Nunchi: Panduan Interaksi Sosial Ala Negeri Ginseng

doc.net
Judul Buku: Nunchi (Seni Membaca Fikiran dan Perasaan Orang Lain)
Jenis Buku: Pengembangan Diri
Penulis: Euny Hong
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Tebal Buku: 259 halaman
Tahun Terbit: 2020
ISBN: 9286020642581
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Setiap dari kita tentu memiliki keinginan agar mampu menciptakan kesan pertama yang baik ketika bertemu orang asing. Dengan first impression yang baik tersebut, kita berharap hubungan intrapersonal yang terbangun akan harmonis. Namun, bagaimana kira-kira kita bisa tahu atau bahkan mengendalikan persepsi orang lain terhadap kita? Melalui buku yang berjudul Nunchi ini kamu dapat mengetahuinya.
Berangkat dari pernyataan legendaris seorang penulis fiksi tersohor, Arthur Conan Doyle bahwa, “Dunia ini penuh hal gambling yang tak seorang pun sempat amati,” Orang-orang Korea mencermati hal tersebut dengan memiliki disiplin ilmu yang mengulik mengenai seni memahami pikiran juga perasaan orang lain melalui bahasa tubuh, mimik wajah, dan bahasa verbal yang dipergunakan. Ilmu ini disebut-sebut sebagai indra keenam orang Korea yang dinamai dengan istilah Nunchi.
Melalui 259 halaman dalam buku bertajuk Nunchi (Seni Membaca Pikiran dan Perasaan Orang Lain) penulis Euny Hong membagikan rahasia hidup sukses dan bahagia dengan terjalinnya hubungan baik terhadap sekitar ala orang Korea. Yaitu, dengan mengkaji lebih lanjut mengenai Nunchi, salah satu bentuk kecerdasan emosional yang bagi orang Korea penting untuk dilatih sejak usia dini.
Buku ini memiliki 9 bab yang mengupas tuntas mulai dari definisi Nunchi secara detail, tingkat urgensi pengaplikasian Nunchi menurut perspektif orang-orang Korea, bagaimana teknis mengasah dan memfungsikan Nunchi dengan baik dalam kehidupan sehari-hari, hambatan-hambatan yang mungkin akan ditemukan serta kemudian dampak apa yang dapat kita rasakan bila kita mampu mengolah Nunchi tersebut secara proporsional dalam diri.
Pada bab awal, kita disuguhi pernyataan bahwa kemampuan orang Korea untuk membaca situasi ini telah diajarkan sejak 5000 tahun lalu. Sebagai sebuah budaya. Nunchi diyakini menjadi salah satu faktor yang membuat predikat negara Korea berubah, yang asalnya mendapat klaim negara temiskin, menjadi negara maju. Nunchi dipraktikkan dengan melatih kepekaan kedua indera pendengaran dan penglihatan agar senantiasa menciptakan harmoni kepercayaan dan kedekatan terhadap orang lain
Dengan menerapkan Nunchi, kita dapat memposisikan diri di berbagai situasi dan kondisi yang mengharuskan kita berinteraksi dengan orang lain, memberi trik bagaimana cara merespon berbagai macam bentuk perlakuan orang lain terhadap diri kita, juga berusaha menaruh pengertian terhadap perasaan orang lain. Sehingga, kita dapat mengendalikan situasi terburuk sekalipun dan senantiasa menebar energi positif terhadap sekitar.
Salah satu kunci terpenting untuk menerapkan Nunchi dengan baik ialah tingginya rasa empati. Akan tetapi, empati ini harus diiringi dengan rasionalitas agar dapat selalu tersalurkan dengan baik, tidak terjadi salah kaprah bahkan penyalahgunaan. Ada banyak pertimbangan yang harus dihadapi dalam upaya mengontrol diri agar kita dapat menghasilkan keputusan yang tepat.
Adapun salah satu hal yang dapat menghambat terasahnya Nunchi ialah jiwa individualisme. Hal tersebut karena akan memunculkan sikap cenderung apatis dan tidak peduli terhadap nilai-nilai kebersamaan. Terlebih di zaman sekarang ini, pengaruh gadget banyak membuat orang kerap kali menarik diri dari bersosialisasi dan menganggap itu sebagai hal lumrah dan bagian dari hak asasi setiap orang untuk memilih hidup sendiri. Padahal pada kenyataanya, interaksi adalah hal yang penting dan diperlukan oleh kita selaku makhluk sosial.
Kepekaan terhadap sekitar merupakan hal yang penting, sebagaimana di analogikan bahwa kita memiliki dua mata serta dua telinga. Akan tetapi kita hanya memiliki satu mulut untuk berbicara, artinya dalam kehidupan sehari-hari, kita seharusnya memiliki porsi lebih banyak untuk memperhatikan dan mendengarkan orang lain dibandingkan berbicara hal-hal yang belum sepenuhnya kita pahami.
Dalam buku ini, Euny Hong berhasil meringkas secara apik trik untuk menerapkan Nunchi dalam keseharian kita, diantaranya dengan mengosongkan pikiran (melatih fokus ketika melakukan interaksi sosial), mengoptimalkan penggunaan indra, sedikit bicara tetapi banyak mengamati, hingga berpikir cepat dan cermat.
Demikian, buku ini mampu menjadi referensi untuk mencari tau kiat-kiat kesuksesan versi negara maju sekaligus mengamati corak kebudayaannya, juga untuk menyelami disiplin ilmu pengembangan diri dari sudut pandang lain. Dengan bahasa ringan yang dikemas begitu asyik serta di warnai kuis-kuis di akhir bab, buku ini sangat tepat dijadikan teman bersantai yang memiliki bobot tinggi.
Sebagai penutup, kutipan menarik dari buku ini mengatakan bahwa masih mungkin bagi kita untuk jujur pada diri sendiri dan memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan, alih-alih hanya menuntut dunia memberi kita rasa hormat yang kita pikir memang pantas kita terima.
Fresh Crew: Hasna Zahra Annabilah/Magang
Editor Fresh: Nadia Ayu Iskandar/Suaka