Bernostalgia Bersama Jajanan Jaman Baheula
FRESH.SUAKAONLINE.COM – Jajanan jaman dulu (jadul), kini menjadi makanan yang populer di masyarakat. Kalangan muda maupun tua, kaya maupun miskin tertarik dengan jajanan yang dominan berbahan dasar aci ini. Jenis jajanannya banyak, harganya murah, enak, pokoknya mantaplah, tidak diragukan lagi rasanya.
Beragam jajanan jadul seperti cireng, cilok, cimol, cimin, cilor, dan sebagainya, kini tidak hanya dinikmati oleh anak sekolah, tetapi juga mahasiswa, dan orang kantoran. Seketika mereka seperti bernostalgia kembali ke masa tersebut. Salah satu yang dirindukan dari sekolah, yaitu jajanannya. Jajanan jadul ini pun tak hanya dijual di Sekolah Dasar (SD) saja, tetapi banyak juga di lingkungan pergruan tinggi atau di tempat-tempat umum.
Bahkan, jajanan jadul nggak cuman dijual di gerobak, banyak juga di kafe-kafe. Dan kini bisa dikatakan sebagai jajanan hitz. Masyarakat seperti mencari keberadaan jajanan seperti itu. Namun sayangnya, jika kafe yang menjualnya biasanya lebih mahal dari pada di gerobak pinggir jalan. Ya paling berbeda seribu rupiah. Meski cuman beda seribu, tapi tau sendiri kan masyarakat Indonesia kayak gimana ckckck.
Salah satu Pegawai Negeri Sipil (PNS), Kurniawaty, mengaku sangat hobi membeli jajanan jadul. “Karena enak, jadi mau beli makanan jaman dulu. Selain enak, saya juga ngerasa kayak bernostalgia gitu kalau beli jajanan jaman SD tuh,” tuturnya, Selasa (12/2/2019). Meskipun hobi, ia melihat dulu tempat berjualannya, bersih atau tidak. Karena kebersihan dan kesehatan juga penting.
Senada dengan Kurniawaty, salah satu mahasiswi Sosiologi UIN SGD Bandung, Masrifah, juga sangat menggemari jajanan jadul ini. Menurutnya, harga jajanan jadul lebih murah dan rasanya lebih enak dibanding dengan makanan yang dijual di supermarket. Selain itu bayak varian yang bisa dipilih, mulai dari yang kecil hingga yang besar, yang pedas dan yang tidak, membuat ia lebih bebas memilih.
Beberapa alasan dari pedagang yang masih menjual jajanan jadul dan menjual di lingkungan kampus karena masih banyak yang menggemari jajanan tersebut. Seperti yang dikatakan Herman, penjual cilor di depan kampus UIN SGD Bandung, “Justru ini dikembangkan, ada sosis, dulu mah telurnya aja. Sekarang macam-macamnya ada banyak,” ungkap Herman, Rabu (13/2/2019).
Hal serupa juga disampaikan Roehandi, yang berjualan cilor juga di depan UIN SGD Bandung, ia mengaku berjualan di sekitar kampus atau di tempat-tempat umum karena ketika bejualan di SD lebih banyak pembeli kalangan umum daripada anak SD sendiri. Karena itu ia tergerak berjualan di sekitaran kampus, alhasil banyak pula mahasiswa yang membelinya.
Nah, kita pasti penasaran dengan pengahasilan yang didapat per harinya dari berjualan jajanan jadul ini. Ternyata cukup besar, lho. Roehandi mengatakan, dirinya bisa mendapatkan omzet 600-700 ribu perhari dengan menjual 600-700 tusuk jajanan jadul, berarti harganya cuman seribu rupiah. Wow, jadi pingin jualan.
Gimana Fesh Reader, ramah kantong, bukan? Apalagi untuk ukuran kantong mahasiswa. Jadi, tunggu apa lagi? Kalau mau nostalgia masa-masa sekolah dengan budget yang murah, ya beli jajanan jadul solusinya.
Fresh Crew : Maysa Syifa Aljauza / Magang
Editor Fresh : Rizky Syahaqy