tetapi ternyata disertai kalimat yang meremehkan. Misalnya, ketika seseorang yang mengalami kegagalan, diberi semangat berupa motivasi, tetapi tanpa sadar ucapan tersebut bisa saja menyakiti oranglain.
Kedua, terkadang menghindari dan mengabaikan masalah, dengan pikiran positifnya semua akan berjalan dengan baik-baik saja walaupun tidak melakukan apapun. Ketiga, merasa bersalah untuk mengekspresikan emosi negatif. Apakah Fresh Reader sering merasa khawatir menceritakan kesedihan kepada orang terdekat? Nah, ini merupakan salah satu ciri kamu terjebak dalam toxic positivity karena terlalu cemas orang disekitar ikut merasa sedih, tanpa memikirkan kesehatan mental diri sendiri dengan terus memendam kesedihan.
Keempat, mengucapkan kalimat yang membandingkan diri sendiri dengan orang lain “kamu lebih beruntung, masih banyak orang yang lebih menderita dari kamu”. kalimat ini sering dilontarkan orang-orang terdekat seperti keluarga dan teman, yang membuat semakin sulit menerima keadaan yang sesungguhnya. Mungkin, mengucapkan kalimat-kalimat positif tersebut bertujuan untuk memberi dorongan semangat dan bentuk empati pada masalah yang dihadapi tapi bukan berarti dengan menutupi emosi negatif.
Untuk itu agar terhindar dari toxic positivity dan dampak negatifnya, Fresh Crew punya beberapa cara dan tipsnya. Kamu bisa mulai dengan memahami perasaan negatif dan mengungkapkan rasa tak nyaman. Cobalah bercerita pada orang yang kamu percaya atau jika hal itu masih sulit, ungkapan dalam bentuk tulisan di buku harian. Emosi negatif yang sedang dirasakan bukanlah hal yang harus dipendam. Setiap orang dianugrahi emosi baik itu negatif maupun positif jadi wajar untuk mengungkapkan hal tersebut.
Hindari membanding-bandingkan masalah, setiap orang memiliki tarakan permasalahannya masing-masing. Bisa jadi apa yang kita anggap mudah akan berbeda dengan orang lain ketika menghadapi hal tersebut. Jadi lebih baik mencari solusi untuk menyelsaikan dan menghibur diri. Cara lain untuk terhindar dari toxic positivity yaitu dengan mengurangi penggunaan media sosial karena tak jarang akun media sosialmu dapat memprovokasi emosi agar selalu terlihat bahagia walaupun dalam keadaan sebaliknya.
Nah, Fresh Reader, setelah mengetahui ciri dan dampak negatif dari toxic positivity apakah kamu pernah mengalami hal tersebut? Atau tanpa disadari kamu sering melakukan hal itu? Ada baiknya kita dapat terhindar dari sikap toxic positivity bagi orang lain dan diri sendiri. Ingatlah bahwa tidak buruk mengungkapkan emosi negatif dan merasa tidak baik-baik saja. Mencoba untuk menerima keadaan, tidak perlu menyangkal kesedihan. Semua orang memiliki warnanya tersendiri dalam kehidupan yang dijalani. Let’s your emotion out!
Fresh Crew : Desty Rahmawati/Suaka
Editor Fresh : Aurora Rafi N/Suaka