Terjadi pada Kalangan Perempuan, Apa itu Princess Syndrome?
FRESH.SUAKAONLINE.COM – “Aku ini kan memang keren dan cantik, makanya selalu jadi pusat perhatian.” Pernahkah Fresh Reader mendengar perkataan semacam itu dari seorang perempuan? Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi memang bagus, namun bila hal tersebut mengarah pada kecenderungan karena terobsesi dengan penampilan dan menjalankan kehidupan layaknya seorang tuan putri, waspadai hal tersebut dapat dikatakan sebagai princess syndrome.
Menurut psikolog klinis di California Southern University, Nancy Irwin, ia menyebutkan bahwa princess syndrome atau yang dikenal juga dengan istilah cinderella complex bukanlah suatu istilah diagnosa medis, namun banyak dialami oleh perempuan. Istilah ini merujuk pada sikap dan perilaku yang cenderung egois, merasa berhak mendapatkan perlakuan istimewa, dan menganggap dirinya lebih penting dari orang lain.
Princess syndrome ini tak lain merupakan akibat dari narasi media yang seringkali menilai perempuan hanya terbatas pada kecantikan dan keindahan dirinya. Dongeng, novel roman, film romantis, iklan produk hingga konten media sosial cenderung menampilkan perempuan sebagai makhluk tidak berdaya yang butuh diselamatkan, dilayani, dan dipenuhi kebutuhannya. Sehingga hal tersebut membentuk kecenderungan untuk selalu ingin diperlakukan sedemikian rupa.
Sindrom ini terutama terlihat pada anak perempuan yang tumbuh di lingkungan di mana mereka mendapatkan perhatian, pujaan, dan dimanja secara berlebihan oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya. Keinginan mereka juga selalu dipenuhi tanpa harus berusaha atau bekerja keras untuk mendapatkannya.
Memuji anak memang hal yang baik dan sangat wajar dilakukan oleh orang tua, namun pujian yang berlebihan kepada anak akan mempengaruhi keberdayaan dirinya. Orang tua kerap kali melabeli anak perempuan mereka sebagai tuan putri, atau sosok dongeng lainnya. Namun, seringkali anak-anak belum bisa menangkap makna jelas dari pujian tersebut sehingga menimbulkan kesalahpahaman yang berisiko dipercaya oleh mereka hingga dewasa.
Pada orang dewasa, princess syndrome bisa disebabkan karena mereka terbiasa mendapatkan perlakuan istimewa dari orang lain, baik dari teman ataupun pasangan. Dikutip dari laman Psychology Today, ternyata memang benar bahwa pola asuh hingga perlakuan istimewa yang diperoleh dari lingkungan merupakan penyebab utama dari princess syndrome.
Penyebab princess syndrome pada tiap orang mungkin tidak selalu sama. Namun, istilah princess syndrome muncul setelah ditemukan banyak kasus serupa di negara-negara Asia, terutama pada anak-anak orang kaya. Hal ini disebabkan karena anak-anak perempuan tersebut seringkali terlalu dimanjakan, sehingga membuat anak-anak perempuan tersebut merasa diri mereka sangat dispesialkan.
Oleh karena itu, princess syndrome dapat memberikan efek negatif pada diri sendiri karena merasa layak untuk mendapatkan lebih dari segala sesuatu. Hal ini karena mereka sangat bergantung pada penampilan dan pembawaan diri mereka yang dianggap selalu bagus. Penderita princess syndrome ini menganggap bisa melalui segalanya dengan mudah dan terlalu berharga untuk bekerja keras. Sehingga, sangat mungkin menderita suatu masalah psikologis yang disebut dengan narsistik.
Kecenderungan sifat princess syndrome seseorang sebenarnya bisa dikenali sejak usia dini. Beberapa ciri yang terlihat yaitu seperti, terobsesi pada penampilan dan citra diri yang sempurna, menipu, memanipulasi orang lain, menindas orang lain secara verbal, gemar bersaing dengan perempuan lain dengan maksud untuk menjadi pusat perhatian, dan selalu ingin disanjung.
Untuk dapat terhindar dari princess syndrome, orang tua memiliki peranan yang sangat penting. Mengutip dari laman akseleran.co.id, cara mencegah anak perempuan dari princess syndrome adalah dengan memberikan pendidikan moral yang baik pada anak-anak sejak dini. Dengan mengajarkan pentingnya untuk berusaha dan bekerja keras, memiliki rasa empati, dan menghargai orang lain. Apresiasi pun penting, namun tidak secara berlebihan.
Selain itu, penting untuk membatasi paparan anak-anak terhadap media sosial dan budaya populer yang memperkuat princess syndrome. Orang tua perlu memerhatikan lingkungan pergaulan anak dan perlu membimbing anak-anak mereka untuk memahami bahwa pusat dari segalanya tidak melulu tentang dirinya, juga bahwa kebahagiaan dan kesuksesan sejati tidak hanya berasal dari kecantikan, kekayaan, ataupun popularitas.
Poin penting yang harus digaris bawahi adalah bahwa dunia tidak melulu tentang diri sendiri. Orang lain juga sama penting dan berharganya. Selain itu, perlu diingat bahwa kesuksesan sejati adalah saat seseorang mampu memberdayakan dirinya sendiri dan dapat bermanfaat bagi banyak orang. Dengan menyadari hal tersebut, maka seseorang bisa terhindar dari princess syndrome.
Sumber: drnancyirwin.com, psychologytoday.com, akseleran.co.id
Fresh Crew : Nadia Ayu Iskandar/Magang
Editor Fresh : Aurora Rafi N/Suaka