Sindrom Peter Pan: Ketika Seseorang Menolak Menjadi Dewasa
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Seringkali kita mendengar istilah bahwa kedewasaan seseorang tidak dapat ditentukan dari usianya. Dalam kehidupan sehari-hari pun kita pasti pernah menjumpai seseorang yang usianya sudah matang, tetapi kepribadian dan cara berpikirnya masih kenanak-kanakan. Kondisi ini sering disebut dengan sindrom Peter Pan.
Sindrom Peter Pan adalah sikap individu dewasa yang tidak menunjukkan kematangan secara psikis, sosial, maupun seksual. Fresh Reader mungkin sudah akrab dengan kisah Peter Pan, seorang bocah laki-laki yang hidup bersama makhluk ajaib di tempat bernama Neverland. Di sana, Peter Pan tidak perlu tumbuh menjadi dewasa. Begitu pula dengan orang yang memiliki sindrom ini yang menolak untuk tumbuh dewasa meski sudah memasuki usia matang.
Mengutip dari laman halodoc.com, sindrom Peter Pan disebabkan oleh beberapa hal, seperti pola asuh orangtua yang terlalu protektis hingga ketidaksiapan diri sendiri untuk memikul tanggung jawab yang besar saat dewasa. Selain itu, cara pandang yang salah terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar pun turut menjadi penyebab munculnya sindrom ini.
Pasalnya, menjadi dewasa bukanlah suatu hal yang menyenangkan karena di masa ini seseorang harus memikul banyak sekali tanggung jawab. Semakin bertambahnya usia, semakin banyak pula halangan serta rintangan yang harus dilewati. Lain halnya dengan anak-anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain tanpa terbebani oleh tanggung jawab dan pikiran yang rumit.
Adapun orang yang mengidap sindrom Peter Pan memiliki sejumlah gejala. Pertama, berperilaku layaknya anak kecil atau lebih muda dari usianya, serta lebih banyak bergaul dengan orang-orang yang lebih muda. Kedua, selalu bergantung dan merepotkan orang lain, berharap segala keinginannya selalu dituruti, serta memiliki rasa khawatir berlebih jika harus melakukan sesuatu sendiri.
Ketiga, sulit menjaga hubungan jangka panjang, termasuk hubungan asmara. Sifat kekanak-kanakan akan membuat perasaan pasangan menjadi tidak nyaman. Keempat, kurang bertanggung jawab terhadap sesuatu yang telah menjadi kewajibannya. Kelima, selalu memprioritaskan kepentingannya sendiri dan mengesampingkan kepentingan orang lain. Terakhir, enggan mengakui kesalahan dan melimpahkan kesalahan itu pada orang lain.
Sindrom yang memiliki nama lain king baby atau little prince syndrome ini umumnya terjadi pada pria dewasa, tapi tidak menutup kemungkinan wanita mengalami hal serupa. Tidak semua orang yang memiliki sindrom Peter Pan mengalami gejala yang sama, sehingga sindrom ini sulit diidentifikasi. Oleh sebab itu, pengidapnya cenderung tidak menyadari dan menganggap bahwa dirinya sehat.
Meskipun berkaitan dengan masalah psikologis, sindrom Peter Pan bukan termasuk dalam diagnosis resmi gangguan mental, seperti halnya gangguan bipolar, depresi, ataupun gangguan obsesif komplusif (OCD). Namun, jika sifat kenanak-kanakan terasa sulit untuk disembuhkan sendiri, perlu perawatan lanjutan yang tepat dengan melakukan terapi ke psikolog atau psikiater.
Dalam terapi ini, psikolog akan membantu pasien untuk lebih mengenal kondisi mereka, menerima segala yang telah terjadi sebelumnya, dan menyarankan perilaku-perilaku yang lebih dewasa untuk diterapkan ke depannya. Tak hanya itu, dukungan orang terdekat juga diperlukan agar pengidap sindrom Peter Pan dapat terus berubah ke arah yang lebih positif.
Fresh Crew: Mahayuna Gelsha/Magang
Editor Fresh: Fatimah Nur’aini/Suaka